Artikel ini berisi tentang :
- Jangan Dilarang, Apalagi Secara Kasar!
- Hindari, atau Kurangi Kata Jangan
- Arahkan Untuk Hal Positif
- Ajarkan Bekerjasama Lewat Permainan
Ada masanya Si Kecil ingin melakukan semuanya sendiri, dari mulai makan, mengambil minuman sendiri dan lainnya. Bagi beberapa orang tua, sikap seperti ini dianggap membanggakan, tapi sebagian lagi justru khawatir kebiasaan ini malah membawa dampak buruk bagi Si Kecil.
Agar tidak salah langkah, berikut merupakan beberapa cara yang harus Moms lakukan ketika Si Kecil ingin melakukan segala sesuatu sendiri.
Jangan Dilarang, Apalagi Secara Kasar!
Karena mungkin dianggap berbahaya, Moms terpaksa harus melarang Si Kecil untuk melakukan hal yang dia inginkan. Misalnya saat Si Kecil ingin mengambil minum sendiri, dan dia memegang gelas kaca. Khawatir gelas tersebut pecah dan melukai Si Kecil, tidak jarang Moms yang melarangnya, bahkan ada juga yang kemudian merebut dari tangan Si Kecil. Padahal, hal ini sangat tidak disarankan.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Positive Psychology, terlalu sering melarang, apalagi sambil memberikan paksaan, akan menyebabkan Si Kecil berpikir jika dia tidak memiliki hak untuk melakukan apapun yang dia inginkan.
Alhasil, kondisi ini akan membuatnya selalu takut untuk berinisiatif. Kondisi ini sama saja dengan membunuh kreatifitas. (oleh Dr Mai Stafford, ketua tim peneliti dari University College London)
Maka dari itu, jangan terlalu banyak melarang Si Kecil. Solusinya, Moms bisa mengalihkan Si Kecil pada hal lainnya yang lebih aman. Misal, Nak pakai gelas ini saja yang lebih bagus (sambil memberikan gelas plastik). Atau, Nak biar mama ambilkan ya. Kamu tunggu saja sambil duduk!
Hindari, atau Kurangi Kata Jangan
Sebisa mungkin Moms harus menghindari, atau mengurangi kata “jangan” saat melarang Si Kecil, tapi gunakan kata-kata lain yang lebih positif dan sifatnya membangun. Misalnya dengan saat melarang anak berlari, Moms bisa menggunakan kalimat “Nak, mendingan jalan kaki saja!”.
Kata “jangan” justru tidak akan ditangkap sebagai kata larangan, pasalnya Si Kecil akan lebih terfokus pada kata yang sedang dia lakukan. Misalnya “Nak, jangan lari-lari”. Maka yang ditangkap bukan kata Jangan-nya, melainkan kata “lari-larinya”.
Kondisi ini merupakan hal yang biasa terjadi, mengingat di usianya yang masih Balita, Si Kecil masih belum memahami struktur kalimat perintah yang Moms ucapkan. (oleh Wikan Putri Larasati, M.Psi, psikolog anak dari Biro Psikologi Castra Tangerang)
Makanya, mulai sekarang carilah kata-kata yang tidak melibatkan kata jangan untuk melarang Si Kecil. Misalnya, Yuk buang sampah di tong sampah (saat melihat Si Kecil buang sampah), Mainnya yang tenang ya! (saat melihat Si Kecil main dengan ribut dan berisik) dan kalimat lainnya.
Moms juga bisa menerapkan konsep Montessori, memperbolehkan dalam batasan (independence within set boundaries). Dalam konsep ini, Moms disarankan untuk memperbanyak ya, boleh daripada jangan, tidak boleh. Misalnya, saat Si Kecil ingin minum sendiri dengan gelas kaca, jangan langsung melarangnya dengan mengatakan “jangan”. Katakan ia “boleh” memakai gelas kaca, tapi ingatkan ia untuk hati-hati, sembari Moms tetap mengawasinya.
Arahkan Untuk Hal Positif
Moms mungkin akan sedikit kesal saat Si Kecil main becek-becekan di luar rumah, dan sulit untuk dihentikan (malah melawan dan tantrum). Atau Moms sedikit geram ketika Si Kecil memakai sepatu terbalik, dan dia tidak mau mendengar saat diberi tahu.
Hal ini sebenarnya wajar, Si Kecil sedang ingin menunjukkan jika dia punya wilayah kekuasaan, dan berhak melakukan apapun yang diinginkannya. Tapi yang jadi masalah, hal-hal tersebut terkadang bisa merugikan Si Kecil, atau bahkan malah berbahaya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Moms tidak bisa mencegah atau mengoreksinya, tapi yang harus dilakukan adalah, mengarahkannya untuk hal yang lebih positif.
Misal, saat Si Kecil main becek-becekan, Moms bisa mengajak Si Kecil untuk mengganti becek-becekan dengan memandikan sepeda atau mainannya di tempat yang lebih bersih. Atau bisa juga mengajaknya untuk mencuci kendaraan.
Contoh lain saat Si Kecil tidak mau memperbaiki sepatunya yang terbalik, Moms bertanya kepada Si kecil. Nak, pakai sepatunya nyaman tidak? Yuk kita pakai sepatu bersama biar lebih nyaman.
Kalimat seperti itu tidak hanya mengingatkan jika posisi sepatu Si Kecil terbalik dan harus dikoreksi, tapi juga akan membuat Si Kecil belajar bagaimana menempatkan sepatu dengan tepat, tanpa harus memaksa dan menyalahkannya.
Ajarkan Bekerjasama Lewat Permainan
Membiarkan sikap ingin selalu melakukan semuanya sendiri tentu bukan pilihan bagus Moms, mengingat kebiasaan ini dikhawatirkan akan membentuk pribadi yang egois dan individualis. Si Kecil pun jadi lebih sulit bekerja dalam kelompok.
Untuk mengatasi masalah ini, Moms bisa mengajarkan bagaimana caranya bekerja sama lewat permainan kreatif. Misalnya, bersama-sama membangun istana pasir, atau mendorong Si Kecil untuk bermain bersama teman-temannya.
Jika memungkinkan, sesekali Moms bisa mengundang teman-temannya untuk bermain di rumah, dan minta Si Kecil untuk jadi tuan rumah yang baik dengan cara membagi (meminjamkan) mainannya. Dengan cara ini, secara tidak langsung Si Kecil akan dibiasakan untuk bekerjasama, bersosialisasi dan belajar sedikit meredam egonya.