Artikel ini berisi tentang :
- Fakta, Anak Suka Bergosip Lebih Populer di Sekolah
- Bagaimana Solusinya jika Si Kecil Bergosip Lewat Ponsel?
- Bantu Si Kecil Memilih teman yang Baik
- Bagaimana Kalau Justru Anak Kita yang Jadi Korban Gosip?
Meskipun identik dengan wanita, faktanya hampir semua di antara kita pernah bergosip. Menurut Laurent Begue, psikolog sosial asal Prancis, bergosip bagaikan guilty pleasure bagi banyak orang, tapi cukup menyenangkan untuk dilakukan.
Lebih lanjut lagi, Begue menyebut jika bergosip merupakan kegiatan yang mampu membangun ikatan sosial. Bahkan ikatan sosial yang terbangun lewat bergosip akan jauh lebih kuat ketimbang ikatan sosial yang terjalin dari komunitas, teman main, teman seperjuangan dan lainnya.
Fakta, Anak Suka Bergosip Lebih Populer di Sekolah
Menurut Kristina McDonald, Ph.D, peneliti dari Duke University, menyebut jika anak yang suka bergosip, akan cenderung lebih populer dan disukai teman-temannya di sekolah. Bahkan pertemanan antara si biang gosip akan lebih akrab ketimbang anak-anak yang tidak bergosip.
Dari sini kita bisa melihat jika bergosip punya sisi positif bagi perkembangan kehidupan sosial Si Kecil. Tapi ingat, sebaiknya batasi kebiasaan ini. Pasalnya, bergosip bagaikan candu yang membuat mereka tidak pernah puas dengan pembicaraan standar.
Parahnya lagi, saat mereka kehabisan bahan untuk digosipkan, terkadang si biang gosip akan cenderung mencari-cari kesalahan orang lain sebagai sumber gosip baru, dan tidak ragu untuk mengoreknya demi kesenangan pribadi dan kelompok mereka.
Bagaimana Solusinya jika Si Kecil Bergosip Lewat Ponsel?
Mengenai hal ini, Rosalind Wiseman, penulis buku Queen Bees and Wannabes, berpendapat jika gosip tetaplah gosip. Apapun medianya, baik lewat ponsel, lewat forum, pesan instan ataupun berkumpul langsung, sebaiknya kebiasaan ini harus dibatasi.
Untuk mengatasi hobi nyeleneh ini, Rosalind menganjurkan moms untuk membantu Si Kecil mengenali perbedaan antara ngobrol biasa dengan bergosip.
Garis besarnya, saat bergosip, biasanya yang dibicarakan berupa keburukan, atau bahkan terselip juga bumbu kebohongan untuk membangun cerita yang lebih dramatis. Sementara untuk ngobrol biasa, bisa membahas banyak hal, dari mulai sekolah, pekerjaan rumah dan lainnya.
Selain itu, cobalah untuk berbicara dari hati ke hati dengan membangun pendekatan, bagaimana jika kita berada di posisi orang yang sedang kita gosipkan. Terlebih jika cerita yang kita gosipkan masih belum diketahui kebenarannya!
Dengan cara ini, diharapkan Si Kecil akan lebih mampu mengelola pertemanan dengan baik, sekaligus membangun persahabatan yang positif, tanpa bergosip. Sementara untuk menjadi populer, dorong Si Kecil agar lebih berprestasi di sekolahnya.
Bantu Si Kecil Memilih teman yang Baik
Kalau mereka mengizinkan, tidak ada salahnya Dads ikut campur membantu Si Kecil memilih teman-teman yang tidak akan membuatnya jahat. Pertimbangan ini jelas dilakukan bukan atas dasar like atau dislike, tapi memilih teman untuk kebaikan dan masa depan Si Kecil.
Menurut penelitian yang dilakukan University of Oregon, Amerika, pengaruh teman sangat bersar bagi perkembangan anak. Ada teman yang mampu mengajak mereka jadi anak baik-baik, ada juga teman yang justru bisa menjerumuskan Si Kecil jadi anak jahat.
Untuk itu, arahkan Si Kecil untuk mencari teman yang menunjukkan perilaku positif, berprestasi, sopan dan berasal dari lingkungan baik-baik. Kalau kriterianya terlalu tinggi, setidaknya arahkan Si Kecil untuk menghindari si tukang gosip.
Bagaimana Kalau Justru Anak Kita yang Jadi Korban Gosip?
Berusaha menjadi anak baik-baik bukan berarti terbebas dari serangan gosip. Justru sebaliknya, anak yang cenderung menghindari gosip, kerap menjadi korban gosip dari teman-temannya, bahkan tidak jarang gosip tersebut dibuat hanya untuk menyudutkan dan menjadikan Si Kecil public enemy.
Untuk mengatasi masalah ini, sebagai orangtua Dads wajib untuk membekali Si Kecil kemampuan menangkis rumor dengan cara elegan dan berkelas, yakni :
- Kalau tahu siapa sumber gosipnya, Dads bisa mendorong Si Kecil untuk menghampiri si sumber gosip dan langsung berikan klarifikasi terhadap gosip tersebut.
- Kalau gosip tersebut tidak benar atau dibuat-buat, mintalah mereka untuk meluruskan gosip tersebut. Tidak perlu langsung ke sumber gosipnya, cukup kepada orang-orang yang dianggap vital dan dan berpotensi bisa membantu Si Kecil menangkal gosip tersebut. Misalnya ketua kelas dan lainnya.
- Kalau mereka tidak bisa mengklarifikasi kasus ini, sebaiknya memintalah Si Kecil untuk melaporkan gosip tersebut kepada guru di kelasnya. Setelah itu, biarkan si guru yang akan membantu mereka untuk mengklarifikasi gosip tersebut.
Sebagai catatan, pastikan Dads tidak mendorong Si Kecil untuk melakukan tindakan agresif, atau membalas gosip tersebut dengan gosip lainnya. Bagaimanapun juga, Dads harus mendorong Si Kecil untuk konsisten jadi anak anti gosip dan hanya mau berbicara tentang fakta saja!