Masa kehamilan 9 bulan 10 hari seolah menjadi hal yang lumrah, atau bahkan seolah menjadi hitungan baku dalam dunia kehamilan. Tapi sayangnya, berdasarkan banyak penelitian, hampir semua bayi terlahir tidak tepat waktu alias terlambat, dan hanya sekitar 10 persen saja bayi yang tepat waktu seperti yang diperkirakan dokter.
Kenapa bisa sampai seperti ini?
Ketika memeriksakan diri dengan metode USG, biasanya Moms akan diberi tahu berapa usia kehamilan, bagaimana kondisi bayi, jenis kelamin, dan tentu saja hari perkiraan kelahiran. Tapi ternyata, hanya 10 persen saja bayi yang lahir sesuai dengan hari perkiraan kelahiran atau HPL, hal tersebut karena bayi memiliki kemampuan khusus untuk menentukan kapan mereka akan dilahirkan.
Jadi, kondisi kelahiran yang tidak tepat ini merupakan hal yang wajar. Bahkan biasanya, keterlambatan kelahiran ini bisa terjadi hingga usia kehamilan 42 Minggu, atau 10 bulan setengah. Bayi yang dilahirkan di usia tersebut bisa disebut masih tepat waktu.
Lantas, kapan bayi dikatakan benar-benar terlambat lahir?
Begitu mencapai usia kehamilan ke-38, biasanya dokter kandungan akan memonitor kondisi Mosm dan janin untuk memastikan kondisinya tetap sehat. Biasanya, dokter pun akan terus mengawasi kondisi plasenta, yang merupakan sumber asupan gizi untuk si kecil selama dalam kandungan.
Tidak hanya itu, dokter pun akan memonitor ukuran bayi. Jika anda berencana melahirkan secara normal, ukuran ini menjadi hal yang sangat penting. Semakin besar ukuran dan berat si kecil, maka akan semakin besar pula kemungkinan terjadi masalah kelahiran, seperti shoulder dystocia.
Yang perlu diperhatikan, jika kelahiran tidak bisa dilakukan secara alamiah hingga usia kandungan mencapai angka 42 Minggu, biasanya dokter akan menyarankan induksi. Biasanya, cara paling umum dilakukan adalah dengan memberikan Pitocin lewat selang infus.
Pitocin sendiri merupakan bentuk sintetis dari oksitosin, yang merupakan hormon pemicu kelahiran. Setelah diberi Pitocin, biasanya kontraksi akan dimulai dalam 2 jam setelah. Hal lain yang mungkin akan dilakukan dokter adalah, memecahkan air ketuban secara manual, serta beberapa upaya lainnya, termasuk melalui operasi.