Artikel ini berisi tentang :
- Apa Yang Harus Dads Lakukan?
- Jangan Tunjukan Rasa Marah
- Beri Penjelasan Singkat dan Jelas
- Bolehkan Menghukum Si Kecil?
Terkadang Si Kecil melakukan aksi-aksi yang tidak terpuji. Misalnya saat berkunjung ke rumah tetangga, dia tidak mau diam dan terus bertindak tidak patuh. Atau saat bermain bersama teman-temannya, dia bersikap agresif hingga membuat temannya menangis.
Apa Yang Harus Dads Lakukan?
Hal pertama yang harus Dads lakukan adalah, cobalah untuk memahami tindakan Si Kecil. Mungkin saja dia bertingkah nakal karena memang belum tahu, atau belum diajarkan bagaimana bersikap saat bertamu. Hal inilah yang mungkin menyebabkan Si Kecil bertindak tidak pantas saat bertamu.
Atau ketika Si Kecil bersikap agresif, mungkin selama ini belum diajarkan bagaimana bersosialisasi, dan menyelesaikan masalah bersama temannya.
Yang paling penting, meskipun tindakannya tidak Dads sukai, pastikan tidak memberikan label anak nakal kepadanya. (oleh Lita Patricia Lunanta, M. Psi, Psikolog., psikolog anak dan remaja dari Klinik Pelangi Cibubur, sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul Jakarta)
Pemberian label nakal justru akan membuat Si Kecil yakin jika itulah karakternya, dan itulah peran yang harus dimainkannya. Hal ini justru akan membuat Dads makin sulit memperbaiki kesalahannya.
Jangan Tunjukan Rasa Marah
Tingkah nakal Si Kecil tentu tidak disukai, tapi bukan berarti Dads boleh memperlihatkan rasa kesal dan marah kepadanya. Sebisa mungkin, perasaan ini harus diredam. Alih-alih berdampak baik, menunjukkan rasa kesal dan marah justru malah akan membuat Si Kecil sulit memperbaiki sikapnya.
Penelitian yang dilakukan University of Pittsburgh, Amerika, menyebut 900 orang tua di Amerika sering memarahi anaknya karena bersikap tidak patuh. Bahkan jika Si Kecil terus mengulanginya, tidak jarang orang tua akan memberikan hukuman secara fisik.
Rupanya dalam laporan akhir penelitian, tindakan memarahi anak ternyata tidak efektif mendisiplinkan Si Kecil. Justru sebaliknya, mereka yang kerap dimarahi cenderung bermasalah dengan sikap dan pengendalian emosi.
Penelitian ini sejalan dengan ulasan yang dipublikasikan dalam bullyonline.org, yang menyebut jika anak korban kemarahan orang tua, lebih berpeluang jadi pelaku bullying.
Dads harus ingat, umumnya, anak-anak adalah pribadi yang mudah tersentuh. Saat ia dinasehati dengan baik-baik, pelan-pelan serta penuh kasih sayang biasanya ia akan dengan mudah mengerti kesalahannya. Tapi sebaliknya, jika ia dimarahi atau bahkan diberi hukuman maka kemungkinan ia menjadi lebih 'nakal' menjadi lebih besar.
Hukuman bukan tindakan yang benar ketika anak berbuat kesalahan. Hukuman bahkan tidak sepenuhnya bisa mencegah anak untuk kembali berbuat nakal. Dengan hukuman, tidak jarang anak justru akan semakin nakal dan berperilaku kurang baik. (Oleh Andreas Eder, profesor dari Institut Psikologi Umum Universitas Wurzburg, Jerman)
Beri Penjelasan Singkat dan Jelas
Tegas dalam menghadapi kesalahan Si Kecil tanpa harus meluapkan kekesalan memang tidak mudah, tapi bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Pertama tenangkan diri terlebih dahulu. misalnya dengan menarik napas sedalam mungkin lalu embuskan atau menjauh sejenak dari Si Kecil. Ketika sudah merasa lebih tenang, Dads bisa mengajak Si Kecil berbicara, dengan tegas tanpa harus berteriak atau membentak.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Child Development, menyebut jika ketenangan dan kesabaran Dads merupakan cara terbaik untuk mengendalikan tingkah nakal Si Kecil, sedangkan penjelasan dengan bahasa lembut dan mudah dipahami, merupakan cara terbaik menanamkan disiplin sejak dini.
Maka dari itu, saat Si Kecil bertingkah nakal, cobalah untuk tenangkan diri terlebih dahulu, kemudian hampiri Si Kecil. Peluk dia, dan jelaskan jika apa yang dilakukannya merupakan tindakan buruk.
Beri arahan bagaimana bersikap kepada orang lain. Misalnya, Nak, dipukul itu sakit lho! Kasian kan temannya jadi sakit. Minta maaf yuk! atau, Nak, kasihan Om sama Tante udah capek beres-beres malah diberantakin. Yuk beresin lagi, dan minta maaf sama Om dan Tante.
Jangan lupa, saat di rumah Dads harus terus menanamkan bagaimana cara bersikap baik kepada orang lain, etika bertamu, etika saat bertemu dengan orang yang lebih tua dan bagaimana cara menyayangi teman, atau anak yang lebih kecil darinya.
Tentu saja semua itu harus dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti, jelas dan penuh kasih sayang. Peluk dan katakan jika Dads bangga saat Si Kecil memahami instruksi yang diberikan.
Bolehkan Menghukum Si Kecil?
Menghukum anak dengan tujuan agar Si Kecil disiplin sebenarnya boleh-boleh saja dilakukan, tapi jangan sampai hukuman yang diberikan mengandung unsur kemarahan, dan dilakukan dengan cara yang tepat. (oleh Dr. Alan. E. Kazdin, psikolog keluarga, sekaligus direktur Yale Parenting Center)
Sebelum memberikan hukuman, ada beberapa syarat yang harus Dads penuhi, diantaranya :
- Hukuman hanya efektif untuk anak diatas 3 tahun. Untuk anak dibawah 3 tahun, hukuman dalam bentuk apapun tidak akan mampu mengubah mereka. Memberikan contoh langsung merupakan cara terbaik.
- Bentuk hukuman yang diberikan harus terbebas dari unsur rasa marah, dilarang menggunakan kata-kata kasar, teriakan, ancaman apalagi kekerasan fisik, meskipun hanya sekedar mencubit atau menjewer Si Kecil.
- Untuk anak usia 3-5 tahun, hukuman time out bisa jadi solusi terbaik. Jelaskan jika hukuman ini terpaksa diberikan karena sebelumnya Si Kecil sudah diberitahu bagaimana cara bersikap baik, tapi dia mengabaikan arahan tersebut.
- Berikan kesempatan Si Kecil untuk membela diri, setelah itu jelaskan apa saja kesalahan yang dia lakukan. Ulangi arahan terkait bagaimana cara bersikap baik, dan kenapa Si Kecil harus bersikap baik kepada orang lain.
Ingat Dads, saat berbicara dengan Si Kecil, pastikan posisi Dads dan Si Kecil sejajar. Kalau bisa, posisikan agar Dads dan Si Kecil saling berhadapan.