Artikel ini berisi tentang :
- Pintar Matematika, Pasti Pintar Pelajaran Lainnya
- Pintar Matematika, Masa Depan Cerah
- Matematika Kecerdasan Turunan
- Matematika Hanya Tentang Perhitungan
Bagi sebagian orang, matematika merupakan pelajaran yang sangat rumit. Makanya, saat ada anak dengan kemampuan matematika yang lebih menonjol ketimbang anak lainnya, orang-orang akan merasa kagum dan menganggap anak tersebut istimewa. Benarkah?
Berikut merupakan beberapa mitos populer terkait kemampuan matematika Si Kecil.
Pintar Matematika, Pasti Pintar Pelajaran Lainnya
Salah satu mitos yang paling populer. Saat Si Kecil mahir matematika, maka dia akan dianggap sebagai anak yang memiliki kemampuan istimewa, termasuk dalam pelajaran non-matematika, seperti sejarah, baca tulis, pelajaran kimia dan lainnya.
Padahal faktanya, setiap anak memiliki kemampuan yang beragam. Dalam teori Multiple Intelligences, setidaknya ada 8 kecerdasan yang dimiliki oleh anak-anak. Beberapa diantaranya mungkin dimiliki Si Kecil, tapi beberapa lainnya mungkin tidak.
Dengan kata lain, seorang yang pintar dalam bidang matematika atau yang masuk dalam kategori number smart (kecerdasan logika dan matematis), mungkin dia akan sangat lemah saat berhadapan dengan pelajaran lainnya, seperti olahraga, biologi dan lainnya.
Dengan kata lain, pintar matematika, pasti pintar pelajaran lainnya, hanya sebuah mitos belaka. Meskipun tidak menutup kemungkinan Si Kecil akan memiliki beberapa kecerdasan lainnya.
Pintar Matematika, Masa Depan Cerah
Karena dianggap hanya bisa dikuasai oleh orang-orang tertentu saja, banyak orang yang akhirnya menganggap jika masa depan Si Kecil akan cerah jika dia pintar matematika. Menurut banyak orang, matematika bisa mengantarkannya menjadi seorang akuntan handal.
Padahal faktanya, banyak orang yang buta matematika tapi berhasil sukses. Salah satunya pendiri sekaligus CEO Alibaba, Jack Ma. Dilansir dalam detik.com, Ma mengaku jika dia tidak pintar matematika. Bahkan hingga kini, dia masih gagap saat membaca laporan akuntansi.
Bagaimanapun juga, kesuksesan seseorang tidak ditentukan oleh matematika. Semuanya tergantung dari kerja keras, keberanian dalam mengambil resiko, kreativitas dan kejelian dalam melihat peluang, dan yang paling penting, ada campur tangan Tuhan dari setiap kesuksesan yang didapat.
Ada beberapa hal yang harus Moms perhatikan jika ingin Si Kecil sukses di masa depannya. Selain memberikan pendidikan yang memadai, pendidikan karakter pun sangat penting untuk menunjang kesuksesan Si Kecil di masa depan.
Jangan lupa, ajarkan Si Kecil ilmu agama. Bagaimanapun juga, ilmu agama merupakan salah satu fondasi utama untuk menciptakan anak yang sukses di masa depannya. (oleh Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd, Ketua Harian Komisi Nasional untuk UNESCO)
Matematika Kecerdasan Turunan
Banyak orangtua yang percaya jika matematika merupakan kecerdasan turunan. Misalnya, jika Moms termasuk orang dengan kemampuan matematika yang spesial, maka dapat dipastikan Si Kecil pun akan memiliki kemampuan yang sama dengan Moms.
Padahal faktanya, matematika pada dasarnya adalah pelajaran keterampilan, dan matematika tidak diwariskan, atau diturunkan secara genetis. (oleh Venkata Vinay, pemimpin akademik di Program IMAX, ClassKlap, Bengaluru, India)
Menurut Vinay, seorang anak yang lahir dari orangtua dengan kemampuan matematika yang standar, dia punya peluang yang sama untuk jadi ahli matematika bersama anak yang lahir dari keluarga mahir matematika. Dengan catatan, dia harus mendapatkan dasar-dasar dan praktik matematika yang baik.
Matematika Hanya Tentang Perhitungan
Banyak yang menganggap jika tantangan dalam matematika hanya seputar perhitungan dan rumus saja. Mitos ini tergolong sangat populer, bahkan dianggap sebagai penyebab utama kenapa matematika dianggap sebagai pelajaran yang sangat membosankan, dan tidak menarik.
Padahal faktanya, dalam matematika dibutuhkan berbagai kemampuan untuk mampu memecahkan masalah, termasuk ketelitian dalam menggunakan logika, memainkan asumsi untuk mencari situasi yang relevan dan kemampuan menganalisa sebuah permasalahan.
Selain itu, sekarang ini sudah banyak guru matematika yang mulai menerapkan inovasi dalam metode belajar matematika, salah satunya dengan cara mengenalkan matematika dengan soal konteks. (oleh Prof Dr. rer.nat. Widodo, M.S.,Guru Besar Matematika Universitas Gadjah Mada)
Dengan kata lain, matematika diperkenalkan dan disajikan dalam bentuk yang lebih sederhana, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari (terapan). Misalnya, mengangkat tema tentang makanan, dan menghitung jumlah makanan yang dikonsumsi, dan lainnya.
Cara menerapkan matematika terapan ini sangat cocok diajarkan pada Si Kecil yang masih Balita. Moms bisa mengajak Si Kecil menghitung suapan makanannya, atau menghitung jumlah potongan apel yang akan dia makan.
Misal, Ayo Nak, ini suapan pertama. Abis ini siap-siap untuk suapan kedua ya?, atau Nak yuk hitung potongan buah apelnya, 1, 2, 3, …….!