Artikel ini berisi tentang :
- Berisiko Mengalami Obesitas
- Berisiko Kekurangan Nutrisi
- Meningkatkan Risiko Anemia Defisiensi Besi
- Berisiko Alami Sembelit
Susu merupakan bahan makanan terbaik dengan kandungan nutrisi yang lengkap. Selain mengandung protein, susu pun mengandung kalsium yang efektif untuk memaksimalkan pertumbuhan tulang Si Kecil. Tapi hati-hati Moms, jangan biarkan Si Kecil terlalu banyak mengonsumsi susu.
Berikut merupakan beberapa dampak buruk jika Si Kecil terlalu banyak mengonsumsi susu.
Berisiko Mengalami Obesitas
Kebanyakan produk susu olahan mengandung tinggi gula. Sebenarnya ini bukan masalah besar selama Si Kecil memanfaatkan kandungan gula ini sebagai cadangan energi. Tapi yang jadi masalah, saat Si Kecil terlalu banyak mengonsumsi susu.
Menurut banyak penelitian, Si Kecil yang mengonsumsi sekitar 4-6 gelas susu setiap hari, akan mendapat sekitar 600-900 kalori per hari. Ini jumlah kalori dari susu saja, belum termasuk makanan lain, termasuk nasi putih, roti, atau bahkan jajanan.
Jika dihitung-hitung, kalori yang diasup Si Kecil bisa mencapai lebih dari 2000 kalori per hari. Padahal, menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kemenkes RI lewat Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2013, berikut jumlah kalori yang dibutuhkan Si Kecil setiap hari.
- Usia 0-6 bulan, membutuhkan 550 Kkal per hari
- Usia 7-11 bulan, membutuhkan 725 Kkal per hari
- Usia 1-3 tahun, membutuhkan 1125 Kkal per hari
- Usia 4-6 tahun, membutuhkan 1600 Kkal per hari
Jika ini terus dibiarkan, kebiasaan ini berisiko membuat Si Kecil mengalami obesitas, yang bisa berujung kepada masalah kesehatan lainnya, termasuk peningkatan risiko diabetes, serangan jantung, dan hipertensi, saat dewasa nanti.
Risiko ini akan meningkat tajam saat Si Kecil tidak terlalu banyak bergerak, atau melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori yang masuk ke dalam tubuhnya.
Berisiko Kekurangan Nutrisi
Kandungan protein dalam susu akan membuat Si Kecil merasa kenyang lebih lama. Terlihat seperti kabar baik bukan? Padahal, seperti disebutkan diatas, kebanyakan produk susu formula mengandung tinggi gula dan bisa menyebabkan obesitas.
Selain itu, akibat perutnya yang sudah kenyang, Si Kecil akan malas mengkonsumsi makanan lainnya. susu memang mengandung sejumlah nutrisi, seperti zat besi, kalsium, kalsium dan beberapa jenis vitamin. Tapi ingat, jumlah tersebut belum tentu mampu memenuhi kebutuhan nutrisi harian Si Kecil.
Contohnya saja vitamin A, C dan D. Karena bukan kandungan utama dalam susu, jenis-jenis vitamin tersebut jumlahnya terbilang sangat kurang, dan tidak mampu memenuhi kebutuhan vitamin harian Si Kecil. (oleh pakar gizi Dr. Matthew Lantz Blaylock, Ph.D)
Si Kecil bisa mendapatkan asupan vitamin tersebut dari buah-buahan, dan sayuran, seperti jeruk, apel, wortel, labu, jamur, bayam dan paparan sinar matahari (pagi sebelum jam 9, dan sore setelah jam 3:30) untuk memaksimalkan produksi vitamin D dalam tubuhnya.
Meningkatkan Risiko Anemia Defisiensi Besi
Selain kandungan vitamin yang sangat sedikit, terutama vitamin C, susu sedikit mengandung zat besi. Selain itu, sejumlah penelitian membuktikan jika susu formula dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme karena mengandung kalsium dan kasein dalam jumlah tinggi.
Akibatnya, kondisi ini bisa menyebabkan Si Kecil mengalami kekurangan zat besi, yang bisa berujung kepada meningkatnya risiko anemia defisiensi besi, sejenis anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah sehat.
Padahal, selama masa pertumbuhannya, Si Kecil membutuhkan zat besi yang cukup banyak. Selain untuk meningkatkan jumlah sel darah merah yang bertugas untuk menyebarkan nutrisi ke seluruh tubuh, zat besi pun sangat penting untuk menunjang pertumbuhan otaknya.
Maka dari itu, beberapa negara kini mulai menerapkan fortifikasi susu sapi dengan zat besi untuk melindungi Si Kecil terhadap efek negatif susu sapi. Selain itu, konsumsi makanan tinggi zat besi, seperti bayam, brokoli, dan lainnya, sangat penting untuk dilakukan.
Fortifikasi sendiri merupakan proses penambahan mikronutrien (vitamin dan unsur renik esensial) pada sebuah produk makanan, dengan tujuan untuk memaksimalkan dan melengkapi kandungan gizi dalam produk makanan tersebut. Istilah lain dari fortifikasi yang sering digunakan di pasaran adalah, diperkaya.
Misalnya, susu produk A diperkaya dengan kandungan DHA, EFA, ELA dan lainnya. Atau suplemen ini diperkaya dengan kandungan serat alam, atau kalimat sejenisnya.
Berisiko Alami Sembelit
Masalah lain yang dialami Si Kecil saat terlalu banyak mengonsumsi susu formula adalah, sembelit. Hal ini disebabkan karena kandungan serat dalam susu terbilang sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada. Kondisi ini makin diperparah dengan kandungan gula tinggi yang justru meningkatkan risiko sembelit.
Untuk mengatasi hal ini, jelas dibutuhkan konsumsi makanan dengan kandungan serat tinggi, terutama buah-buahan dan sayuran hijau.
Selain itu, sebaiknya Si Kecil pun tidak boleh terlalu banyak mengonsumsi susu. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal Pediatrics, menyebut jika Si Kecil yang masih Balita, disarankan untuk mengonsumsi susu, tidak lebih dari 500 ml atau sekitar dua gelas susu per hari.
Selain itu, konsumsi susu pun sebaiknya tidak dilakukan sekaligus. Cara yang paling baik adalah, susu bisa dijadikan sebagai camilan sela menjelang makan siang, atau bisa dikonsumsi setelah makan siang. Sisanya dijadikan sebagai menu makan malam. (oleh Dr. Jonathon Maguire, peneliti dari St. Michael’s Hospital).