Artikel ini berisi tentang :
- Disentri dan Penyebab Utamanya
- Si Kecil Rentan Terserang Disentri!
- Apa saja tanda-tanda dan gejala disentri?
- Bagaimana cara pengobatan disentri?
Disentri merupakan salah satu masalah pencernaan yang bisa menyerang siapa saja, terutama Si Kecil. Penyakit ini dapat menyebabkan feses Si Kecil menjadi cair, dan kerap datang dengan gejala lainnya, seperti sakit perut, mual, muntah dan lainnya.
Disentri dan Penyebab Utamanya
Dilansir dalam health.detik.com, disentri merupakan radang usus yang menyebabkan diare (buang air besar secara berulang, dan disertai dengan darah atau lendir). Salah satu gejalanya adalah, buang air besar dengan tekstur yang lembek atau cair.
Berdasarkan penyebabnya, disentri sendiri terbagi dalam dua jenis, yakni :
- Disentri basiler atau shigellosis, yang merupakan disentri yang disebabkan karena tubuh terinfeksi oleh bakteri shigella dan menyerang sistem pencernaan.
- Disentri amuba atau amoebiasis, yang merupakan disentri yang disebabkan karena tubuh terinfeksi Entamoeba histolytica, jenis amuba yang cukup banyak ditemukan di daerah tropis.
Disentri sendiri termasuk penyakit yang sangat menular, dan biasanya perpindahan bakteri atau amuba tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan bakteri pada feses, lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi, dan berenang di air yang terkontaminasi dengan bakteri atau amuba tersebut.
Meskipun terlihat seperti diare biasa, disentri merupakan kondisi yang cukup berbahaya. Jika tidak segera ditangani, penyakit ini bisa menyebabkan dehidrasi berat, dan meningkatkan risiko kematian.
Si Kecil Rentan Terserang Disentri!
Disentri merupakan penyakit yang cukup umum diderita masyarakat Indonesia, terutama mereka yang berada di daerah yang kurang bersih, atau lingkungan kumuh. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tapi Si Kecil yang berusia 2-3 tahun sangat rentan dengan serangan disentri.
Penyebabnya, di usia ini Si Kecil sedang dalam masa eksplorasi, sehingga kerap terlihat menjelajahi berbagai tempat, termasuk lokasi yang disinyalir terkontaminasi bakteri dan amuba penyebab disentri.
Selain itu, sistem kekebalan tubuh Si Kecil pun masih sangat lemah, sehingga sangat rawan dengan serangan disentri. (oleh dr. Badriul Hegar, Ph.D, Sp.A(K), dokter spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM)
Disentri pun sering menyerang Si Kecil yang suka jajan sembarangan, seperti makanan yang dijual di pinggir jalan tanpa tudung saji, atau mereka yang tinggal di pemukiman kumuh dengan sanitasi yang buruk, dengan akses air bersih yang terbatas.
Maka dari itu, dalam masa tumbuh kembangnya, penting bagi Moms untuk menyediakan lingkungan yang sehat dan bersih, demi melindungi Si Kecil dari serangan berbagai kuman, bakteri dan organisme lainnya yang bisa membahayakan kesehatannya.
Apa saja tanda-tanda dan gejala disentri?
Secara garis besar, gejala disentri hampir sama dengan gejala diare, yakni feses yang lembek atau cair, dengan disertai lendir dan darah. Selain itu, frekuensi buang air besar Si Kecil pun cukup padat, yang membuat mereka harus bolak-balik ke kamar mandi.
Sebagai pembeda dari diare, disentri biasanya muncul dengan disertai gejala lainnya, seperti demam, mual dan muntah yang cukup sering. Terkadang, saking seringnya mual dan muntah, kondisi ini bisa menyebabkan Si Kecil mengalami kram perut.
Untuk memastikan apakah Si Kecil menderita disentri atau diare biasa, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan jumlah leukosit dan eritrosit. Pada penderita disentri, jumlah keduanya akan meningkat setelah melakukan prosedur pemeriksaan tinja.
Selain itu, pada pemeriksaan tinja, dokter bisa menemukan penyebab dari disentri tersebut, apakah disebabkan akibat kontaminasi bakteri atau amuba. Hal ini penting dilakukan agar langkah pengobatannya bisa dilakukan lebih tepat sasaran.
Bagaimana cara pengobatan disentri?
Setelah diketahui penyebabnya, dokter biasanya akan memberikan beberapa obat. Dalam kasus ini, kebanyakan obat yang diberikan merupakan golongan antibiotik, seperti Ceftriaxone, Chloramphenicol, Trimethoprim-sulfamethoxazole, Ampisilin dan Ciprofloxacin.
Terkadang, dokter pun akan meresepkan antibiotik metronidazole atau tinidazole, yang berfungsi untuk membunuh parasit. Terkadang, dalam beberapa kasus obat-obatan tersebut akan diberikan kembali untuk memastikan semua parasit benar-benar hilang.
Untuk pengobatan di rumah, Moms bisa membantu memaksimalkan proses pengobatan dengan konsumsi cairan dalam jumlah yang cukup, konsumsi makanan sehat, terutama makanan mengandung vitamin C untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh Si Kecil, dan cairan elektrolit untuk mencegah dehidrasi.
Jangan lupa, pastikan juga kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah penyebaran bakteri dan amuba penyebab disentri. Jika keluhan disentri masih terjadi, apalagi disertai dengan demam tinggi (lebih dari 370C), sebaiknya segera hubungi dokter.