Artikel ini berisi tentang:
- Mengenal ADHD Lebih Dalam
- Gejala Si Kecil dengan ADHD
- 3 Tipe ADHD ini Perlu Dads Ketahui
- Penanganan yang Diperlukan oleh Si Kecil dengan ADHD
Attention deficit hyperactivity disorder atau sering disingkat ADHD merupakan gangguan jangka panjang yang menyerang banyak sekali anak di dunia dengan gejala-gejala yang bisa berlangsung hingga ia beranjak dewasa. Siapa saja punya risiko untuk menderita kondisi yang lebih sering dikenal dengan istilah hiperaktif ini. Tetapi umumnya ADHD dialami oleh mereka yang memiliki gangguan belajar.
Mengenal ADHD Lebih Dalam
ADHD adalah gangguan sistem saraf dalam bentuk gangguan perilaku seperti ketidakmampuan untuk memusatkan perhatikan, perhatian mudah sekali teralih, hiperaktif dan impulsif. Penyebab ADHD diduga terjadi akibat gabungan interaksi genetik dan lingkungan luar. Contohnya ibu hamil yang selama kehamilannya terpapar dengan nikotin, berat badan lahir bayi rendah, atau paparan timbal dan racun-racun lingkungan lainnya.
Hasil sebuah penelitian mengungkapkan adanya pengurangan volume pada beberapa bagian otak penderita ADHD jika dibandingkan dengan mereka yang bukan penderita ADHD. Tidak cuma masalah volume otak, penderita ADHD juga mengalami gangguan pada regulasi zat-zat kimia di otak. Penderita ADHD mengalami gangguan dalam menghambat respon, sehingga mereka cenderung sulit untuk menghentikan responnya terhadap sesuatu.
Gejala Si Kecil dengan ADHD
Sebagai orangtua sudah pasti kita tidak ingin buah hati terkena ADHD. Tapi agar bisa ditangangi lebih dini, ada baiknya Dads mengetahui apakah Si Kecil, khususnya Si Kecil yang masih batita. Berikut adalah gejala Si Kecil dengan ADHD.
- Usia 12 Bulan ke bawah
Pada bayi dengan ADHD terjadi sensory processing regulation disorder yaitu gangguan proses penginderaan. Si Kecil tidak mampu menerima rangsang sensori dengan baik sehingga tidak bisa menyesuaikan diri, seperti mudah terbangun saat tidur, menangis bila ada cahaya, tidak suka disentuh, lebih nyaman jika didiamkan, tidak nyaman dengan sesuatu yang melekat pada tubuhnya (misalnya memakai baju).
- Batita (1-3 tahun)
Gejala batita dengan ADHD adalah tidak bisa mempertahankan perhatian dalam beberapa saat. Saat kita berbicara dengan batita ADHD, pembicaraan selalu terputus atau teralihkan oleh banyak, seperti suara atau benda-benda yang ia lihat.
3 Tipe ADHD ini Perlu Dads Ketahui
Berdasarkan info dari American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual edisi V (DSM-5), ADHD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
- ADHD dengan dominan ketidakmampuan memberikan perhatian
Si Kecil dengan ADHD tipe ini sering gagal dalam memberikan perhatian penuh terhadap hal-hal kecil atau membuat kecerobohan dalam beraktivitas, ia juga memiliki masalah dalam mempertahankan perhatian saat ia menjalankan tugas tertentu.
- ADHD dengan dominan hiperaktivitas dan impulsivitas
Mereka yang didiagnosa menderita ADHD tipe ini sering membuat gerakan-gerakan kecil atau menepuk-nepukkan tangan atau kaki, atau gelisah bila duduk. Ia juga sering meninggalkan tempat duduk dalam situasi yang mengharuskannya duduk.
- ADHD tipe campuran
Si Kecil dengan tipe ADHD campuran akan menunjukkan ciri-ciri seperti yang disebutkan pada dua tipe ADHD sebelumnya.
Meskipun kelihatannya tidak sulit, dokter spesialis anak atau dokter spesialis kesehatan jiwa harus sangat hati-hati dalam mendiagnosis si Kecil dengan ADHD. Para dokter wajib memastikan bahwa tidak ada gangguan mental lain pada si Kecil karena mereka dengan gangguan cemas juga menunjukkan gejala-gejala yang mirip dengan ADHD.
Penanganan yang Diperlukan oleh Si Kecil dengan ADHD
Walaupun tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, saat ini sudah tersedia beberapa jenis obat serta terapi untuk ADHD yang bisa Dads dipilih. Kombinasi obat dan terapi umumnya merupakan langkah terbaik agar Si Kecil dengan ADHD bisa menikmati hidup yang normal dan lebih berkualitas.
- Penanganan dengan Obat-obatan
Ada 5 jenis obat yang umumnya digunakan untuk membantu penanganan ADHD, yaitu methylphenidate, dexamfetamine, lisdexamfetamine atomoxetine, dan guanfacine. Tidak bisa menyembuhkan sepenuhnya memang, tapi obat-obatan tersebut bisa mengurangi gejala-gejala ADHD. Dengan mengonsumsinya, merek dengan ADHD akan lebih tenang dan menurunkan sikap impulsif sehingga mereka bisa menjadi lebih fokus.
- Penanganan Melalui Terapi
Selain obat, penanganan ADHD bisa dilengkapi dengan terapi. Terapi juga berguna untuk menangani gangguan-gangguan lain yang mungkin menyertai ADHD, seperti depresi.
Terapi-terapi tersebut adalah terapi perilaku kognitif atau CBT (terapi yang akan membantu penderita ADHD untuk mengubah pola pikir dan perilaku saat menghadapi masalah atau situasi tertentu), terapi psikologi (penderita ADHD akan diajak untuk berbagi cerita dalam terapi ini, misalnya kesulitan mereka dalam mengatasi gejala-gejala ADHD dan mencari cara untuk mengatasi gejala) dan pelatihan interaksi sosial (bisa membantu penderita ADHD untuk memahami perilaku sosial yang layak dalam situasi tertentu).