Artikel ini berisi tentang:
- Bagaimana dengan urine berbuih?
- Bagaimana gejala sindrom nefrotik?
- Pengobatan Sindrom Nefrotik
- Pencegahan Sindrom Nefrotik
Ada banyak cara untuk melihat kondisi kesehatan Si Kecil. selain melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, Moms pun bisa mengecek kesehatan Si Kecil lewat sinyal tubuhnya. Salah satunya dengan melihat kondisi urinenya.
Bagaimana dengan urine berbuih?
Sebenarnya urine berbuih bisa disebabkan karena banyak faktor, salah satunya karena dehidrasi atau infeksi saluran kencing. Tapi untuk kedua kondisi ini, hanya terjadi saat masalah tersebut menyerang, dan akan segera tuntas jika diberikan pengobatan yang sesuai.
Sedangkan jika si Kecil mengalami urine berbuih, dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, Moms harus waspada dengan sindrom nefrotik, yang merupakan kumpulan gejala dari gangguan fungsi ginjal.
Sindrom nefrotik biasanya dimulai dari proteinuria atau adanya protein dalam urine akibat pembuluh darah kecil dalam ginjal mengalami kerusakan, hingga membuatnya tidak dapat melakukan fungsinya dengan maksimal, salah satunya kemampuan menyaring limbah dan kelebihan air.
Mereka yang mengalami sindrom nefrotik biasanya akan memiliki kadar protein lebih dari 3,5 gram/24 jam, dan peningkatan kadar kolesterol darah atau lipid, dengan kadar albumin kurang dari 3,5 gram/dL. (oleh Prof Dr dr Parlindungan Siregar, SpPD-KGH., dokter spesialis penyakit dalam dari RSCM)
Bagaimana gejala sindrom nefrotik?
Akibat dari fungsi ginjal yang tidak maksimal, sindrom nefrotik akan meninggalkan gejala seperti urine berbuih. Hal ini disebabkan karena kondisi ginjal yang tidak normal menyebabkan pelepasan protein yang abnormal, dan menyebabkan kadar protein dalam darah menjadi sangat rendah.
Selain dilihat dari urine yang berbuih atau berbusa, Moms bisa mengenali sindrom nefrotik dengan beberapa gejala berikut ini :
- Berat badan yang meningkat drastis, meskipun pola makan tidak pernah berubah, bahkan malah cenderung menurun.
- Terjadi pembengkakan di beberapa bagian tubuh, terutama di bagian kaki, bagian bawah mata yang terlihat seperti kantung mata, dan lainnya.
- Si Kecil malas bergerak dan mengaku sangat lelah, meskipun tidak melakukan banyak aktivitas.
- Nafsu makan menurun karena Si Kecil tidak merasa lapar.
Untuk memastikan apakah Si Kecil mengalami sindrom nefrotik atau tidak, Moms harus mengajak Si Kecil untuk memeriksakan dirinya ke dokter. (oleh Prof Dr dr Parlindungan Siregar, SpPD-KGH, Guru Besar Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
Pengobatan Sindrom Nefrotik
Untuk mengobati sindrom nefrotik, umumnya dokter akan mencoba mengatasi dulu masalah penyakit yang mendasarinya, misalnya penyakit terkait sistem imunologi dan lainnya. (oleh dr Tunggul D Situmorang, SpPD,KGH, ahli ginjal dan Direktur RS PGI Cikini)
Jika sudah terlanjur, biasanya langkah pengobatan untuk sindrom nefrotik dilakukan dengan cara pemberian obat steroid untuk ginjal, dan obat imunosupresan lainnya. Tapi jika respons yang muncul kurang baik, bisa dipastikan fungsi ginjal sudah sangat buruk dan Si Kecil harus menjalani rutinitas cuci darah.
Khusus untuk rutinitas cuci darah, umumnya metode ini akan dianjurkan jika sudah muncul penyakit ginjal kronis stadium V, atau sudah menimbulkan komplikasi yang cukup parah.
Selama pengobatan, Si Kecil disarankan untuk memilih menu asupan protein tanpa lemak, dan menjauhi makanan dengan kandungan kolesterol tinggi, seperti gorengan dan lainnya. Selain itu, Si Kecil pun disarankan untuk mengurangi asupan garam.
Pencegahan Sindrom Nefrotik
Dilihat dari fakor penyebabnya, sindrom nefrotik dibagi menjadi dua, yakni primer dan sekunder. Untuk penyebab primer, hingga kini penyebabnya belum diketahui. Menurut beberapa pakar, kondisi ini disebabkan karena faktor autoimun atau berkaitan dengan masalah sistem imunologi.
Sedangkan penyebab sekunder, bisa muncul karena diabetes, lupus atau penyakit malaria. Tapi yang mesti diingat, sindrom nefrotik bukan penyakit terkait keturunan atau penyakit bawaan lahir.
Sementara untuk pencegahannya, Moms disarankan untuk melakukan melakukan pencegahan terkait risiko munculnya penyakit ginjal, atau terkait dengan sistem imunologi, diantaranya :
- Cukupi kebutuhan cairan tubuh dengan mengonsumsi cairan yang cukup.
- Biarkan Si Kecil aktif bergerak, seperti berlarian, berjalan kaki, bermain sepeda dan lainnya.
- Berhati-hatilah saat memberikan suplemen atau obat-obatan. Pasalnya, beberapa suplemen dan obat-obatan mengandung asam amino tinggi yang dapat mengganggu kerja ginjal.
Jangan lupa konsumsi makanan sehat, terutama sayuran dan buah-buahan untuk memaksimalkan kinerja ginjal, sekaligus menjaga daya tahan tubuh tetap baik.