Dads dalam kehidupan modern, ayah dipandang sebagai sosok kepala keluarga yang terfokus pada usaha menenuhi kebutuhan keluarga. Khususnya terkait dengan keuangan. Alhasil seorang ayah mesti bekerja membanting tulang demi menafkahi keluarga. Namun, perlu Dads tahu menjadi seorang ayah itu merupakan tugas tanpa akhir. Apa sebabnya?
Dads Berperan Dalam Membangun Kecerdasan Si Kecil
Karena sudah terlalu lelah bekerja, tidak jarang ayah hanya mempunyai waktu terbatas untuk berinteraksi dengan Moms dan Si kecil. Padahal dari hasil penelitian diketahui Dads juga memiliki andil besar dalam membangun kecerdasan Si kecil.
Sebagai kepala keluarga, Dads juga mempunyai posisi penting dalam mendidik Si kecil. Si kecil yang diajari oleh Dads agar bisa perhatian, peduli, dan menjaga komunikasi tentunya akan berkembang menjadi kuat, mandiri, dan mampu mengendalikan emosi lebih baik saat dewasa nanti dibanding anak-anak yang tidak memiliki ayah demikian. Ringkasnya apa yang Dads tanamkan pada diri Si kecil, maka itulah yang akan dipanen nantinya. Inilah sebab pertama mengapa tugas menjadi seorang ayah itu merupakan tugas tanpa akhir.
Namun, hal ini tidak lantas mengabaikan peran Moms. Secara alami Moms pastinya akan terlibat secara aktif dalam membesarkan Si kecil. Sementara Dads belum tentu mengambil peran dengan porsi sama. Posisi Dads lebih bergantung dari sejauh mana Dads melihat pentingnya ambil bagian dan selanjutnya memutuskan untuk ikut terlibat.
Si Kecil Juga Butuh Waktu Bersama dengan Dads
Disadari atau tidak, di masyarakat seolah sudah dikotak-kotakan adanya perbedaan peran antara Dads dan Moms. Biasanya seorang Dads dipersepsi cukup bertanggung jawab dengan mencari nafkah bagi keluarga. Sementara mengasuh Si kecil, memandikannya, mengganti diapersnya, menyuapinya, atau lainnya adalah tugas Moms. Dads seolah cukup melakukan pekerjaan tersebut sesekali. Bila Dads terlalu sibuk tidak melakukannya pun dianggap cukup wajar. Namun, apakah hal ini boleh dibiarkan begitu saja?
Saat terlalu capek, Si kecil yang ingin bermain dengan Dads dianggap mengganggu jam istirahat. Padahal sebenarnya Si kecil membutuhkan waktu intim bersama ayahnya agar lebih dekat secara emosional. Meski hanya bisa sebentar bermain atau berkomunikasi dengan Si kecil, sempatkan hal tersebut terjadi. Karena Si kecil juga membutuhkan waktu bersama dengan Dads. Hal ini agar kehadiran Dads bisa dirasakan oleh Si kecil dan dianggap penting.
Dads bisa jadi akan menyesal bila tidak memulai kedekatan dengan Si kecil sejak awal. Alhasil hubungan antara Si kecil dan Dads malah terasa formal, kaku, atau berjarak.