Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada tiga kebutuhan dasar Si Kecil yang harus dipenuhi, dimana salah satunya adalah mendapatkan pola asuh yang tepat. Pola asuh sendiri merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tumbuh kembang bayi, baik itu secara fisik, psikis, maupun sosial.
Semakin tepat pola yang diberikan, maka semakin baik pertumbuhan fisik, psikis, dan sosial Si Kecil. Dalam dunia psikologi, pola asuh pada Si Kecil terdiri atas empat jenis. Tiap jenis pola asuhnya berpengaruh pada tumbuh kembang bayi. Lalu, apa saja empat pola asuh Si Kecil itu?
Jenis-Jenis Pola Asuh Si Kecil
1. Pola Asuh Permisif
Jenis pola asuh yang pertama ini sangat membebaskan Si Kecil untuk mengutarakan apa pun yang ia mau. Orangtua atau pengasuh harus mengikutinya tanpa adanya batasan yang tegas. Satu sisi, pola asuh ini bisa membuat Si Kecil lebih bebas untuk mengutarakan keinginannya. Namun, pola asuh ini pun juga punya berbagai dampak negatif jika diaplikasikan dengan kurang bijak. Adapun dampak-dampak itu adalah:
- Si Kecil jadi suka memberontak dan ingin selalu mendominasi.
- Si Kecil kurang bisa mengendalikan diri.
Jika ingin menerapkan pola asuh ini, pastikan Moms untuk memberikan batasan yang tegas, serta hukuman yang jelas jika Si Kecil melanggar batasan tersebut. Pastikan hukuman yang diberikan tidak memiliki unsur kekerasan, serta ditujukan untuk mendidik Si Kecil untuk menghormati batasan yang Moms berikan.
2. Pola Asuh Otoriter
Berbeda dengan pola asuh sebelumnya, pola asuh ini justru tidak memberikan ruang bagi Si Kecil untuk mengutarakan keinginannya. Orang tua menjadi sosok dominan dalam pola asuh ini, dimana setiap kebutuhan Si Kecil sangat dikontrol oleh orang tua. Menurut buku Raising Children in Digital Era, orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter biasanya pernah mendapatkan pola asuh itu saat mereka masih kecil.
Pola asuh ini sekarang mulai banyak ditinggalkan karena lebih banyak dampak negatifnya, terutama bagi kesehatan mental Si Kecil. Hal ini selaras dengan hasil penelitian dari University College London yang mengatakan kalau anak yang diasuh secara otoriter membuat Si Kecil tidak bahagia, serta punya kondisi mental yang rendah.
Jika dibiarkan, kondisi mentalnya bisa sama parahnya dengan kondisi mental orang yang sudah ditinggal mati orang terdekatnya. Pola asuh ini bisa semakin merusak mental Si Kecil jika penerapannya menggunakan kekerasan fisik dan psikis, dimana hal itu akan membuat Si Kecil kurang percaya diri atau bahkan berperilaku agresif.
3. Pola Asuh Cuek
Seperti pola asuh otoriter, pola asuh ini juga banyak dihindari oleh para orang tua. Pola asuh ini sering diterapkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, atau sedang memiliki banyak masalah pribadi. Misalnya masalah finansial atau mengalami adiksi terhadap narkotika.
Pada pola asuh ini, orang tua biasanya hanya memenuhi kebutuhan fisik dasar Si Kecil saja, seperti makanan, pakaian, dan mainan. Sementara itu, kebutuhan psikis dan emosional sangat jarang dipenuhi karena orang tua terlalu sibuk membereskan masalah pribadi mereka.
Mungkin awalnya Si Kecil tidak terlalu sadar kalau kebutuhan psikis dan emosionalnya tidak terpenuhi. Namun, pelan-pelan ia akan sadar kalau ia tidak mendapatkan dua kebutuhan dasar itu dan merasa ia tidak disayangi orang tuanya. Akibatnya, Si Kecil pun akan merasa tidak percaya diri, suka cari perhatian kepada orang lain, sampai melakukan tindakan agresif.
4. Pola Asuh Autoritatif/Demokratis
Dibanding tiga pola asuh lainnya, pola asuh inilah yang paling ideal untuk diterapkan saat ini. Sebab, pola asuh ini bisa membuat orang tua memberikan batasan ke Si Kecil tanpa harus jadi sosok otoriter. Si Kecil pun tetap bisa mengutarakan keinginannya sambil tetap mengikuti batasan yang berlaku.
Komunikasi adalah hal yang paling ditekankan pada pola asuh ini, terutama jika Si Kecil masih berusia 2 tahun ke bawah. Salah satu contoh pola asuh ini adalah dengan menjelaskan kepada Si Kecil mengapa ia harus bangun dan tidur di waktu-waktu tertentu. Pastikan Moms mengomunikasikannya dengan lemah lembut, apalagi jika Si Kecil masih berusia di bawah 2 tahun.
Banyak manfaat positif yang bisa didapatkan dari pola asuh ini, yaitu:
- Si Kecil akan lebih kreatif dan percaya diri.
- Si Kecil punya keterampilan sosial yang baik, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
- Lebih kreatif dan mampu menyelesaikan setiap masalah.
Penutup
Salah satu kebutuhan Si Kecil dasar yang harus dipenuhi adalah mendapatkan pola asuh yang tepat. Pola asuh sendiri sangat penting bagi tumbuh kembang Si Kecil, baik secara fisik, psikis, maupun sosial.
Pola asuh sendiri punya empat jenis, dimana tiap jenisnya punya dampak bagi pertumbuhan Si Kecil. Keempatnya adalah permisif, otoritatif, cuek, dan autoritatif. Di antara semua pola asuh itu, pola asuh autoritatif adalah pola asuh paling tepat untuk digunakan. Pasalnya, pola asuh itu bisa membuat Moms memberikan batasan yang tegas kepada Si Kecil tanpa harus membuat Si Kecil kehilangan haknya untuk memenuhi keinginannya.
Selain memberikan pola asuh yang tepat, Moms juga harus memerhatikan berbagai keperluan Si Kecil. Salah satunya adalah menyediakan popok yang bisa membuat Si Kecil tetap nyaman selama beraktivitas. Sebagai rekomendasi, Moms bisa gunakan popok Merries Premium Pants.
Popok Merries ini memiliki lapisan bersirkulasi yang membuat kulit bebas bernapas sekaligus bebas dari lembap yang bisa menimbulkan iritasi. Permukaan popok dan karet pinggangnya lembut, sehingga membuat popoknya nyaman dipakai dan tidak menimbulkan bekas kemerahan di kulit Si Kecil. Popok Merries Premium Pants dapat digunakan untuk Si Kecil yang sudah mulai aktif. Popok Merries satu ini bisa Moms dapatkan di sini.