Artikel ini meliputi:
- Tahapan Usia Normal Si Kecil Mulai Belajar Bicara
- Si Kecil akan Lebih Dulu Panggil Dads
- Papa dan Mama Sebagai Kata Pertama Si Kecil
- Mitos dan Fakta Seputar Perkembangan Bicara Si Kecil
- Solusi Masalah Perkembangan Bicara
Sejak pertama dilahirkan, momen serba pertama dari Si Kecil merupakan salah satu hal yang menarik untuk diperhatikan. Salah satunya adalah momen bicara, dimana kebanyakan orangtua akan menunggu apa yang pertama diucapkan Si Kecil saat belajar bicara.
Menurut Jenni K Dahlia, dokter spesialis anak, sekaligus konsultan tumbuh kembang anak, menerangkan jika kemampuan bicara Si Kecil terjadi secara bertahap sesuai usianya.
Tahapan Usia Normal Si Kecil Mulai Belajar Bicara
- Usia 2 bulan
Di usia ini, Si Kecil seharusnya sudah mulai bisa mengeluarkan suara-suara sederhana, yang disebut dengan istilah cooing. Beberapa kata yang mulai keluar seperti "aaaa", "ooo" dan suara sederhana lainnya. Menurut Jenni, Anda harus segera khawatir jika usia 3-4 bulan, Si Kecil belum bisa cooing.
- Usia 6-9 bulan
Di usia ini, Si Kecil sudah masuk dalam tahap kemampuan bicara selanjutnya. Umumnya, bunyi-bunyi yang keluar dari mulut mungilnya berupa babling atau pengulangan suku kata sederhana, contohnya ma-ma-ma-ma, ba-ba-ba, pa-pa-pa-pa, dan lainnya.
- Usia 12 bulan
Saat ini Si Kecil sudah cukup mahir mengeluarkan kata-kata yang menggemaskan, contohnya memanggil mama dan papa dengan cukup jelas, dan beberapa kata lainnya yang mulai bermakna. Teruslah ajak bicara agar kosakatanya bisa terus bertambah.
- Usia 24 bulan
Di usia ini, Si Kecil sudah mulai mengerti dan menggabungkan beberapa kata sederhana dan biasa dia temui, contohnya mobil papa, buku mama, dan lainnya. Dalam usia ini, teruslah berikan stimulasi agar kemampuan bicara Si Kecil terus meningkat.
Saran untuk menstimulasi kemampuan bicara Si Kecil
Untuk menstimulasi kemampuan bicara Si Kecil, ada baiknya Anda lebih banyak mengajak Si Kecil bicara dengan tempo lambat dan gunakan kata-kata berulang, seperti mama, papa, dan lainnya. Selain itu, Anda pun bisa rutin membacakan cerita untuk memperkaya kosakatanya.
Si Kecil akan Lebih Dulu Panggil Dads
Sejak masih dalam kandungan hingga terlahir ke dunia, waktu Moms dengan Si Kecil memang jauh lebih banyak. Harusnya, kondisi ini bisa membuat Si Kecil jauh lebih dekat dengan Anda. Tapi nyatanya, sejumlah penelitian menyebut jika Si Kecil akan lebih dulu memanggil Dads ketimbang Anda.
Ini serius lho! Anda pasti sekarang sedang sedikit sedih dan kecewa. Tapi percayalah, ini hanya bersifat sementara saja, dan merupakan bagian penting dari tumbuh kembang Si Kecil.
Dilansir dalam Today's Parent, Vannesa Lapointe, peneliti sekaligus psikolog keluarga, menyebut jika anak di bawah 2 tahun, cenderung memiliki proses identifikasi lingkungan yang belum sempurna. Yang paling menarik, kondisi ini berlaku juga kepada proses identifikasi ayah dan ibu yang masih naik turun.
Lebih lanjut lagi, Lapointe menjelaskan jika kondisi ini umumnya disebabkan karena wilayah frontal cortex Si Kecil yang belum sempurna. Hal inilah yang membuatnya cenderung mengeluarkan kata papa atau baba, yang terdengar seperti Papa, baru setelah itu mamama, yang terdengar seperti Mama.
Dalam hal ini, Anda tidak perlu iri Moms. Agar Si Kecil bisa membedakan mana mama dan mana papa, Anda bisa sering-sering menyebut kata mama saat Si Kecil sedang dipangku oleh Anda, dan kata papa saat si kecil dipangku ayahnya.
Hal ini dilakukan sebagai pengenalan identitas, sekaligus untuk menstimulasi kemampuan bicara Si Kecil. Ingat Moms, lakukan secara perlahan dengan artikulasi yang jelas!
Papa dan Mama Sebagai Kata Pertama Si Kecil
Dalam hal ini, Judith Gervain, seorang peneliti post-doktoral dari Universitas British Columbia, menyebut jika fenomena Papa dan Mama sebagai kata pertama Si Kecil, disebabkan karena kata "mama" atau "papa" lebih dikenal, sering diulang-ulang dan sering diucapkan dalam banyak bahasa di dunia.
Selain itu, kata "mama" atau "papa" pun dari segi linguistik ataupun fungsi susunannya, lebih mudah dilafalkan Si Kecil ketimbang kalimat lainnya, seperti "ibu" atau "bunda".
Sebagai pembuktian, Gervain melakukan penelitian dengan memperdengarkan rekaman kata-kata sambil memindai otak sebanyak 22 bayi berusia 2-3 hari. Ada dua kategori kata yang diperdengarkan, pertama kata-kata yang memiliki pengulangan silabel, seperti "mubaba" dan "penana".
Sementara sebagai pembanding, Gervain pun memperdengarkan kata-kata yang tidak berulang, seperti "mubage" dan "penaku". Setelah itu, respons otak Si Kecil pun dilihat dengan cara pemindaian.
Hasilnya, penelitian yang juga dipublikasikan dalam jurnal Proceeding of the National Academy of Sciences, membuktikan jika kata-kata berulang, seperti "mubaba" dan "penana", bisa direspon langsung oleh otak Si Kecil, ketimbang kata yang tidak berulang, seperti "mubage" dan "penaku".
Cara menyikapinya
Lewat penelitian ini, dapat disimpulkan jika Si Kecil cenderung merespon kata-kata atau kalimat yang berulang. Agar lebih maksimal, sebaiknya rangsang terus perkembangan bicara Si Kecil dengan terus mengajaknya bicara, mengajaknya bercerita secara berulang dan lainnya.
Mitos dan Fakta Seputar Perkembangan Bicara Si Kecil
Selain menghadirkan beberapa fakta menarik, perkembangan bicara Si Kecil pun tidak lepas dari mitos-mitos yang menyesatkan. Berikut beberapa fakta dan mitos tentang perkembangan bicara anak:
- Lebih dulu jalan = lambat bicara
Banyak yang percaya mitos yang menyebut, Si Kecil akan terlambat bicara kalau dia bisa berjalan lebih dulu. Padahal menurut dr Meta Hanindita SpA, dokter dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, menyebut jika kedua hal ini tidak ada hubungannya sama sekali.
Hal yang sama pun diungkapkan Rita Rahmawati A.md. TW, S.Pd, seorang terapis wicara di RS Harapan Kita dan Rumah Terapi, menyebut jika mitos ini terbukti salah. Faktanya, banyak anak yang mendapat kedua kemampuan ini secara bersamaan. Semuanya tergantung dari pola asuh Anda!
- Lidah dikerik batu cincin untuk melancarkan bicara
Jika anak yang perkembangan bicaranya lambat, lidahnya harus dikerik dengan menggunakan batu cincin atau batu akik. Ada juga yang percaya jika mengerik lidah Si Kecil dengan dedaunan khusus, bisa membuatnya cepat bicara.
Untuk hal ini, dr Meta menyakini jika hal ini merupakan mitos yang menyesatkan. Bagaimanapun juga, mengerik lidah Si Kecil bukan solusi terbaik untuk membuatnya cepat bicara.
- Dipukul daun salam
Mitos lainnya menyebut jika memukul Si Kecil dengan daun salam bisa membuatnya cepat berkata-kata. Padahal, ini jelas mitos yang salah. Menurut dr Meta, kalau hal ini benar-benar terjadi, maka sangat mudah untuk membuat Si Kecil cepat bicara.
Lebih lanjut lagi, dr Meta menyebut jika memukul Si Kecil sama saja dengan mengintimidasi dan memaksa dia untuk lebih cepat bicara. Alih-alih berhasil, justru ini akan membuat Si Kecil tertekan!
- Makan buah manggis
Konon katanya, memberikan Si Kecil buah manggis akan membuatnya lebih cepat berbicara. Lagi-lagi, kedua pakar, dr Meta dan Rita, sepakat untuk menolak mitos ini. Bagaimanapun juga, tidak ada bukti ilmiah yang menghubungkan manggis dengan peningkatan kemampuan bicara anak.
- Makan tempe yang dibungkus daun
Tips lainnya menyebut jika makan tempe yang dibungkus daun pisang akan membuat Si Kecil lebih cepat bicara. Untuk yang ini, Anda pasti sudah bisa menebaknyakan? Yup, ini hanya mitos tanpa dasar. Bagaimanapun juga, mitos ini tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.
Ingat, semua itu hanya mitos yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Alih-alih mencoba hal-hal yang belum jelas kebenarannya, akan lebih baik kalau Anda lebih fokus menstimulasi kemampuan bicara Si Kecil dengan kata-kata sederhana dan berulang.
Solusi Masalah Perkembangan Bicara
Untuk mengurangi risiko keterlambatan bicara, sebaiknya sering-seringlah menstimulai kemampuan bicara Si Kecil sedini mungkin dengan cara, lebih sering berbicara kepada Si Kecil dengan kata-kata berulang dan artikulasi sederhana. Misalnya Ma Ma, Pa Pa, dan lainnya.
Selain itu, bicaralah yang lebih lambat dan jelas dengan intonasi yang menyenangkan agar Si Kecil mendapat kesempatan untuk menangkap kata-kata tersebut dengan sempurna, sambil merasakan keceriaan bermain dengan kata-kata.
Sementara untuk beberapa gangguan lainnya, seperti Suttering atau Gagap dan gangguan perkembangan artikulasi atau phonological disorder, Anda tidak perlu khawatir. Biasanya masalah yang terjadi pada saat Si Kecil berusia 18-24 bulan ini akan segera hilang seiring dengan perkembangan usia Si Kecil.
Kalau Si Kecil usianya sudah lebih dari 24 bulan (2 tahun) tapi Si Kecil masih saja mengalami gagap, segeralah membawa si kecil untuk memeriksakan dirinya ke dokter untuk melihat apakah ada potensi gangguan lainnya yang menjadi penyebab Si Kecil masih mengalami gangguan bicara tersebut. Selamat mencoba!