Menjelang pertengahan tahun ini, penyakit cacar monyet kembali menjadi perhatian. Penyakit ini dikabarkan sudah mulai menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Tidak hanya pada orang dewasa, penyakit ini juga berpotensi menjangkiti anak dan bayi.
Moms dan Dads harus mulai mewaspadai penyakit yang tergolong baru ini. Lalu, apa sebetulnya cacar monyet itu dan bagaimana cara mengatasinya?
Apa Itu Cacar Monyet?
Cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus Monkeypox yang bersarang di tubuh monyet. Cacar monyet sendiri sebetulnya adalah penyakit zoonosis alias penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, lambat laun penyakit ini pun mulai menular dari manusia ke manusia. Khusus penularan antar manusia, cacar monyet biasanya menular lewat kontak langsung dengan cairan tubuh dan luka di kulit, serta kontak dengan benda dan makanan yang terkontaminasi virus Monkeypox.
Kasus pertama dari penularan cacar monyet terjadi pada 1970 silam di Kongo, Afrika Selatan. Saat itu, penyakit ini menular dari seekor monyet ke manusia. Gejala penyakit ini kurang lebih mirip dengan cacar biasa. Bedanya, penderita cacar monyet akan mengalami pembengkakan kelenjar getah bening yang ada di ketiak.
Penularan Cacar Monyet Pada Anak dan Bayi
Pada bayi dan anak, penularan cacar monyet bisa terjadi oleh beberapa penyebab, yaitu:
1. Kontak dengan Beberapa Jenis Hewan
Seperti pada orang dewasa, penularan cacar monyet pada anak dan bayi juga bisa terjadi akibat kontak dengan hewan tertentu, seperti monyet, tikus, dan tupai. Penularan juga bisa terjadi saat bayi berusia 6 bulan ke atas atau anak-anak menyantap daging hewan yang diduga terkontaminasi virus Monkeypox.
2. Ditularkan oleh Ibu Hamil yang Mengandung Si Kecil
Si Kecil pun bisa terkena cacar monyet saat ia masih dalam kandungan ibunya. Hal ini berlaku saat sang ibu sudah terkena cacar monyet. Penularan dari ibu ke bayi kandungan sendiri bisa terjadi lewat plasenta dalam kandungan
3. Lewat ASI
Penularan cacar monyet juga bisa terjadi lewat ASI yang dikonsumsi Si kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Robert Sinto, SpPD, K-PTI. Menurut dr. Robert, penularan tersebut bisa terjadi saat ibu menyusui sudah terkena virus cacar monyet, dimana virusnya akan masuk ke darah dan ASI. Dari situ, dr. Robert menyarankan agar ibu menyusui yang terinfeksi cacar monyet untuk tidak menyusui Si Kecil sementara waktu, sampai mendapatkan penanganan yang tepat oleh dokter.
Gejala Cacar Monyet Pada Anak dan Bayi
Bisa dibilang jika anak dan bayi adalah kelompok yang paling rentan terkena cacar monyet. Menurut beberapa sumber, sekitar 10 persen kematian akibat cacar monyet terjadi pada anak dan bayi.
Menurut WHO, gejala cacar monyet pada anak dan bayi akan terjadi dalam dua tahap, yaitu:
1. Tahap Invasi
Tahap ini akan terjadi selama 0-5 hari setelah virus masuk ke tubuh anak dan bayi. Umumnya, gejala yang muncul di tahap ini adalah demam, sakit kepala, serta pembengkakan pada kelenjar getah bening.
2. Tahap Erupsi
Tahap ini akan muncul saat Si Kecil mulai demam. Ciri utama dari tahap ini adalah adanya ruam yang muncul secara bertahap pada bagian tungkai dan wajah. Ruam tersebut biasanya muncul dengan bentuk mirip bintil dan akan menimbulkan nyeri dan gatal.
Cara Mencegah Cacar Monyet
Pencegahan terhadap cacar monyet harus dilakukan, tidak hanya pada bayi dan anak tetapi juga pada ibu hamil. Sebab, ibu hamil pun juga sangat rentan terkena penyakit ini.
Cara mencegah cacar monyet bisa dimulai dari hal-hal sederhana, salah satunya dengan rutin mencuci tangan dengan sabun. Selain itu, Moms juga bisa melakukan cara-cara mencegah cacar monyet lainnya, yaitu:
- Menghindari kontak langsung dengan hewan liar seperti primata dan tikus.
- Jangan menyentuh benda yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit. Misalnya tempat tidur yang tidak sengaja ditiduri oleh hewan peliharaan Moms yang sedang sakit.
- Memastikan lingkungan sekitar tetap bersih.
- Mengajarkan SI Kecil cuci tangan secara rutin.
- Meminta setiap orang untuk cuci tangan terlebih dulu jika ingin memegang Si Kecil.
- Menggunakan masker saat keluar rumah.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Si Kecil terindikasi menyentuh hewan liar, menyentuh benda-benda yang dicurigai disentuh hewan liar, serta terlihat muncul gejala mirip cacar monyet di tubuhnya, Moms dan Dads bisa membawa Si Kecil ke dokter.
Nantinya, dokter akan melihat gejala-gejala pada Si Kecil, serta mengambil sampel virus di tubuhnya. Dalam pengambilan sampel, dokter akan melakukan beberapa tes, yaitu:
- Tes darah.
- Tes swab atau tes usap tenggorokan.
- Pengambilan sampel pada jaringan kulit luka, terutama pada kulit yang kering atau mengeluarkan cairan nanah.
Setelah pengujian tersebut, dokter akan mengambil sampel dari Si Kecil. Dari sampel tersebut, dokter akan menyimpulkan apakah Si Kecil betul-betul mengalami cacar monyet atau tidak, serta tindakan apa yang harus diambil dokter dalam menangani Si Kecil.
Itulah berbagai informasi soal cacar monyet pada anak dan bayi. Semoga membuat Moms lebih mewaspadai penyakit cacar monyet. Pastikan Moms selalu melakukan langkah pencegahan supaya Moms, Si Kecil, dan keluarga terlindungi dari penyakit ini.
Selama Moms melakukan pencegahan, jangan lupa untuk memenuhi setiap kebutuhan Si Kecil, termasuk popok. Pastikan popoknya betul-betul nyaman dan tidak membuat bayi rewel malam hari.
Sebagai rekomendasi, Moms bisa pilih popok Merries Premium Pants. Popok Merries Premium Pants memiliki lapisan bersirkulasi udara dan terowongan udara pada pinggang sehingga melepaskan kelembapan. Kulit Si Kecil bebas bernapas. sehingga tidak membuat bayi rewel malam hari. Daya serapnya pun tinggi, sehingga cairan terserap dengan baik. Karet pinggang popok Merries Premium Pants lembut dan dapat diregangkan 2.5 kali sehingga tidak menimbulkan kemerahan pada pinggang Si Kecil.
Popok Merries ini pun juga punya bagian dalam permukaan yang lembut dan cocok untuk kulit Si Kecil yang masih sensitif. Popok Merries Premium Pants bisa Moms pesan langsung disini!