Artikel ini berisi tentang :
- Kombinasikan Pola Asuh Dads dan Pasangan
- Saling Memahami Pola Asuh Masing-masing
- Jangan Mengkritik Pasangan di Depan Si Kecil
- Tetapkan Batasan Khusus Dalam Pola Asuh
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh jadi pribadi yang lebih baik. Hal inilah yang akhirnya membuat banyak pasangan menerapkan pola asuh tertentu sebagai panduan utama saat membesarkan Si Kecil. Tapi bagaimana jika Dads dan pasangan punya pola asuh yang berbeda?
Berikut merupakan cara menyikapi perbedaan pola asuh yang diterapkan Dads dan pasangan.
Kombinasikan Pola Asuh Dads dan Pasangan
Cobalah untuk berdiskusi terkait tujuan akhir dari pola asuh tersebut, misalnya ingin menjadikan Si Kecil sebagai pribadi yang mandiri, kuat mental dan hebat dalam prestasi akademik. Dengan cara ini, diharapkan ada jalan tengah untuk menentukan pola asuh yang akan diterapkan.
Jika perlu, Dads dan pasangan bisa mengkombinasikan pola asuh yang ingin diterapkan, dengan mengambil sudut tugas yang berbeda.
Contohnya, Dads bisa fokus kepada masalah disiplin, termasuk mengatur waktu bangun pagi, kapan waktu berangkat sekolah, kapan Si Kecil harus tidur, dan aturan lainnya, termasuk menentukan batasan menonton TV, dan program yang boleh ditonton Si Kecil.
Sedangkan pasangan bisa fokus untuk menanamkan kemandirian, termasuk membiasakan Si Kecil untuk membereskan tempat tidurnya sendiri, mandi sendiri, memilih dan berpakaian sendiri.
Dengan cara ini, Dads dan pasangan bisa sama-sama menerapkan pola asuh yang diinginkan tanpa kehilangan tujuan utamanya. Di sisi lain, Si Kecil pun tidak akan bingung, dan justru terlihat sebagai satu paket pola asuh yang mudah dipahami.
Saling Memahami Pola Asuh Masing-masing
Cobalah untuk memahami pola asuh masing-masing, dan jangan pernah saling menyalahkan, apalagi sampai Dads menyebrang dan mementahkan pola asuh pasangan.
Misalnya, saat pasangan sedang berusaha untuk membuat Si Kecil lebih mandiri dengan mandi dan berpakaian sendiri, Dads kemudian memerintahkan pasangan untuk memberikan kemudahan dengan cara memilihkan dan membantu Si Kecil saat memakai pakaian.
Atau kondisi lainnya, saat Dads sedang berusaha menerapkan disiplin Si Kecil agar membatasi jam menonton TV hanya sampai 2 jam per hari, pasangan malah memberikan kompromi dengan mengatakan, “Nak kamu boleh menonton TV sampai 3 jam, asal jangan ketahuan Dads ya!”
Intinya, dukung dan pahami pola asuh masing-masing. Jika ternyata ada benturan dalam pelaksanaan pola asuh ini, sebaiknya bicarakan kembali untuk dicari solusinya. Tapi ingat, fokus utamanya adalah, membentuk Si Kecil jadi pribadi yang lebih baik.
Jangan Mengkritik Pasangan di Depan Si Kecil
Jika Dads menemukan kejanggalan dalam pola asuh pasangan, pastikan tidak bicara langsung di depan Si Kecil, tapi pilih waktu dan tempat yang tepat untuk membicarakannya.
Misalnya, saat Dads melihat Si Kecil diberi tugas rumah yang cukup berat untuk anak seusianya, misalnya diminta untuk mencuci piring atau mencuci pakaian, jangan langsung ditegur. Tapi bicarakan dulu secara baik-baik, dan pastikan saat Si Kecil tidak ada.
Hal ini berlaku saat Dads atau pasangan memberikan hukuman akibat Si Kecil yang tidak patuh atau melanggar aturan. Jangan langsung diinterupsi, apalagi sampai menuduh pasangan selalu membela dan memanjakan Si Kecil.
Sebaiknya bicarakan dulu, dan beri penjelasan terkait keputusan yang Dads ambil. Dalam diskusi ini, Dads dan pasangan bisa berkompromi dan meninjau ulang apakah keputusan tersebut bisa diterapkan pada Si Kecil, atau sebaiknya ditunda dulu demi hal yang lebih baik.
Tetapkan Batasan Khusus Dalam Pola Asuh
Perbedaan pola asuh merupakan hal yang wajar dan bisa menimpa pasangan manapun. Tapi saat menyusun pola asuh yang akan diterapkan pada Si Kecil, Dads dan pasangan harus sepakat dengan batasan-batasan tertentu.
Misalnya, karena usia Si Kecil masih belum mampu membereskan tempat tidurnya sendiri, Dads bisa memberikan batasan pekerjaan rumah yang boleh dilakukan hanya sekedar pekerjaan ringan dan terkait dengan dirinya saja. Misalnya membereskan mainan, atau memilih pakaian sendiri.
Hal yang sama berlaku untuk Dads. Saat menyusun aturan dan memberikan hukuman, pastikan pasangan menyetujuinya, dan memberikan batasan tertentu. Misalnya, tidak boleh menggunakan hukuman fisik, dan sebatas hukuman time out saja.
Dengan komunikasi dan diskusi terbuka yang dilakukan Dads dan pasangan, yakin misi untuk membentuk Si Kecil jadi pribadi terbaik, akan lebih mudah tercapai.
Jadi bisa disimpulkan, jika Dads dan Moms punya pola asuh yang berbeda, cobalah untuk memahami pola asuh masing-masing, dan jangan pernah saling menyalahkan. Ketimbang saling menyalahkan, akan lebih baik jika Dads dan Moms mengkombinasikan pola asuh yang ingin diterapkan, dengan mengambil sudut tugas yang berbeda, seprti Dads bisa fokus kepada masalah disiplin Si Kecil, sedangkan Moms bisa fokus untuk menanamkan kemandirian Si Kecil.
Selamat mencoba!