Artikel ini berisi tentang :
- Bermanfaat untuk perkembangan Si Kecil
- Usir emosi negatif Si Kecil
- Cocok diterapkan di Indonesia
- Apakah harus dilakukan di rumah?
Selama ini, banyak orang yang menganggap art therapy atau terapi seni, hanya untuk anak berkebutuhan khusus. Padahal, dampak terapi seni cukup luas lho, dari mulai mengembangkan kemampuan otak kanannya, hingga ampuh membantu Si Kecil melepas emosi negatifnya.
Bermanfaat Untuk Perkembangan Si Kecil
Aktivitas seni seperti menggambar, mewarnai dan lainnya, efektif untuk membuat Si Kecil lebih fokus karena mereka dipaksa untuk melakukan kordinasi antara mata dan gerakan tangan (oleh art therapist asal Jakarta, Mutia Ribowo).
Selain itu, Si Kecil pun akan lebih peka terhadap lingkungan sekitar, mampu meningkatkan intuisi mereka, dan memiliki empati yang lebih baik ketimbang anak lainnya.
Menariknya, Mutia menerangkan jika menggambar mampu menstimulus agar kinerja otak kiri dan kanan Si Kecil seimbang. Hal ini karena selama melaksanakan aktivitas seni, dia harus mampu menghitung dan mengukur jarak, warna dan aktivitas lainnya yang membutuhkan kemampuan otak kiri.
Sementara untuk otak kanan, Si Kecil akan menggunakannya untuk memperkirakan dan memberi rasa pada karya-karya yang dia buat, baik lewat penggunaan warna hingga cerita.
Usir Emosi Negatif Si Kecil
Art therapy memberikan banyak manfaat bagi Si Kecil, salah satunya ampuh mengusir emosi buruk dan mendukung tumbuh kembangnya secara optimal (oleh Doktor bidang clinical hypnotherapy, Dr. Monty P Satiadarma, MS/AT., MCP/MFCC., DCH., Psi).
Contohnya saat Si Kecil rewel atau marah, Moms bisa mengalihkan perhatiannya dengan menggunakan benda seni, contohnya saja lilin mainan atau alat lukis.
Dengan hanya meremas-remas lilin mainan, dan buat objek sederhana, rasa cemas, marah, dan emosi negatif lainnya akan terhapuskan. Hal yang sama pun terjadi saat dia menggambar atau mencorat-coret kertas. Emosi negatifnya perlahan akan menghilang dan membuatnya jadi lebih tenang.
Tidak hanya itu, Si Kecil yang mengalami kecemasan atau takut berlebihan, cepat marah, mudah mengalami perubahan emosi, dan lainnya, bisa diatasi dengan terapi seni (oleh Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., psikolog dari Universitas Indonesia).
Selain itu, terapi seni pun bisa diaplikasikan untuk mengatasi trauma atas kejadian masa lalu yang menakutkan, seperti bencana, kekerasan seksual dan lainnya.
Hal ini bahkan dibuktikan oleh Prof. Dr. Evelin Witruk, Peneliti dan psikolog dari Institute for Pscyhology University of Lepizig, Jerman, yang berhasil memulihkan trauma pasca stunami anak-anak di Aceh dengan menggunakan aktivitas melukis dan menggambar.
Mengenai cara dan bagaimana melakukannya, Dr. Evelin menjelaskan jika pelatihan menggambar dan melukis yang dia lakukan sama seperti pelatihan seni rupa pada umumnya. Yakni membiarkan Si Kecil bebas menggambar sesuai dengan imajinasi mereka.
Solusi Menghadapi Persoalan Psikologi
Terapi seni merupakan jenis terapi yang terbuka dan bebas budaya atau free culture. Kondisi inilah yang membuat terapi ini sangat cocok dilakukan di Indonesia untuk memberi solusi masalah prikologi (oleh Adiyanti, Ketua Program Studi Magister Psikologi Profesi Fakultas Psikologi UGM).
Contohnya, lewat menggambar bebas mereka bisa mengungkapkan keinginannya yang terpendam, unek-unek dan mengungkap suasana hati terbaru yang mereka alami. Lewat bantuan gambar mereka, nantinya para psikolog akan menyimpulkan bagaimana kondisi psikologis pasien dan solusi untuk mengatasinya.
Keampuhan terapi seni untuk mengatasi masalah psikologi pun berhasil dibuktikan lewat sebuah studi dari University of Granada di Spanyol, yang menemukan jika 20 pasien penderita gangguan mental akut, berhasil sembuh hanya dengan menjalani terapi seni selama 1 tahun penuh.
Terapi ini diberikan kepada pasien di Therapeutic Community of the Northern Area of the Virgen de las Nieves Hospital of Granada, dengan mengadaptasi lukisan karya Edvard Munch dan Amedeo Modigliani (oleh Elizaberta Perez, juru bicara Tim Peneliti).
Lukisan ini digunakan untuk menggambarkan keinginan terpendam pasien, mengungkapkan perasaan terkini, dan emosi yang mereka miliki. Selama proses ini, Perez berhasil mengungkap perasaan dan emosi-emosi pasien, sehingga proses terapi penyembuhan bisa berjalan lebih maksimal.
Apakah Harus Dilakukan Di Rumah?
Jika tujuannya untuk mengembangkan bakat dan melepaskan emosi negatif, Moms bisa melakukan terapi seni di rumah dengan menggunakan media seadanya, seperti aktivitas menggambar atau mewarnai (oleh menurut Saskhya Aulia Prima, M.Psi, Psikolog anak dari Tiga Generasi).
Sementara jika tujuannya untuk perbaikan masalah psikologis, sebaiknya terapi seni ini dilakukan dengan bantuan psikolog. Tidak perlu harus di tempat prakteknya, terapi ini bisa dilakukan di rumah, dan Moms bisa membawa hasil karya Si Kecil kepada psikolog.
Nantinya, psikolog akan menggambarkan bagaimana suasana hati Si Kecil sesuai dengan gambar yang dibuat, dan menyarankan langkah apa yang harus Moms lakukan sebagai upaya perbaikan. Sebagai selingan, Moms pun bisa memberikan kertas mewarnai, dan beberapa mainan seni lainnya.