Cacar monyet (monkeypox) kini menjadi ancaman baru bagi kesehatan Moms dan Si Kecil sehingga harus Moms waspadai. Per 12 November ini, kasus penderita cacar monyet sudah mencapai 44 kasus. Penyakit ini sebetulnya sudah terdeteksi masuk ke Indonesia pada Agustus 2022. Namun, kasus penyakit ini baru terjadi pada Oktober tahun ini.
Penyakit ini bisa menjangkiti siapa pun, termasuk Si Kecil. Menurut beberapa bukti ilmiah dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), penyakit ini bisa menimbulkan risiko yang parah pada anak-anak di bawah usia 8 tahun. Risiko tersebut bisa semakin parah jika Si Kecil mengidap penyakit tertentu seperti kanker dan autoimun.
Jika kondisi Si Kecil semakin parah, penyakit ini bisa menyebabkan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya: radang otak, radang paru, sampai penyumbatan jalan napas.
Gejala Cacar Monyet Pada Si Kecil
Gejala cacar monyet pada Si Kecil kurang lebih sama dengan gejala yang dialami orang dewasa. Gejala yang dialami Si Kecil biasanya muncul lima hari sampai tiga minggu setelah Si Kecil terkena virus cacar monyet. Adapun beberapa gejala itu adalah:
- Demam dan kenaikan suhu tubuh mencapai hingga 38 derajat celcius.
- Nyeri otot.
- Si Kecil tampak menggigil dan berkeringat dalam jumlah banyak.
- Si Kecil kesulitan menelan sehingga ia tidak bisa menyusu dan menelan MPASI.
- Si Kecil rewel dan mudah menangis.
- Adanya ruam kemerahan.
Untuk tanda terakhir, ruam yang muncul tidak seperti ruam yang disebabkan iritasi pada popok bayi. Sehingga Moms tidak bisa menghilangkannya dengan cara mengatasi iritasi pada popok bayi. Adapun ruam yang muncul akibat cacar monyet akan memiliki sejumlah ciri berikut:
- Ruam cacar monyet biasanya muncul pada area wajah termasuk mulut dan wajah. Nantinya, ruam tersebut akan menyebar ke beberapa anggota tubuh lainnya. Mulai dari lengan sampai area genital.
- Jika ruam ada di area genital, ruam tersebut umumnya berwarna kemerahan dan tidak menimbulkan gatal dan perih.
- Ruam pada cacar monyet awalnya berbentuk makula atau lesi rata dan berkembang menjadi papula. Setelah itu, berkembang lagi menjadi pustula atau lesi padat berisi nanah berukuran 0,5 cm. Nantinya ruam itu bisa berkembang menjadi koreng yang bisa saja rontok atau hilang seiring waktu.
Jika Si Kecil mengalami sejumlah gejala cacar monyet, Moms harus segera memeriksakan Si Kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Sebelum memberikan penanganan, dokter akan mengambil sampel virus untuk diteliti di laboratorium.
Setelah itu, dokter akan melakukan sejumlah tes, yaitu:
- Tes swab.
- Tes darah.
- Biopsi kulit, yaitu tes yang dilakukan dengan cara mengambil bagian kulit yang terluka akibat cacar monyet.
Jika sudah, dokter akan melakukan langkah pengobatan dengan tujuan mengurangi gejala yang timbul akibat cacar monyet. Sehingga risiko terjadinya komplikasi bisa diantisipasi sedini mungkin.
Cara Penularan Cacar Monyet Pada Si Kecil
Penularan cacar monyet pada Si Kecil bisa terjadi dari banyak hal. Beberapa di antaranya adalah:
- Si Kecil bersentuhan dengan ruam, koreng, atau cairan dari penderita cacar monyet.
- Si Kecil mengalami kontak fisik jarak dekat dengan penderita cacar monyet.
- Si Kecil tanpa sengaja menyentuh barang-barang yang sudah terkontaminasi virus cacar monyet.
- Si Kecil digigit atau dicakar oleh hewan yang terinfeksi virus cacar monyet.
- Melalui ASI, terutama jika Moms terkena virus cacar monyet.
- Jika Si Kecil sudah MPASI, penularan bisa terjadi jika bahan makanan yang digunakan sudah terkontaminasi virus cacar monyet.
Cara Mencegah Cacar Monyet
Supaya Si Kecil tidak terkena cacar monyet, Moms harus melakukan berbagai cara pencegahan sedini mungkin. Cara-cara itu adalah:
- Hindari menjalin kontak dengan orang atau hewan yang sudah terkena virus cacar monyet.
- Rutin mencuci tangan Moms dan Si Kecil, serta menutup mulut jika Moms bersin.
- Jika orang-orang terdekat ingin menyentuh Si Kecil, minta mereka untuk mencuci tangan terlebih dulu. Pastikan juga mereka dalam keadaan sehat dan bersih, serta tidak terindikasi mengalami cacar monyet.
- Rutin membersihkan tubuh Si Kecil dan mengganti popok Si Kecil. Tips ini juga bisa diterapkan saat Moms mengatasi iritasi pada popok bayi.
Khusus untuk tips terakhir, pastikan Moms memakaikan popok yang nyaman dan mampu mencegah iritasi seperti popok Merries Good Skin. Popok Merries ini memiliki permukaan yang begitu lembut sehingga Si Kecil bisa nyaman sepanjang hari. Daya serapnya pun tinggi karena mampu menyerap hingga 5 kali pipis sehingga kulit Si Kecil tetap kering. Sirkulasi udaranya pun baik sehingga kulit Si Kecil bisa bebas bernapas.
Popok Merries Good Skin juga sudah allergy tested dan memiliki kandungan ekstrak alami witch hazel yang membuat popok Merries ini aktif kurangi risiko alergi pada Si Kecil, serta menjaga kelembutan kulit Si Kecil. Popok Merries Good Skin dilengkapi karet pinggang elastis lembut dan tidak meninggalkan bekas kemerahan pada kulit Si Kecil.
Popok Merries ini juga sudah teruji secara klinis oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI) mencegah iritasi pada kulit bayi. Popok Merries Good Skin bisa dipesan langsung disini!
Itulah informasi terkait cacar monyet, sebuah penyakit yang harus Moms waspadai. Semoga informasi yang Merries berikan bisa membantu Moms lebih waspada, mengenal gejala dan cara penularan cacar monyet, serta melakukan pencegahan sedini mungkin.
Sampai jumpa di artikel Merries berikutnya, ya!