Membentak anak merupakan kebiasaan buruk yang ironisnya masih sering dilakukan para orangtua. Biasanya, tindakan ini diambil saat Moms atau Dads tidak sanggup menghadapi perilaku si Kecil atau belum bisa mengelola emosi dengan baik. Orangtua yang memiliki temperamental tinggi malah refleks membentak anaknya dengan suara tinggi. Jika tidak segera dihentikan, kebiasaan buruk tersebut akan menciptakan sikap tertutup, minder, bahkan memberontak dari si Kecil.
Dads, memang tak ada salahnya untuk memberikan teguran, koreksi, atau larangan, terutama kalau si Kecil melakukan kesalahan. Namun, jangan sampai Dads memperingatinya dengan teguran, karena alih-alih patuh, si Kecil malah akan ketakutan. Dia juga akan menghindar karena cemas bakal kena bentakan lagi dari Dads. Jika sudah begitu, Dads pun semakin kesulitan mendidiknya untuk mematuhi aturan yang berlaku di rumah.
Perilaku si Kecil di rumah sangat tergantung pada sikap Moms dan Dads di rumah. Dia juga cenderung meniru apa yang orangtuanya lakukan—baik yang baik maupun buruk, sebab dia masih belum sanggup mencerna perbedaannya. Semakin banyak dan sering si Kecil melihat hal-hal positif, maka perilakunya pun akan membaik. Begitu pula kalau dia menerima lebih banyak hal negatif dari Dads. Bukan tidak mungkin si Kecil menganggap membentak sebagai kebiasaan yang wajar dilakukan.
Dads tentunya tidak mau hal tersebut terjadi, bukan? Cacian atau bentakan termasuk ke dalam bentuk kekerasan secara emosional yang mampu menyakiti kondisi psikologis si Kecil. Bahkan si Kecil akan kesulitan berpikir jernih kalau Dads membentaknya dalam jangka waktu lama. Maka, jangan kaget kalau suatu saat nanti, si Kecil akan membentak anaknya seperti yang Dads lakukan kepadanya dulu.
Jika Dads adalah salah satu orang yang masih menerapkan kebiasaan tersebut—disengaja atau tidak—ada baiknya untuk menghilangkannya secepat mungkin. Ketika si Kecil melakukan kesalahan, berilah teguran tanpa harus menggunakan suara tinggi atau memasang wajah galak. Dekati dia baik-baik, lalu tanya alasan mengapa dia melakukan hal tersebut. Kemudian, beritahu si Kecil kalah tindakan tadi salah sambil menunjukkan solusi yang benar untuknya.
Sebagai orangtua, Dads juga harus sanggup mengendalikan emosi. Ketika amarah nyaris meledak, jauhkan diri dari si Kecil—jangan sampai emosi Dads meledak di hadapannya. Ingat dampak buruk yang akan diterima si Kecil kalau dia menerima bentakan dalam jangka waktu lama.