Artikel ini berisi tentang :
- Baby Blues Syndrome
- Postpartum Depression
- Postpartum Psikosis
- Bagaimana Cara Mengatasinya?
Pasca melahirkan, umumnya orang tua akan merasa bangga dan bahagia karena sudah melewati fase terberat untuk mendapatkan momongan. Tapi faktanya, banyak orang tua yang justru malah merasakan stres yang sangat berat pasca melahirkan.
Hati-hati Moms, bisa saja stres yang dialami merupakan dari munculnya gangguan mental pasca persalinan. Jenisnya sendiri ada banyak Moms, diantaranya adalah :
Baby Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome merupakan gangguan mental yang banyak dialami wanita pasca melahirkan. Gangguan ini cukup banyak pengidapnya, bahkan catatan jurnal medis Hippocrates, 2/3 atau sekitar 50-75% wanita dilaporkan mengalami gangguan ini pasca melahirkan.
Kondisi ini umumnya terjadi selama 2 minggu pasca melahirkan, yang ditandai dengan perasaan tertekan, mudah marah, menangis tanpa sebab, gelisah dan kurang tidur. Bahkan dalam beberapa kasus, banyak wanita yang jadi enggan memperhatikan anaknya.
Baby Blues Syndrome dipicu oleh banyak hal, dari mulai ketidaksiapan Moms menjadi seorang ibu, ASI yang tidak keluar, Si Kecil yang sering terbangun di tengah malam hingga membuat Moms susah istirahat dan lainnya. (oleh Dr. dr. Irawati Ismail Sp.Kj, MEpid, dari Bagian Psikiatri FKUI)
Selain itu, Baby Blues Syndrome pun sering dipicu oleh perubahan hormon. Pasalnya, selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron akan mengalami peningkatan. Dalam tempo 72 jam setelah melahirkan, hormon-hormon tersebut akan menurun secara drastis.
Postpartum Depression
Postpartum depression merupakan kondisi ketika Moms memiliki rasa bersalah yang berlebihan setelah melahirkan. Dalam kondisi ini, Moms akan merasa tidak berguna, cemas berlebih tanpa sebab yang jelas, dan cenderung mengalami gangguan tidur.
Menurut data dari WHO, sekitar 13 persen wanita yang baru melahirkan, mengalami kondisi ini. Umumnya, postpartum depression dialami oleh ibu muda yang baru melahirkan, memiliki anak yang tidak diinginkan, dan mereka yang kurang mendapat dukungan dari keluarga atas kehamilannya.
Menurut dr. Irawati, Postpartum depression pada dasarnya sama seperti Baby Blues Syndrome, hanya saja kadarnya sedikit lebih berat dan lebih membutuhkan pertolongan medis.
Kebanyakan Postpartum depression dapat menyebabkan depresi berat dan mood swing yang serius, Moms akan sulit terhubung dengan Si Kecil, merasa terisolasi dari keluarga dan teman-teman, gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan tidak tertarik pada aktivitas yang biasanya disukai.
Postpartum Psikosis
Jumlah penderita postpartum psikosis memang jauh lebih sedikit, hanya terjadi pada 1-2 dari 1.000 ibu yang baru melahirkan. Tapi meskipun sedikit, kondisi ini jauh lebih berbahaya ketimbang postpartum depression.
Bahkan dalam kasus yang sangat parah, kondisi ini bisa menyebabkan Moms menjadi sangat benci kepada Si Kecil, membuat Moms rentan mengalami halusinasi, rentan melakukan tindakan kekerasan pada Si Kecil, dan bahkan berisiko meningkatkan keinginan untuk bunuh diri.
Apa penyebabnya? Menurut informasi di laman situs motherandbaby.co.id, penyebabnya cukup beragam dan salah satunya adalah belum siap menghadapi perubahan drastis di hidupnya, seperti fisik atau gaya hidup. Penurunan kadar estrogen atau progesteron secara drastis, dan perubahan kadar kortisol dalam darah juga bisa menjadi penyebab munculnya gangguan ini.
Gejala umum dari postpartum psikosis adalah, Moms akan merasakan kebingungan (bahkan bisa sampai tidak mengenali keluarga), memiliki pikiran obsesif terhadap Si Kecil, perilaku manik atau perilaku tidak biasa (misalnya membersihkan rumah di tengah malam), dan merasa sangat putus asa.
Jika tidak ditangani dengan baik, postpartum psikosis tidak hanya berbahaya bagi Moms, tapi juga bisa membahayakan Si Kecil. (oleh Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia)
Untuk mencegah postpartum psikosis, sejak masa kehamilan Moms harus menyiapkan diri untuk mengahadapi segala kemungkinan dan tidak memaksakan diri untuk menjadi ibu sempurna. Moms tidak perlu menekan diri untuk bisa melakukan segala hal seorang diri, dan jangan segan untuk meminta bantuan. Di samping itu, dukungan dari pasangan dan keluarga memiliki peranan penting.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Ketiga gangguan di atas tidak bisa dibiarkan Moms, mengingat kondisi ini akan membuat kualitas kebersamaan Moms dan Si Kecil akan memburuk, bahkan seperti dijelaskan di atas, jika sudah masuk level postpartum psikosis, bisa membahayakan Moms dan Si Kecil.
Untuk mengatasi gangguan di atas, beberapa trik bisa dilakukan, diantaranya :
- Jangan pernah berpikir jika membesarkan Si Kecil merupakan pekerjaan yang sulit dilakukan. Yakin jika Moms akan mampu melalui semua itu dengan baik.
- Istirahat yang cukup. Moms bisa memaksimalkan waktu tidur dengan ikut tidur saat Si Kecil tidur.
- Konsumsi makanan yang sehat, dan tetap aktif bergerak jika Moms sudah mampu untuk bergerak. Minimalnya Moms bisa berjalan kaki di pagi hari.
- Usahakan setiap hari Moms menemukan orang yang enak diajak bicara. Jika memungkinkan, minta keluarga untuk tinggal sementara bersama Moms.
- Hindari bicara dengan orang yang justru memberikan sugesti negatif. Misalnya, orang yang menyebut jika Moms akan menjadi tidak menarik setelah punya anak, dan lainnya.
- Minta dukungan keluarga dan pasangan, terutama untuk berbagi lelah saat mengasuh Si Kecil.
Jika sudah mendengar bisikan-bisikan aneh, atau sudah ada kecenderungan ingin menyakiti Si Kecil, sebaiknya Moms segera temui psikolog atau psikiater. Jangan dibiarkan Moms, gangguan kejiwaan ini bisa sangat berbahaya dan berisiko membuat Moms lepas kendali.