Artikel ini berisi tentang :
- Yang Terjadi Saat Si Kecil Dikritik
- Moms Bisa Frustasi Karena Lelah Mengkritik
- Si Kecil Akan Merasa Tersakiti
- Mengubah Kebiasaan Buruk Tanpa Mengkritik
Mengkritik merupakan salah satu cara untuk mengoreksi kebiasaan buruk Si Kecil, dengan harapan dia mau berubah dan menjadi anak yang lebih baik. Tapi bagaimana jika Moms terlalu sering mengkritik kebiasaan buruk Si Kecil. Adakah dampak buruknya?
Yang Terjadi Saat Si Kecil Dikritik
Penelitian yang dilakukan Binghamton University di New York, dengan cara mengamati 87 anak dan orangtuanya, menunjukkan jika anak yang dikritik orang tuanya cenderung tidak mengerti terkait kritikan orang tuanya tersebut.
Bahkan dalam penelitian ini menyebut jika anak-anak cenderung tidak akan memperhatikan apa yang Moms bicarakan, apalagi jika kritikan tersebut dilakukan dalam waktu yang lama (dalam penelitian disebutkan 5 menit).
Dengan kata lain, kritik yang diberikan Moms kepada Si Kecil tidak akan efektif untuk merubah kebiasaan buruknya, apalagi jika ketika Moms melontarkan kritikan, terselip kata-kata pembanding. Misalnya, Tuh lihat si Anton, dia sudah bisa BAB sendiri di WC. Kamu kapan?
Maka dari itu, untuk anak 2-4 tahun, hindari memberikan kritikan. Di usia ini, pola pendidikan terbaik yang bisa diberikan pada Si Kecil masih berupa informasi dan contoh langsung. (oleh Monica Jackman, pakar terapi tumbuh kembang anak di Port St. Lucie, Florida)
Moms Bisa Frustasi Karena Lelah Mengkritik
Menurut Monica, selain tidak efektif dalam mengubah kebiasaan buruk Si Kecil, terus menerus mengkritik Si Kecil pun akan membuat Moms lelah sendiri tanpa hasil yang jelas. Kondisi ini akan membuat frustasi, dan berisiko membuat Moms hilang kendali.
Dilansir dalam Healthline, terlalu sering mengkritik, maka semakin sering juga stimulasi yang diterima amygdala (bagian otak yang bertugas mengelola emosi). Bukan memberikan dampak baik, justru kondisi ini malah akan semakin membuat Si Kecil ingin mengabaikannya.
Karena terlalu sering diabaikan, kondisi ini berisiko membuat kesabaran Moms hilang. Alhasil, besar kemungkinan Moms akan melakukan kekerasan kepada Si Kecil, baik kekerasan verbal berupa bentakan, atau kekerasan fisik seperti mencubit dan memukul.
Jelas kondisi ini tidak baik untuk tumbuh kembang Si Kecil, mengingat sekecil apapun kekerasan yang Moms lakukan, berisiko meninggalkan luka trauma yang buruk bagi tumbuh kembang dan masa depan Si Kecil sendiri.
Si Kecil Akan Merasa Tersakiti
Tanpa sadar, terlalu banyak mengkritik Si Kecil akan membuatnya merasa terluka. Si Kecil bisa merasa tidak berguna, dan tidak mampu menjadi anak yang bisa membanggakan orang tuanya. (oleh Arrundina Puspita Dewi, M.Psi, psikolog klinis dari Yayasan Kesehatan Telkom)
Akibatnya, Si Kecil akan merasa rendah diri dan akan terus berpikir negatif tentang dirinya. Jangan heran jika kebiasaan ini akan membuat Si Kecil tidak merasa percaya diri, dan selalu ragu saat akan melakukan hal-hal yang baru.
Jelas ini sangat berbahaya Moms, mengingat di usianya sekarang ini, Si Kecil butuh belajar banyak hal, termasuk belajar dari kesalahan-kesalahan yang mungkin dia lakukan.
Misalnya, saat secara diam-diam Si Kecil main hujan-hujanan di belakang rumah, dari sini Si Kecil akan belajar jika tindakan ini akan membawa dampak buruk baginya, termasuk risiko terserang flu, dan mungkin tubuhnya akan terasa gatal-gatal karena bermain air yang kotor.
Mengubah Kebiasaan Buruk Tanpa Mengkritik
Anak-anak dapat belajar lebih baik lewat pujian daripada kritik. Maka dari itu, pola asuh positif merupakan satu-satunya cara yang bisa Moms lakukan untuk membentuk karakter Si Kecil yang lebih baik. (oleh Profesor Greg Hajcak Proudfit, psikolog di Stony Brook University)
Dalam keterangannya, Greg menjelaskan jika anak-anak sangat suka dengan pujian, dan dia akan termotivasi melakukan hal yang lebih baik saat dipuji. Misalnya, Duh adek pinter banget sih, sudah mau makan sayuran (meskipun hanya sedikit).
Pujian ini akan membuat Si Kecil lebih termotivasi untuk makan sayuran lebih banyak, dan pada gilirannya akan membuat mereka lebih menyukai banyak sayuran.
Contoh lainnya, saat Si Kecil tidak mau membereskan mainan ke tempat yang semestinya. Alih-alih mengeluarkan kata-kata negatif, sebaiknya Moms memberikan kata-kata positif. Misalnya, Duh anak mama yang pintar. Pasti setelah selesai main mainannya akan disimpan lagi ke tempatnya. Iya kan?
Kata-kata positif tersebut jauh lebih memotivasi Si Kecil melakukan hal yang positif, ketimbang kritikan yang cenderung lebih menjatuhkan.