Artikel ini berisi tentang :
- Awas Predator Anak di Dunia Maya!
- Bagaimana Cara Predator Mendapatkan Korban?
- Waspada, Ini Ciri-Ciri Predator Anak
- Bagaimana Cara Mencegah Si Kecil agar Aman dari Predator
Menurut penelitian dari American Academy of Pediatrics, internet dan media sosial merupakan buah teknologi yang memberikan banyak manfaat Si Kecil. Tapi sayang, di sisi lain internet pun bagai belantara yang kejam dan bisa membahayakan kehidupan dan masa depan Si Kecil.
Awas Predator Anak di Dunia Maya!
Internet dan media sosial sedikit banyak telah membuat penyebaran predator anak terus meningkat. Menurut laporan terbaru dari Terre des Hommes, yayasan perlindungan anak internasional, menyebut jika 1000 predator tersebar di dunia maya di 71 negara di dunia, termasuk Indonesia.
Tidak kalah mengerikannya, Terre des Hommes pun menyebut jika peningkatan kasus kekerasan anak di Indonesia tergolong signifikan. Dari awalnya berada di posisi 7 di tahun 2005, kini angka kekerasan terhadap anak di Indonesia naik drastis dengan duduk di posisi 3 di tahun 2009.
Sementara itu, untuk data tahun 2017, hingga kini belum ada data resmi yang dikeluarkan lembaga tersebut. Hanya saja, dengan meningkatnya kasus aktivitas predator di dunia maya, angka tersebut diperkirakana akan mengalami peningkatan.
Disinilah pentingnya Dads untuk melindungi Si Kecil dengan cara membatasi aktivitas berselencar di dunia maya, terutama pengawasan saat Si Kecil bermain di sosial media.
Bagaimana Cara Predator Mendapatkan Korban?
Mengenai hal ini, Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si., Psi., psikolog dari Klinik Terpadu UI Depok dan Klinik Tiga Generasi di Jakarta Selatan, menyebut jika predator tergolong cerdas dan sudah mengetahui kelemahan anak-anak.
Secara garis besar, ada dua tahapan yang akan dilakukan para manusia bejat ini, yakni :
- Accessing
Accessing, atau mencari akses untuk bisa dekat dengan anak-anak. Biasanya mereka akan berusaha dengan mengintai dan mendekati orang-orang yang dekat dengan Si Kecil.
Setelah dekat dengan orang-orang yang dianggap punya akses khusus dengan si calon korban, mereka kemudian akan mulai melancarkan aksinya. Tentu saja tahapan ini dilakukan dengan sangat hati-hati, hingga si korban benar-benar mau menuruti keinginannya.
- Silenting
Setelah korban berhasil ditaklukan, tahapan selanjutnya adalah silenting atau menutupi kejadian. Dalam tahap ini, mereka akan melakukan berbagai cara, dari mulai ancaman, pemberian hadiah, hingga tindakan kekerasan, penculikan dan pembunuhan.
FYI, cara kerja di atas hampir sama dengan cara kerja yang dilakukan di dunia maya, hanya saja tahapannya tergolong lebih panjang karena mereka akan cenderung melancarkan aksinya secara virtual, seperti meminta foto telanjang atau chat mesum.
Walaupun begitu, bukan tidak mungkin tindakan ini akan berlanjut ke dunia nyata. Justru sebaliknya, saat sudah terpedaya dan mengirimkan foto-foto yang bersifat pribadi, justru manusia bejat ini akan semakin semangat untuk memperdaya Si Kecil di dunia nyata.
Waspada, Ini Ciri-Ciri Predator Anak
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Tim dari University of Windsor, Kanada, menerangkan jika pedofil atau predator anak cenderung kidal dan sering memiliki kelainan di wajah. Biasanya, kelainan ini bersifat minor, atau Minor Physical Anomalies (MPA).
Dalam keterangannya, Dr. Fiona Dyshniku, Penulis Penelitian, menyebut jika aspek-aspek tertentu dari perkembangan saraf yang terjadi sejak dalam kandungan, bisa berpengaruh kepada risiko seseorang untuk menjadi pedofil.
Saking berharganya, hasil penelitian ini pun kemudian diterbitkan dalam jurnal Archives of Sexual Behavior pada bulan Juni 2015 dengan judul Minor Physical Anomalies as a Window into the Prenatal Origins of Pedophilia.
Walaupun begitu, ciri-ciri tersebut tidak bersifat pasti. Tapi setidaknya, orangtua bisa lebih waspada saat mereka bertemu dengan orang yang memiliki ciri-ciri tersebut, terlebih jika mereka terlihat berusaha mendekati Si Kecil dan sering berusaha mengajaknya untuk berjalan-jalan.
Bagaimana Cara Mencegah Si Kecil agar Aman dari Predator
Melarang Si Kecil untuk mengenal dunia maya bukanlah cara tepat untuk melindungi Si Kecil dari ancaman predator. Tindakan ini sama saja dengan menghancurkan 1 rumah, hanya untuk membunuh 1 tikus yang berkeliaran di rumah.
Dilansir dalam berbagai sumber, agar Si Kecil bisa mendapatkan manfaat dari Internet tanpa menghentikannya untuk mendapat manfaat dari Internet, sebaiknya terapkan beberapa aturan menggunakan Internet di rumah berikut ini.
- Gunakan software filter
Walaupun pemerintah sudah memberikan filter tersendiri lewat Internet Positif, tidak ada salahnya dong Dads memaksimalkan penyaringan ini dengan menggunakan software filter khusus konten di dunia maya?
Menurut Dewi Widya Ningrum, mantan Jurnalis yang juga aktif membantu kampanye program Internet Sehat yang digagas ICT Watch, Dads bisa mencoba beberapa software, seperti Qustodio dan K9 Web Protection, atau software buatan lokal seperti Kakatu, DNS Nawala dan lainnya.
- Ceritakan bahayanya
Sebelum membicarakan hal ini, sebaiknya Dads ciptakan dulu komunikasi secara terbuka. Setelah itu, barulah secara perlahan Dads membuka pembicaraan tentang betapa bahayanya Internet tanpa pengawasan.
Menurut Parry Aftab, Executive Director WiredSafety, menyebut jika aturan dasar keamanan di bersosial media adalah, siapapun yang ditemui di dunia maya, dia adalah orang asing. Dan setiap orang asing, berpotensi memiliki niat jahat terhadap kita!
- Tempatkan di tengah rumah
Pastikan Dads meletakan perangkat komputer di dalam rumah, atau tempat-tempat strategis yang memudahkan pengawasan. Bukannya ingin memata-matai Dads, tapi semua ini demi keamanan Si Kecil!
Menurut Jacqueline Whitmore, ahli etiket dan Pendiri The Protocol School of Palm Beach, menempatkan komputer keluarga di tempat strategis merupakan salah satu cara terbaik untuk mengajarkan Si Kecil cerdas dalam menggunakan teknologi, termasuk Internet.
- Ajarkan anak melindungi privasi
Menurut ahli keamanan Internet dari Kaspersky Lab, Marta Janus, sebagai orangtua Dads sebaiknya tidak terlalu fokus kepada keinginan melindungi, tapi ajarkan Si Kecil untuk melindungi dirinya sendiri, minimal dengan memaparkan batas-batas privasi di dunia maya.
Secara spesifik, sebaiknya berikan pemahaman jika beberapa hal yang sangat pribadi, seperti nomor telepon, alamat rumah, kegiatan harian dan lainnya, sebaiknya tidak diumbar di dunia maya!