Saat Si Kecil sudah diberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) pada usia 6 bulan, sistem pencernaannya akan beradaptasi. Jika sudah begitu frekuensi BAB bayi setelah MPASI juga akan berubah. Pada usia 6 bulan ini, Moms bisa menggunakan popok dengan bukaan perekat agar memudahkan Moms membersihkan kotoran, apalagi jika Moms adalah orang tua baru. Ketika sedang mengganti popok, Moms bisa sekalian memperhatikan kotoran lunak Si Kecil agar dapat memastikan reaksi tubuh Si Kecil dengan menu MPASI yang Moms berikan.
Ketika Si Kecil diberikan MPASI pertama kali, jangan bingung ketika melihat kotoran si Kecil lebih keras dari biasanya atau Si kecil tidak BAB selama 1 hari penuh. Hal itu adalah efek dari adaptasi sistem pencernaan Si Kecil kala diberikan makanan yang agak padat.
Maklum, dalam fase 0 hingga 6 bulan, Si Kecil hanya mengkonsumsi air susu ibu (ASI) sebagai sumber makanannya. Jadi begitu diberikan makanan lain, tubuhnya akan berusaha mengenalinya lebih dulu. Secara umum, frekuensi BAB bayi adalah 28 kali dalam satu minggu pasca diberikan MPASI. Namun hal itu bisa berubah tergantung dari jenis makanan yang diberikan dan bagaimana kondisi kesehatannya.
Frekuensi BAB bayi setelah MPASI
Frekuensi BAB bayi setelah MPASI sangat bervariasi. Masing-masing anak memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dalam frekuensi BAB-nya. Umumnya, frekuensi bab bayi setelah MPASI terjadi 1-2 kali sehari. Moms bisa mulai khawatir kalau BAB Si Kecil keras dan membuatnya tidak bisa BAB selama berhari-hari.
Jika sudah begitu. Moms bisa memberikan air perasan apel ataupun plum untuk melunakkan kotoran bayi didalam perut. Jika BAB belum juga terjadi hingga 5 hari, ada baiknya Moms memeriksanya ke dokter.
Tanda lainnya jika ada gangguan dalam sistem pencernaan Si Kecil adalah perutnya kembung, terdapat lendir dalam kotoran lunak, hingga demam. Perubahan tekstur kotoran lunak menjadi lebih keras juga bisa membuat Si Kecil gelisah. Hal itu ditunjukkan dengan mudah menangis dan rewel. Kondisi ini mirip dengan saat Si Kecil masuk angin, sehingga Si Kecil menjadi lebih rewel. Jika Si Kecil masuk angin, maka frekuensi BAB bayi setelah MPASI juga akan meningkat. Bisa 5 kali sehari, namun salah satunya mungkin bertekstur lebih encer dari yang lain.
Namun Moms tidak juga perlu terlalu khawatir jika ternyata frekuensi bab bayi setelah MPASI bisa mencapai 5 kali dalam sehari. Karena biasanya saat Si Kecil sudah mendapatkan asupan makanan lain selain ASI, volume kotoran lunaknya bisa lebih banyak dari biasanya.
Saat Si Kecil sudah diberi MPASI, warna kotoran lunaknya juga akan mengalami perubahan. Tergantung dari menu yang diberikan. Namun umumnya, warnanya akan menjadi lebih gelap atau coklat dibanding ketika Si Kecil hanya menerima asupan berupa ASI. Bila Moms kala itu sedang memberikan menu buah naga, biasanya kotoran lunaknya juga akan berwarna kemerahan. Biasa juga berwarna kuning dan coklat, atau hijau dan coklat. Tergantung jenis makanannya. Jadi jangan khawatir ya Moms jika kotoran lunak bayi berubah-ubah warna.
Penggunaan popok yang tepat saat Si Kecil sudah dikenalkan dengan menu MPASI merupakan hal yang wajib. Dengan perubahan tekstur dan frekuensi bayi BAB, popok yang Moms pilih harus memiliki daya tampung dan daya serap yang baik. Karena perubahan ini dapat membuat kulit Si Kecil lebih sering terkena air. Intensitas ini bisa memicu bayi mengalami ruam popok jika tidak dihindari dengan tepat.
Moms bisa mempercayakan kebutuhan popok dengan popok Merries. Popok Merries yang dibuat dengan teknologi tinggi dari Jepang, popok Merries memiliki 3 lapisan dengan sirkulasi udara. Tiap lapisan ini memiliki fungsi yang berbeda-beda, tapi ketiganya membantu popok bisa tetap kering meskipun frekuensi pipis dan BAB bayi meningkat. Lapisan pertama dengan pola bergelombang membantu memisahkan kulit bayi dan kotoran lunak sehingga keduanya tidak bersentuhan langsung. Lapisan kedua yang dapat dilalui udara sehingga sirkulasi di dalam popok baik dan menjaga cairan cepat terserap. Lalu, lapisan ketiga popok Merries melepas kelembaban agar popok tetap sejuk dan nyaman digunakan oleh bayi.
Popok Merries juga dilengkapi dengan alarm penanda pipis. Bila garis kuning di bagian depan popok menjadi biru, itu tandanya popok sudah perlu diganti. Sehingga, dengan meningkatnya intensitas bayi pipis dan BAB, Moms bisa mengawasi kebutuhan mengganti popok dengan memperhatikan alarm penanda pipis, dibanding harus meraba popok secara manual setiap beberapa waktu. Tentunya fitur ini akan memudahkan Moms dan Dads, bukan?
MPASI Buat Sistem Pencernaan makin kuat
MPASI sudah bisa diberikan saat Si Kecil berusia 6 bulan. Nah dengan menu makanan baru tersebut, mampu membuat sistem pencernaan lebih matang. Ya, adanya makanan dengan berbagai tekstur membuat gerak usus menjadi lebih baik sehingga penyerapan makanan juga bisa lebih sempurna.
Oleh karena itu, tahap pemberian MPASI yang tepat wajib diketahui oleh Moms sekalian. Ikuti aturan pemberian MPASI mulai dari 6 bulan hingga 12 bulan. Dengan begitu, Moms sudah merangsang usus dan sistem pencernaannya untuk mencerna makanan yang memiliki tekstur agak keras.
Dengan memulai MPASI, Si Kecil juga belajar tentang jam makan. Pengelolaan rasa lapar dan pengenalan rasa kenyang akan bisa dipelajari dengan baik ketika Moms sudah mulai memberikan dan mengatur pemberian MPASI sejak dini. Imbasnya adalah, tubuh Si Kecil akan mampu beradaptasi dengan baik. Selain itu, dengan menu MPASI yang sehat, bisa membiasakan Si Kecil untuk terus menyantap makanan sehat dalam proses tumbuh kembangnya. Itu mengapa dalam menu MPASI, tidak ada penambahan garam ataupun gula hingga Si Kecil berusia 1 tahun. Cukup berikan nutrisi harian yang memang sudah terkandung dalam bahan makanan agar membantu pencernaan bayi beradaptasi sebagaimana mestinya.
Apa yang Moms makan juga berpengaruh
Saat Moms sedang menyusui, jangan juga lupa untuk memperhatikan asupan makanan Moms sendiri. Karena ASI adalah bentuk ekstraksi makanan yang diberikan kepada Si Kecil. Perbanyaklah makan makanan yang berserat tinggi dan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Karena jika ternyata asupan makanan yang Moms konsumsi adalah makanan kering, dalam arti kurang sayur dan buah, maka ASI yang dihasilkan juga berpotensi membuat Si Kecil sembelit.
Beberapa makanan yang bisa Moms konsumsi selama dalam tahap kehamilan dan menyusui adalah dengan memperbanyak buah yang memiliki kandungan air cukup tinggi, seperti pepaya, semangka, alpukat, dan pisang.
Beberapa tanda jika Si Kecil mengalami sembelit terlihat dari kondisi kotoran lunaknya. Kotoran Si Kecil biasanya akan menjadi keras dan kering. Hal itu membuat proses mengejan menjadi lebih keras. Si Kecil akan menjadi lebih rewel karena sulit untuk mengeluarkan kotoran lunaknya. Selain itu, frekuensi BAB bayi setelah MPASI juga akan berkurang. Si Kecil akan menjadi lebih jarang untuk bab karena asupan ASI tidak mengandung cukup banyak serat. Sehingga Moms bisa menambahkan buah-buah dengan kandungan air yang lebih tinggi tadi ke dalam menu MPASI Si Kecil.