Artikel ini berisi tentang :
- Apakah Kebiasaan Mengadu Normal?
- Bahaya Membiarkan Anak Suka Mengadu
- Bagaimana Cara Menyikapi Aduan Si Kecil?
- Cara Menghentikan Kebiasaan Mengadu Si Kecil
- Hati-hati Si Kecil Bisa Jadi Tertutup
Dads pernah mendapati Si Kecil mengadukan perilaku teman atau saudaranya yang dianggap kurang baik dan meminta teman atau saudaranya tersebut dihukum karena kesalahan tersebut?
Sepintas, perilaku ini terlihat positif. Pasalnya, Si Kecil mampu membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Selain itu, dia pun terlihat sedang mencoba menegakan keadilan dengan cara melaporkan apa yang menurutnya tidak pantas dilakukan.
Contohnya saat kakaknya mendapati mainannya rusak, Si Kecil langsung mengadu kepada Dads jika kakaknya telah merusak mainanan kesayangannya. Atau ketika dia tidak mendapati boneka kesayangannya, dia mengadu kalau kakaknya telah menyembunyikan bonekanya tersebut.
Apakah Kebiasaan Mengadu Normal?
Secara umum, Susanne Denham, penulis buku Emotional Development in Young Children, sekaligus profesor psikologi bidang perkembangan anak di George Mason University di Fairfax, menyebutkan jika hal yang umum dan biasa dilakukan seorang adik yang merasa tidak berdaya.
Umumnya, hal ini dilakukan karena adanya persaingan antara adik dan kakak. Selain itu, kebiasaan mengadu ini pun ditenggarai karena Si Kecil haus akan kekuasaan, merasa tertindas, atau bisa juga karena dirinya merasa tidak mampu melawan.
Bahaya Membiarkan Anak Suka Mengadu
Menurut Amy McCready, pendiri Positive Parenting, kebiasaan mengadu jangan sampai dibiarkan. Pasalnya, kebiasaan ini secara tidak langsung akan membuat Si Kecil malas untuk berinisiatif mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapinya.
Dari segi sosial, anak yang suka mengadu cenderung sering dijauhi oleh anak-anak lainnya, termasuk keluarga dan teman-temannya. Mereka akan dianggap sebagai anak yang berbahaya, dan secara tidak langsung akan membuatnya tersingkir dari kehidupan sosialnya.
Selain itu, anak yang suka mengadu pun cenderung lemah, bahkan rentan terhadap bullying. Jelas ini bukan sesuatu yang harus dibiarkan begitu saja. Harus ada solusi untuk membuat Si Kecil menghentikan kebiasaannya ini, tanpa harus membuat mereka merasa terabaikan.
Bagaimana Cara Menyikapi Aduan Si Kecil?
Untuk menyikapinya, Dads harus ekstra hati-hati. Jangan sampai si kakak merasa terlukai karena adiknya selalu dibela atau jangan sampai membuat si adik merasa diabaikan karena si kakak tidak mendapatkan hukumannya.
Dalam situasi ini, Dads dilarang keras menjelma menjadi seorang hakim yang mencoba memutuskan mana yang bersalah dan mana yang tidak. Tugas Dads adalah seorang ayah, dimana Dads harus menegakan aturan dengan penuh cinta dan kasih sayang tanpa menunjuk salah satu pihak bersalah.
Contohnya saja, Dads bisa memanggil kakak beradik yang sedang berselisih, kemudian tanya apakah benar mainan adiknya dirusak atau itu sebuah ketidaksengajaan. Setelah itu, beri pengertian jika mereka merupakan saudara yang seharunya saling melindungi, bukan malah saling menyakiti.
Kalau kakanya membuat pengakuan yang mengejutkan, peluk dia sebagai bentuk penghargaan atas kejujuran yang diungkapkannya dan dorong dia untuk meminta maaf. Setelah itu, jangan lupa untuk menyatukan kembali kedua belah pihak ini sebagai saudara.
Dengan cara ini, Dads bisa menunjukan diri sebagai ayah yang bijak yang tidak memihak siapapun. Di sisi lain, secara tidak langsung cara ini pun seolah mendidik Si Kecil untuk mengenal hubungan sosial, dan terbiasa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara yang baik.
Cara Menghentikan Kebiasaan Mengadu Si Kecil
Untuk menghentikan kebiasaan mengadu Si Kecil, hal pertama yang harus Dads lakukan adalah, dengan menanamkan sikap percaya diri dan mengajarkan Si Kecil bagaimana cara mengatasi konflik yang dihadapinya, tanpa harus mengadu kepada oragtuanya.
Selain itu, sesekali Dads harus berani untuk tidak menanggapi aduan Si Kecil. Tapi di sisi lain, jelaskan alasan mengapa Dads enggan menanggapi aduannya. Misalnya, beri pengertian jika tidak semua masalah harus dilaporkan kepada orangtua, dan dorong dia untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Sering-seringlah untuk belajar menjadi penengah, dan undanglah anak-anak yang bermasalah dengan Si Kecil untuk bermain di rumah Dads. Dengan begitu, hubungan Si Kecil dan teman-temannya akan kembali bersemi, tanpa harus menunjuk siapa yang bersalah dan harus minta maaf.
Hati-hati Si Kecil Bisa Jadi Tertutup
Walaupun begitu, berhati-hatilah dengan sikap terbalik Si Kecil. Misalnya, saat Si Kecil sudah sering mengadu dan tidak mendapatkan tanggapan, banyak anak yang salah mengerti hingga akhirnya menyangka Dads sudah mengabaikannya.
Alhasil, Si Kecil akan cenderung mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri, atau diam dan menerima segala perlakukan yang diterimanya, karena menganggap melapor kepada Dads pun tidak ada gunanya. Ingat, anak yang tertutup seperti ini pun sangat rentan dengan bullying.
Solusinya, sering-seringlah bertanya tentang kondisi Si Kecil saat di sekolah atau hal apa saja yang dialaminya saat bermain di lingkungan permainannya. Tapi dengan catatan, suasana yang Dads bangun harus penuh dengan kehangatan dan jauhkan sikap seolah Dads sedang menginterogasinya.