Artikel ini berisi tentang :
- Tanamkan Karakter Positif
- Meningkatkan Harapan Si Kecil
- Hati-hati Dengan Dampak Buruknya!
- Apa Yang Harus Orangtua Lakukan?
Membangun kedekatan dengan Si Kecil merupakan aktivitas positif yang harus dilakukan Dads. Caranya banyak, salah satunya dengan berdiskusi tentang tokoh idola, seperti Superman, Batman, Iron Man, atau karakter lokal seperti Gundala, dan lainnya.
Tanamkan Karakter Positif
Selain ampuh untuk meningkatkan bonding, berdiskusi tentang tokoh idola pun bisa jadi cara mudah untuk menanamkan karakter positif pada Si Kecil. (oleh Diane Ruble, professor psikologi dari New York University, Amerika)
Misal, Dads bisa menceritakan bagaimana sosok Batman dan Iron Man yang tanpa kekuatan super, tapi dia mampu bersaing dengan karakter dengan kekuatan ajaib, seperti Superman, Wonder Women dan lainnya, dengan memanfaatkan setiap potensi yang dia miliki (kekayaan, teknologi, dan kecerdasan).
Atau Dads pun bisa mengambil contoh Superman, dimana dia rela berjuang untuk melindungi bumi, meskipun pada dasarnya dia bukan penduduk bumi. Lewat Superman, Dads bisa menanamkan pesan jika Si Kecil harus rela menolong dan membantu siapa saja, tanpa memandang latar belakangnya.
Meningkatkan Harapan Si Kecil
Tokoh idola mampu memberikan kekuatan pada anak-anak, yang berupa panutan, tindakan hingga sudut pandang. Selain itu, idola pun mampu memberikan mereka kekuatan untuk jadi lebih baik. (oleh Jeff Greenberg, ilmuwan dari studi bidang psikologi sosial Universitas Arizona, Amerika)
Lebih lanjut lagi, Jeff menjelaskan jika kebanyakan anak-anak sering mengalami rasa takut dan tidak percaya diri. Tapi ketika melihat para tokoh idola, harapan mereka untuk menjadi seperti mereka akan tumbuh, dan keberanian mereka pun akan muncul.
Keberanian dan rasa percaya diri inilah yang akan mendorong mereka untuk semangat mengejar apa yang dicita-citakannya, hingga akhirnya Si Kecil pun akan menjelma jadi anak yang berprestasi, mudah bergaul dan banyak mendapatkan teman, terutama anak-anak lainnya yang memiliki tokoh idola yang sama.
Hati-hati Dengan Dampak Buruknya!
Meskipun punya dampak baik, Dads harus hati-hati dengan sejumlah dampak buruk yang ditimbulkan dari rasa cinta Si Kecil terhadap tokoh idolanya, terutama superhero. (oleh Sarah M. Coyne, pakar psikologi anak dari Brigham Young University, Inggris)
Menurut Sarah, anak-anak masih sangat polos untuk mengamil manfaat dari mengidolakan tokoh superhero, sehingga yang terekam dalam ingatannya hanya aksi saat idolanya menaklukan kejahatan dengan kekuatannya. Alhasil, anak yang terlalu mengidolakan superhero berisiko menjelma jadi anak yang agresif.
Klaim Sarah ini sesuai dengan penelitian yang dipublikasikan Journal of Abnormal Child Psychology. Dalam penelitian tersebut, tim peneliti menyimpulkan jika anak-anak yang mengidolakan superhero, 20 persen berisiko bertindak agresif karena ingin mempraktekan apa yang dia lihat dalam film.
Hasil penelitian ini didapat lewat pengamatan terhadap 240 anak di Inggris yang mengidolakan superhero, dimana tim peneliti mewawancarai mereka untuk mengetahui tingkat pengidolaan anak-anak pada superhero, dan apa yang paling berkesan dari tokoh idolanya tersebut.
Apa Yang Harus Orangtua Lakukan?
Dalam hal ini, Sarah menyarankan agar Dads lebih ketat lagi dalam mengawasi Si Kecil, termasuk saat mereka menonton film-film yang bertema superhero. Umumnya, film-film superhero penuh dengan aksi-aksi kekerasan yang mungkin akan ditiru Si Kecil.
Selain itu, Dads pun harus terus mengarahkan agar Si Kecil meneladani sikap superhero yang dia idolakan, bukan mengidolakan berdasarkan kekuatannya.
Penting juga untuk menemani Si Kecil selama menonton film. Di sini, Dads berperan sebagai sensor yang menerangkan bagaimana cerita, latar belakang dan pesan moral yang disampaikan film tersebut.
Dengan begitu, kegiatan menonton film ini tidak hanya bisa dijadikan sebagai ajang membangun kedekatan antara Dads dengan Si Kecil, tapi juga bisa dijadikan sebagai cara untuk menanamkan sikap-sikap positif yang harus diteladani dari tokoh idolanya.
Jangan lupa Dads pun harus melihat klasifikasi dari film yang akan ditonton. Jika film yang ditayangkan tidak sesuai dengan klasifikasi usia Si Kecil, sebaiknya jangan biarkan mereka menonton, atau minimalnya dampingi mereka selama menonton.