Artikel ini berisi tentang :
- Mainan Bisa Membuat Si Kecil Lebih Cerdas?
- Anak Bungsu Selalu Telat Bicara?
- Tinggi Badan Bisa Diprediksi Lewat Ukuran Panjang saat Lahir?
- Si Kecil Diam Berarti Baik-Baik Saja
Meskipun zaman udah berubah dan teknologi begitu menguasai, faktanya masih banyak mitos terkait tumbuh kembang Si Kecil yang berkembang dan masih dipercaya oleh sebagian masyarakat. Mau tahu mitos apa saja? Simak yuk Moms!
Mainan Bisa Membuat Si Kecil Lebih Cerdas?
Mainan selama ini dipercaya ampuh membuat Si Kecil lebih cerdas. Faktanya, hal ini tidak benar-benar terjadi, pasalnya mainan hanya berfungsi sebagai preverensi visual bagi Si Kecil untuk merangsang perkembangan otaknya. (oleh Dr. Andrew Andesman, penulis buku berjudul Baby Books)
Lebih lanjut lagi, Andrew menjelaskan jika mainan tidak bisa dijadikan sebagai faktor utama, tapi hanya sebagai faktor pembantu untuk memberikan stimulasi. Masalah kecerdasan sendiri sangat ditentukan oleh banyak faktor, termasuk komunikasi, sentuhan dan lainnya.
Bahkan menurut University of Toledo di Ohio, Amerika, terlalu banyak memberikan mainan justru tidak bagus bagi Si Kecil karena bisa menghambat kreativitasnya, dan membuatnya sulit fokus.
Kesimpulannya, mainan tidak mampu untuk membuat Si Kecil lebih cerdas, tapi hanya faktor pembantu untuk menstimulasi kecerdasan tersebut. Dalam hal ini, Moms masih disarankan untuk memberikan mainan, tapi jangan lupa untuk memberikan stimulai lainnya, termasuk komunikasi dan sentuhan.
Anak Bungsu Selalu Telat Bicara?
Anak bungsu digambarkan sebagai sosok manja dan selalu terlambat bicara. Padahal, hal ini hanya mitos belaka. Faktanya, terlambat bicara tidak hanya dialami si anak bungsu, tapi bisa juga dialami oleh anak lainnya. (Andrew Whitehouse, peneliti dari Perth Telethon Institute for Child Health Research).
Dalam hal kemampuan bicara, stimulasi sejak dini merupakan hal yang paling penting dilakukan. Selain itu, pastikan Si Kecil tidak mengalami masalah yang bisa menghambat kemampuan bicaranya, seperti gangguan telinga, gangguan organ bicara dan lainnya.
Untuk hal ini, Moms harus memeriksakan diri ke dokter. Selain itu, tidak ada salahnya Moms berkonsultasi dengan pakar terapi bicara untuk mengatasi hal ini.
Sementara itu, penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry, menyebut jika anak laki-laki cenderung lebih lambat ketimbang anak perempuan. Hal ini disebabkan karena bayi laki-laki terpapar testosteron kadar tinggi selama dalam kandungan.
Tinggi Badan Bisa Diprediksi Lewat Ukuran Panjang saat Lahir?
Banyak yang percaya jika panjang tubuh saat lahir merupakan indikator utama yang digunakan untuk memprediksi tinggi badannya saat dewasa. Padahal faktanya, tinggi badan dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama faktor genetik, lingkungan dan nutrisi.
Untuk memprediksi tinggi badan Si Kecil, Moms bisa melihat tinggi badannya saat berusia 2 tahun. Hal inilah yang membuat Moms wajib mencukupi kebutuhan nutrisi Si Kecil sejak dini, terutama untuk mencegah stunting. (Dr Idrus Jus'at,PhD, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul)
Untuk menghitung tinggi badan ideal Si Kecil, Moms bisa menghitungnya dengan rumus : tinggi badan Moms + tinggi badan Ayah + 13 cm : 2. Kemudian hasilnya ditambah atau dikurangi 8,5 cm. (dr Aman Pulungan, SpA(K) dari RSCM Jakarta)
Misalnya, tinggi ayah 170 cm + tinggi badan Moms 165 cm + 13 cm = 348. Setelah itu, dibagi 2 menjadi 174. Setelah itu, diambah 8,5 untuk mendapat hasil tinggi maksimal, dan dikurangi 8,5 untuk hasil tinggi minimal. Maka tinggi badan Si Kecil diperkirakan antara 165,5 cm s/d 182,5 cm.
Rumus diatas berlaku untuk menghitung prediksi tinggi badan anak laki-laki, sementara untuk anak perempuan, rumusnya hanya perlu mengubah +13 menjadi -13.
Contoh, tinggi badan ayah (170) + tinggi badan Moms (165) - 13 = 322. Setelah dibagi 2, hasilnya jadi 161. Hasil tersebut kemudian dikurangi atau ditambah 8,5, hingga prediksi tinggi badan Si Kecil berkisar antara 152,5 cm s/d 169,5 cm saat dewasa nanti. Mudah bukan?
Si Kecil Diam Berarti Baik-Baik Saja
Banyak yang percaya jika Si Kecil tidak pernah menangis atau jarang menangis, pertanda dia baik-baik saja. Padahal, diam terus dan tidak pernah menangis bisa jadi ada masalah terkait organ bicara, masalah pendengaran dan lainnya.
Selain itu, Si Kecil yang diam dan jarang menangis bisa jadi merupakan gejala hipotiroid. (dr.Erwin P.Soenggoro,Sp.A, anggota Kelompok Kerja Nasional Skiring Hipotiroid Kongenital)
Menurutnya, sekitar 1,6 ribu bayi dari 4,7 juta angka kelahiran di seluruh dunia, mengalami hipotiroid kongenital. Uniknya, awalnya mereka tidak menunjukan gejala kelainan apapun selain tampak lesu, jarang menangis dan suka diam.
Jika dibiarkan, hipotiroid kongenital bisa menyebabkan pertumbuhan fisik dan mental Si Kecil terganggu, cenderung sulit bicara dan keterbelakangan mental. Makanya Moms, saat menemukan Si Kecil yang tampak pendiam, tidak pernah menangis dan terlihat lesu, segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.