Artikel ini berisi tentang :
- Memberikan Makanan Cepat Saji
- Membiarkan Makan Sambil Nonton TV
- Memaksa Si Kecil Untuk Menghabiskan Makanan
- Memaksa Si Kecil Makan Cepat
Penelitian menyebut jika obesitas yang dialami Si Kecil, akan berdampak pada kehidupan dan masa depannya. Anak obesitas berisiko mengalami masalah jantung, diabetes, dan masalah kesehatan lainnya saat dewasa nanti. Selain itu, anak obesitas pun rawan bullying, dan dampak buruk lainnya.
Tapi tahukah Dads kalau orangtua lah yang (tanpa sadar) telah membuat Si Kecil obesitas? Berikut merupakan kebiasaan buruk Dads yang bisa menyebabkan Si Kecil obesitas.
Memberikan Makanan Cepat Saji
Kebiasaan makan anak dibentuk dari pola makan orangtua. Jika orangtua menanamkan kebiasaan baik saat makan, maka Si Kecil pun akan memiliki kebiasaan tersebut. (oleh Esther Entin, MD, dokter anak dan profesor klinis dari Warren Alpert Medical School)
Hal ini berlaku untuk pemberian junk food. Menurut Esther, banyak orangtua yang lebih memilih membeli makanan cepat saji ketimbang memasak makanan sehat sendiri di rumah.
Jelas ini sangat berbahaya, mengingat banyak penelitian yang menyebut fast food mengandung tinggi gula, garam, lemak trans dan minim nutrisi. Fast food pun terkadang mengandung bahan-bahan berbahaya, seperti perasa makanan, dan pengawet makanan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, menemukan jika anak yang mengkonsumsi makanan cepat saji secara rutin, berisiko besar terkena obesitas, dan dampak buruk lainnya terkait makanan tinggi kalori, tinggi gula dan garam.
Itu artinya, selain berisiko obesitas, Si Kecil pun berisiko mengalami masalah hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan penyakit berbahaya lainnya.
Membiarkan Makan Sambil Nonton TV
Menurut penelitian yang dipublikasi dalam jurnal American Journal of Clinical, Dads atau pasangan yang terbiasa memberikan makan Si Kecil sambil menonton TV, bermain, atau melakukan aktivitas lainnya, berisiko membuat Si Kecil mengalami mindless eating.
Mindless eating sendiri merupakan sebuah kondisi yang membuat Si Kecil lupa atau tidak merasakan makanan yang masuk ke perutnya. Si Kecil pun lupa akan rasa kenyangnya, hingga akhirnya dia tidak sadar sudah menghabiskan banyak makanan.
Ironisnya, saat Si Kecil terlihat lahap, bahkan terus menambah makanan hingga beberapa kali, banyak orangtua yang justru merasa senang. Jika ini terus dibiarkan, maka bisa dipastikan Si Kecil akan mengalami obesitas, dan ini sangat berbahaya bagi kesehatannnya.
Agar hal ini tidak terjadi, pastikan Si Kecil makan di meja makan, tanpa gangguan apapun. Agar suasana makan lebih menyenangkan, Dads bisa menemani Si Kecil saat makan.
Memaksa Si Kecil Untuk Menghabiskan Makanan
Wajar jika Dads sedikit kesal saat Si Kecil tidak menghabiskan sarapannya. Tapi hati-hati, jangan sampai memaksa mereka untuk menghabiskan makanannya. Menurut penelitian, kebiasaan ini berisiko membuat Si Kecil tidak mengenali rasa lapar dan kenyang.
Penelitian yang dilakukan Universitas Minnesota, dan diterbitkan dalam jurnal Pediatrics, menemukan jika Balita yang terus dipaksa untuk menghabiskan makanannya sejak dini, akan memiliki bobot tubuh berlebih (obesitas), ketimbang anak yang dibiarkan makan tanpa dipaksa untuk menghabiskan makananya.
Lebih buruknya, beberapa peneliti percaya jika pola makan buruk ini akan terus mereka bawa hingga dewasa nanti. Hal ini disebabkan karena anak yang dipaksa untuk terus menghabiskan makanannya, akan kehilangan sensor untuk membedakan rasa kenyang dan lapar.
Agar hal ini tidak terjadi, mulai sekarang sebaiknya Dads tidak memaksa Si Kecil untuk menghabiskan makananya. Yang perlu Dads lakukan saat makan bersama adalah, pastikan Si Kecil mengonsumsi makanan sesai dengan porsinya.
Jika Si Kecil terlihat sudah makan berlebihan, sebaiknya alihkan perhatian Si Kecil pada hal lainnya, bsia juga dengan menawarkan makanan penutup, seperit buah-buahan, dan lainnya.
Memaksa Si Kecil Makan Cepat
Biarkan Si Kecil makan sesuai dengan kemampuannya, dan pastikan dia menikmati makanannya. Memaksa mereka untuk segera menelan makanannya malah berisiko menyebabkan obesitas, dan masalah kesehatan lainnya. (oleh Regan Jones, RD, pakar diet, dan Co-Founder Healthy Aperture)
Hal ini dibuktikan lewat sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of the American Dietetic Association, yang menyebut, makan terlalu cepat akan membuat Si Kecil mengonsumsi lebih banyak kalori, dan berkaitan erat dengan risiko obesitas.
Makan terburu-buru pun akan membuat tingkat kepuasan pada makanan sehat menurun, dan meningkatkan junk food atau fast food yang lebih cepat mendatangkan rasa gurih dan manis tanpa harus lama mnegunyahnya. Rasa gurih dan manis instant ini berasal dari garam tinggi dan gula.
Makan terburu-buru pun meningkatkan risiko penyakit asam lambung, membuat Si Kecil tersedak, dan beragam risiko buruk lainnya.