Artikel ini berisi tentang :
- Angka Kurang Gizi di Indonesia Masih Tinggi
- Kekurangan Gizi Buruk Bagi Kemampuan Otak
- Berikan ASI Secukupnya
- Sumber Daya Alam Indonesia Melimpah
Di masa pertumbuhannya, anak-anak sangat butuh asupan gizi yang mencukupi. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) KEMENKES-RI, kebutuhan kalori rata-rata anak usia 1-3 tahun sekitar 1.125 kalori per hari. Dalam satu hari, Moms bisa membagi kebutuhan makan tersebut dengan porsi :
- Makanan pokok, yang berasal dari nasi, bihun, kentang, atau umbi-umbian dengan porsi sekitar 150 gram, atau setara dengan 2 centong nasi.
- Lauk hewani. Makanan ini diberikan satu porsi lauk untuk satu kali makan. Misalnya, pagi sebutir telur ayam, siang daging sapi sebanyak 35 gram, dan sore 40 gram daging ayam.
- Lauk nabati, contohnya tahu, tempe, kacang kedelai, kacang merah dan lainnya. Makanan ini diberikan satu porsi per satu kali makan, dengan ukuran setara 1 potong tahu ukuran besar.
- Sayur dan buah-buahan. Porsi sayuran anak 1-3 tahun, adalah 1½ porsi atau sama dengan 1½ gelas belimbing, sedangkan buah-buahan 2 kali lipat dari ukuran porsi sayuran.
- Makanan selingan, seperti puding, atau bubur kacang hijau. Salad buah pun digunakan sebagai makanan selingan bagi Si Kecil.
- Susu bisa diberikan 2 kali dalam sehari, dengan porsi 250 ml untuk sekali minum (jadi per hari 500 ml, pagi dan malam hari). Pemberian susu ini sebagai pengganti ASI (Jika Si Kecil sudah berusia lebih dari 2 tahun).
Kalau tidak, bisa bahaya Moms. Selain tumbuh kembangnya yang tidak maksimal, Si Kecil yang kekurangan gizi pun bisa memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, yang membuat dia mudah sakit. Agar bisa dihindari, berikut merupakan beberapa fakta tentang kekurangan gizi yang harus Moms ketahui.
Angka Kurang Gizi di Indonesia Masih Tinggi
Menurut data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), angka kekurangan gizi di Indonesia masih tergolong sangat tinggi, bahkan hal ini berakibat langsung kepada angka anak yang mengalami stunting, yang mencapai 9 juta anak.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan asupan gizi, terutama di 1.000 hari pertama kehidupan (dari mulai dalam kandungan, hingga usia 2 tahun).
Tingginya angka stunting akibat dari kekurangan gizi, memberikan banyak dampak buruk bagi Si Kecil, dari mulai dampak kualitas hidup, hingga masa depan anak-anak. (oleh Kennedy Simanjuntak, Deputi Menteri Bidang Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas)
Untuk memerangi stunting dan masalah kekurangan gizi di Indonesia, pemerintah saat ini telah memasukkan stunting sebagai salah satu prioritas nasional dari 30 prioritas nasional. Targetnya, di tahun 2019 ini angka stunting harus menurun hingga 28%.
Kekurangan Gizi Buruk Bagi Kemampuan Otak
Dampak paling serius dari kekurangan gizi adalah masalah kesehatan dan kualitas hidup. Selain itu, penelitian membuktikan jika kekurangan gizi bisa berdampak buruk bagi perkembangan otak Si Kecil. (oleh dr. Markus M. Danusantoso, SpA, dokter spesialis anak dari RS Mitra Keluarga, Jakarta)
Lebih lanjut lagi, dr. Markus menjelaskan jika kekurangan gizi yang dialami Si Kecil akan membuat sel-sel pada otaknya tidak berkembang dengan maksimal. Kondisi inilah yang membuat Si Kecil memiliki daya ingat yang buruk, kurang memahami pelajaran, dan tertinggal dalam bidang akademis.
Ada beberapa jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak Si Kecil, dari mulai asam lemak Omega-3, protein, AA, DHA, dan Kolin. Selain itu, Si Kecil pun membutuhkan asupan zat besi yang cukup, zinc, asam folat, vitamin D, Yodium dan lainnya.
Untuk memenuhi semua kebutuhan gizi tersebut, panduan konsumsi makanan dengan gizi seimbang harus dipenuhi. Komposisi ini terdiri dari daging merah, unggas, ikan, sayuran hijau, buah-buahan dan karbohidrat kompleks yang terdiri dari biji gandum utuh, beras merah dan lainnya.
Berikan ASI Secukupnya
Pada Si Kecil yang berusia di bawah 1 tahun yang masih mengonsumsi ASI, untuk membantu mengatasi kekurangan gizi, berikan ASI tapi ingat jangan berlebih. Cukup berikan Si Kecil ASI sebanyak 500ml tiap harinya. Terlalu banyak diberi ASI akan membuat Si Kecil terlalu kenyang sehingga ia tidak lagi punya keinginan untuk mengonsumsi makanan. Hal ini tentu akan membuat Si Kecil kehilangan nutrisi penting yang seharusnya bisa ia dapatkan melalui makanan.
Lalu, bagaimana dengan Si Kecil yang tidak mengonsumsi ASI?
Untuk Si Kecil yang tidak mengonsumsi ASI, berikan ia makanan-makanan yang padat energi, protein, dan cukup zat gizi mikro. (disarankan oleh Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI), Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam buku “Penuntun Diet Anak Edisi")
Sumber Daya Alam Indonesia Melimpah
Sangat ironis memang. Tingginya masalah gizi buruk di Indonesia, sebenarnya tidak akan terjadi jika seandainya Indonesia bisa memaksimalkan semua potensi alam yang dimiliki. Misalnya sumber Omega 3 yang selama ini dikenal sebagai nutrisi terbaik untuk otak anak.
Selama ini banyak orang yang menilai asam lemak Omega-3 hanya terdapat dalam ikan tuna, makarel, salmon, dan lainnya. Padahal, Indonesia punya banyak ikan lokal dengan kandungan omega-3 yang melimpah, seperti ikan kembung, cakalang, dan jenis ikan lokal lainnya.
Begitupun dengan susu. Hingga saat ini produksi susu segar di peternakan sapi lokal masih tergolong rendah, hanya mencapai 800 liter susu segar per hari. Padahal, dari segi sumber daya alam, kondisi cuaca di Indonesia, terbilang cukup ideal untuk memproduksi lebih banyak susu sapi.
Menurut salah satu produsen susu di Indonesia, angka produksi yang rendah ini disebabkan karena minat konsumsi susu di Indonesia masih sangat rendah, padahal harga jual susu di Indonesia tergolong murah jika dibandingkan dengan negara tetangga.
Selain susu dan ikan, sebenarnya masih banyak sumber daya alam lainnya yang cukup melimpah, dari mulai sayuran, buah-buahan, hingga sumber karbohidrat komplek.
Menariknya, ada satu fenomena unik yang terjadi di Indonesia. Kebanyakan masyarakat kita lebih memilih untuk mengkonsumsi beras putih ketimbang mengkonsumsi beras merah yang lebih kaya akan serat, dan lebih sehat. Padahal, harga beras merah dan beras putih tidak jauh berbeda. Beras merah sendiri malah digunakan sebagai pakan burung.
Jadi, selain dengan mendorong konsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, faktor edukasi pun harus dilakukan agar masyarakat bisa tahu jika di Indonesia ini banyak makanan bernutrisi tinggi.