Artikel ini berisi tentang :
- Endometriosis dan Pengaruhnya Pada Kehamilan
- Risiko Jika Moms Hamil Saat Punya Endometriosis
- Tak Mempengaruhi Perkembangan Si Kecil Setelah Dilahirkan
- Menjaga Kehamilan bagi Penderita Endometriosis
Setelah divonis endometriosis, banyak orang yang langsung panik karena khawatir tidak punya keturunan, apalagi jika Moms masih tergolong penganti baru dan belum punya momongan. Lantas, apakah benar endometriosis bisa menyebabkan Moms tidak bisa hamil?
Endometriosis dan Pengaruhnya Pada Kehamilan
Endometriosis merupakan kondisi ketika jaringan yang melapisi dinding rahim atau endometrium, menumpuk dan tumbuh pada organ lain. (oleh dr Hari Nugroho SpOG., dokter spesialis kandungan dan kebidanan dari RSUD Dr Soetomo Surabaya)
Endometriosis bisa membuat penderitanya merasakan nyeri hebat saat haid, dan membuatnya sulit memiliki buah hati.
Dalam kondisi normal, endometrium biasanya akan menebal saat Moms mengalami ovulasi untuk mempersiapkan diri agar calon janin dapat menempel pada rahim. Tapi jika pembuahan tidak terjadi, maka endometrium yang telah menebal tersebut akan luruh sendiri saat masa menstruasi.
Kondisi ini berbeda saat Moms mengalami endometriosis. Endometrium memang akan meluruh ketika Moms menstruasi, tapi jaringan yang meluruh tersebut tidak keluar sehingga sisa-sisa endometrium akan terus mengendap di sekitar organ reproduksi.
Endapan inilah yang berbahaya karena akan menyebabkan peradangan, jaringan parut, kista, hingga akhirnya menyebabkan gangguan organ reproduksi yang menurunkan kesempatan untuk hamil.
Risiko Jika Moms Hamil Saat Punya Endometriosis
Menurut data dari World Endometriosis Research Foundation, 1 dari 3 wanita bisa mengalami kehamilan tanpa dibantu dengan perawatan kesuburan sama sekali. Meskipun begitu, endometriosis akan menempatkan Moms dalam kategori kehamilan berisiko.
Berikut merupakan risiko yang mungkin akan dihadapi saat Moms hamil dalam kondisi endometriosis yang belum teratasi.
- Meningkatkan risiko keguguran, terutama saat usia kehamilan kurang dari 12 minggu. Kondisi ini ditandai dengan gejala perdarahan berat di area intim, kram perut, dan nyeri di punggung bawah.
- Berisiko mengalami plasenta previa, atau kondisi saat plasenta menutupi pembukaan di bagian leher rahim. Kondisi ini menyebabkan perdarahan hebat sebelum atau selama persalinan.
- Berisiko mengalami kelahiran prematur, atau melahirkan di bawah usia 37 minggu. Kondisi ini meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah.
Tentu saja risiko tersebut harus benar-benar diperhatikan, agar Moms bisa melakukan upaya pencegahan sedini mungkin, hingga tercipta kondisi kehamilan dan persalinan sehat.
Tak Mempengaruhi Perkembangan Si Kecil Setelah Dilahirkan
Meskipun cukup berbahaya, dan menempatkan Moms dalam status kehamilan berisiko, penelitian di tahun 2009 menyebut jika endometriosis yang diderita selama masa kehamilan, tidak akan berpengaruh kepada kondisi Si Kecil (bisa melahirkan bayi yang sehat).
Dengan kata lain, risiko endometriosis hanya terjadi selama kehamilan saja. Sedangkan setelah dilahirkan, Si Kecil bisa hidup normal seperti anak-anak lainnya. (oleh Sharon Phelan, MD, peneliti utama, sekaligus profesor obstetri dan ginekologi di University of New Mexico)
Maka dari itu, Sharon menyarankan agar Moms yang hamil dalam kondisi menderita endometriosis, tidak perlu banyak memikirkan bagaimana masa depan Si Kecil. Cukup lalui kehamilan dan persalinan dengan sehat, kemudian setelah itu fokus untuk melakukan terapi hormon untuk mengatasi masalah endometriosis.
Ini penting dilakukan agar endometriosis tidak terus menghantui dan membuat Moms terus berada dalam tekanan saat berencana untuk punya anak lagi.
Menjaga Kehamilan bagi Penderita Endometriosis
Seperti disebutkan di atas, hamil dengan endometriosis merupakan kondisi yang sangat berisiko. Tapi jangan terlalu khawatir Moms, ini justru kesempatan buat Moms dan pasangan untuk lebih berhati-hati dan memperlakukan kehamilan sebagai hal yang benar-benar istimewa.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengurangi efek buruk yang ditimbulkan endometriosis selama masa kehamilan, diantaranya :
- Menjaga pola makan tetap baik, dan rutin berolahraga ringan selama masa kehamilan. Moms pun wajib menjaga bobot tubuh tetap ideal. Berolahraga rutin disarankan karena memiliki beberapa manfaaat, seperti melancarkan sirkulasi darah ke organ tubuh, menjaga nutrisi dan aliran oksigen ke sistem dalam tubuh, mengurangi stres, dan memicu hormon endorfin dalam otak yang bisa mengurangi rasa sakit
- Rutin memeriksakan diri ke dokter untuk melihat perkembangan janin dalam kandungan, dan mencegah risiko buruk yang mungkin timbul karena endometriosis.
- Pastikan Moms tidak banyak memikirkan hal yang tidak penting. Pasalnya, stres bisa menyebabkan perubahan hormon yang esktrem, dan meningkatkan risiko masalah kehamilan akibat endometriosis.
Selain itu, Moms bisa mengonsumsi obat-obatan pereda rasa nyeri untuk mengatasi rasa sakit yang umum terjadi selama masa kehamilan. Tapi ingat, penggunaan obat ini harus dikonsultasikan dulu dengan dokter, terutama terkait frekuensi dan dosis amannya.