Artikel ini berisi tentang:
- Hiperlaktasi, Jumlah Produksi ASI Yang Terlalu Banyak
- Apakah Hiperlaktasi Berbahaya?
- Bagaimana Cara Mengatasi Hiperlaktasi?
- Jangan Lupa Konsumsi Air Putih
Di saat banyak wanita harus susah payah untuk memproduksi ASI, justru kondisi ini berbanding terbalik bagi sebagian wanita lainnya. Mereka mampu memproduksi ASI dalam jumlah yang melimpah, bahkan sangat berlebih. Kondisi inilah yang dikenal dengan hiperlaktasi.
Hiperlaktasi, Jumlah Produksi ASI Yang Terlalu Banyak
Seperti disebutkan di atas, hiperlaktasi merupakan kondisi Mom yang mampu memproduksi ASI dalam jumlah yang sangat banyak. Bahkan tanpa mendapat rangsangan apapun, ASI bisa mengalir deras dan membasahi pakaian yang dikenakan.
Tentu ini berkah, sekaligus merepotkan. Selain membuat pakaian mudah basah karena ASI yang tidak diminum, Mom pun akan merasa kurang nyaman dengan tubuh yang terasa lengket.
Dilansir dalam babycentre.com, hiperlaktasi umumnya terjadi karena Mom memiliki veoli atau kelenjar susu yang berlebih (sekitar 100.000-300.000 per payudara. Dengan demikian, jumlah produksi ASI pun akan melimpah, bahkan beberapa orang memutuskan untuk mendonorkannya.
Selain itu, hiperlaktasi bisa disebabkan karena ketidakseimbangan hormon pasca melahirkan. Untuk yang satu ini, biasanya ASI akan kembali normal dalam waktu 4-6 minggu pasca persalinan.
Apakah Hiperlaktasi Berbahaya?
Sebenarnya tidak berbahaya Mom, bahkan cenderung baik karena pasokan ASI Si Kecil sudah terjamin. Tapi bukan berarti tanpa masalah, hiperlaktasi sebaiknya segera diatasi jika menyebabkan beberapa hal berikut ini:
- Moms kewalahan, dan bahkan hiperlaktasi membuat aktivitas Mom terhambat karena pakaian yang selalu basah dengan ASI.
- Terjadi lebih dari 6 Minggu pasca persalinan, tanpa mengalami tanda-tanda pengurangan. Bahkan malah terus bertambah.
- Si Kecil tidak mau menyusu langsung dari puting karena kewalahan menerima ASI yang terlalu deras. Bahkan semburan ASI membuatnya tersedak.
Meskipun tidak berbahaya, hiperlaktasi termasuk kondisi tidak normal dan harus segera Mom atasi, apalagi jika kondisi-kondisi di atas sudah \terjadi.
Bagaimana Cara Mengatasi Hiperlaktasi?
Untuk mengatasi masalah ini, hal pertama yang harus Mom lakukan adalah, mengenali penyebabnya. Jika faktor hormonal, biasanya ASI akan berkurang dalam waktu 4-6 minggu pasca melahirkan. Jika melebihi waktu tersebut, segera hubungi dokter.
Sementara untuk menyiasati kebocoran dan Si Kecil tersedak karena pasokan ASI yang melimpah, Mom bisa melakukan beberapa trik berikut ini:
- Gunakan breast pad untuk mencegah ASI membasahi pakaian. Sebagai cadangan, Mom pun disarankan untuk selalu menyediakan handuk kecil.
- Jika Si Kecil sudah mulai terengah-engah saat sedang menyusui, sebaiknya segera hentikan proses menyusui. Si Kecil bisa diberi ASI kembali saat aliran ASI yang keluar mulai melambat.
- Susui Si Kecil dengan satu payudara, dan satunya lagi bisa digunakan untuk sesi pemberian ASI selanjutnya.
- Sambil menyusui, Mom bisa melakukan pijat secara perlahan di area areola untuk membantu mengendalikan aliran ASI.
- Usahakan Si Kecil menyusu dalam posisi tertunduk. Posisi ini mungkin akan membuat ASI menetes keluar. Untuk menyiasatinya, selalu sediakan handuk untuk mengelap ASI yang bocor.
Perah dan tampung ASI dalam wadah khusus dan beri label sesuai dengan tanggal, jam dan hari. Mom bisa menghibahkan ASI jika stok tidak tertampung.
Jangan Lupa Konsumsi Air Putih
Meskipun pasokan ASI melimpah, Mom jangan tergoda untuk mengurangi asupan cairan. Pasalnya, konsumsi air putih tidak ada hubungannya dengan hiperlaktasi.
Justru sebaliknya, ibu menyusui membutuhkan banyak air putih untuk mencegah dehidrasi. Dalam sehari, setidaknya Mom butuh cairan sebanyak 3 liter. Asupan ini bisa ditambah dengan buah-buahan, seperti semangka, melon, pir dan lainnya. ( oleh pakar gizi Yona Shelly S.Gz).
Agar tidak repot, Mom bisa mengukur kebutuhan air putih dengan menyediakan wadah khusus air putih, bisa menggunakan 2-3 buah jerigen berukuran 1 liter. Selamat mencoba!