Artikel ini berisi tentang :
- Apa Itu Gangguan Fonologis?
- Penyebab Gangguan Fonologis
- Benarkah Dot Sebabkan Gangguan Fonologis?
- Cara Mengatasi Gangguan Fonologis
Belakangan ini makin banyak orangtua yang sadar betapa pentingnya ASI untuk tumbuh kembang Si Kecil. Bagi Ibu bekerja, pemberian ASI eksklusif kini bukan lagi masalah serius karena Si Kecil masih bisa menerima ASI eksklusif dengan menggunakan dot.
Apa Itu Gangguan Fonologis?
Gangguan Fonologi atau gangguan artikulasi, merupakan gangguan bicara yang menyebabkan bahasa Si Kecil sulit dipahami orang lain. Misal, menyebut mobil dengan bimbim, sepeda dengan sebutan padah dan lainnya. Terkadang, Si Kecil pun masih berbicara dalam bahasa bayi meskipun usianya sudah 2-3 tahun lebih.
Menurut diagnostic and statistical manual of mental disorders, sekitar 3% dari anak-anak pra-sekolah masih mengalami gangguan ini, dan mayoritas datang dari anak laki-laki.
Gangguan fonologis merupakan masalah yang cukup serius dan harus segera diatasi, jika tidak gangguan ini bisa menyebabkan masalah komunikasi yang cukup akut hingga membuat Si Kecil sulit untuk bersosialisasi dan membuka hubungan pertemanan.
Dalam kondisi lainnya, gangguan fonologis pun bisa menyebabkan tantrum atau masalah emosional pada Si Kecil. Hal ini disebabkan karena Si Kecil tidak bisa mengungkapkan apa yang dimaksud, dan Moms tidak memahami maksudnya (miskomunikasi).
Penyebab Gangguan Fonologis
Hingga saat ini belum dapat dipastikan apa penyebab gangguan fonologis pada Si Kecil. meskipun begitu, beberapa peneliti setuju jika masalah ini disebabkan karena komponen genetik. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak dengan gangguan fonologis, memiliki saudara dengan kelainan yang sama.
Selain karena faktor genetik, masih ada beberapa kemungkinan lainnya yang menyebabkan Si Kecil mengalami gangguan fonologis, diantaranya :
- Faktor gangguan fisik, seperti lidah yang terlalu pendek. Masalah ini umumnya dapat menyebabkan tongue tie, atau lidah yang sulit bergerak untuk mengucapkan kata-kata. Biasanya kata-kata yang mengandung huruf L, R, S dan lainnya.
- Faktor pola asuh Moms yang jarang berkomunikasi, atau terlalu mengurung Si Kecil, sehingga proses belajar memahami kata-kata kurang maksimal. Misalnya, Moms jarang membacakan cerita kepada, Si Kecil jarang diajak ngobrol, dan lainnya.
- Faktor gangguan saraf motorik lidah dan bibir yang tidak sesuai, sehingga kata-kata yang dikeluarkan tidak terdengar jelas.
Benarkah Dot Sebabkan Gangguan Fonologis?
Menurut penelitian yang dilakukan University of Sydney, Australia, penggunaan dot meningkatkan risiko gangguan fonologis pada Si Kecil. Gangguan ini umumnya berupa keterlambatan bicara dan kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan jelas.
Penelitian ini dilakukan terhadap 199 anak selama 4 tahun terhadap anak-anak yang konsisten menggunakan dot dan empeng sejak hari pertama kelahiran. Hasilnya, sebanyak 130 anak diketahui mengalami gangguan fonologis di usia pra-sekolah.
Meskipun begitu, masalah penggunaan dot dan empeng ini bukanlah faktor penyebab utama gangguan fonologis, melainkan hanya faktor penyebab tidak langsung. (oleh Dr. Elise Baker, dosen patologi wicara di University of Sydney, Australia)
Menurut Baker, anak yang biasa mendapatkan empeng dan dot akan cenderung tidak mau lepas dari kedua benda tersebut. Penggunaan dot dan empeng inilah yang membuat kemampuan bicara mereka tidak terlatih dengan maksimal, hingga akhirnya menyebabkan gangguan fonologis.
Selain itu, faktor pembiaran dari orangtua pun jadi masalah yang cukup serius, dan makin memperparah gangguan fonologis yang dialami Si Kecil.
Cara Mengatasi Gangguan Fonologis
Gangguan fonologis umumnya akan berhenti, atau berkurang saat usia Si Kecil beranjak dewasa. Suara Si Kecil akan mulai terdengar jelas di usia 5 tahun, dan kemampuan bicaranya makin baik saat usia 7 tahun (beberapa anak baru bisa bicara dengan jelas di usia 9 tahun).
Untuk mengatasi masalah ini, terapi bicara terkadang dibutuhkan. Misalnya, dengan mengulang-ngulang huruf L dan R untuk mereka yang memiliki gangguan cadel karena tongue tie, atau mengulang-ngulang huruf yang jadi kelemahannya, misalnya L, R, S, F, T dan lainnya.
Terkadang, terapi wicara terkadang dibutuhkan untuk mempercepat proses belajar bicara Si Kecil, atau untuk mengatasi masalah gangguan fonologis yang cukup akut.
Untuk pencegahan, Dr. Elise menyarankan agar Moms tidak terlalu mengandalkan dot untuk memberikan susu. Jika usianya sudah menginjak 12 bulan (1 tahun), Si Kecil sebaiknya diajari minum langsung dari gelas bermoncong, atau gelas biasa secara bertahap.
Berikut merupakan tahapan membiasakan Si Kecil minum ASI langsung dari gelas.
- Berikan contoh bagaimana minum dengan menggunakan gelas. Biarkan Si Kecil melihat saat Moms minum dengan gelas.
- Anak-anak pada dasarnya suka meniru, jadi sebaiknya Moms langsung ajari Si Kecil minum dari gelas bermoncong dengan cara meminumkan ASI langsung dari gelas bermoncong.
- Untuk tahap awal, mungkin Moms masih harus memegangi botol tersebut. Secara refleks, Si Kecil pun pasti akan memegang gelas tersebut.
- Saat ASI dalam gelas bermoncong sudah habis, berikan gelas tersebut untuk dia pegang sendiri. Trik ini dilakukan agar Si Kecil bisa belajar minum sendiri, tapi kondisinya tetap bersih.
- Saat Si Kecil terlihat sudah mulai lihai memegang gelas bermoncong dan minum sendiri, Moms bisa melepas moncong gelasnya. Untuk tahap awal, kembali gunakan gelas kosong.
- Tahapan selanjutnya bisa diberikan ASI dalam gelas, tapi jangan terlalu penuh. Berikan sedikit demi sedikit. Tahapan ini biasanya dilakukan sejak Si Kecil berusia 15 bulan.
Targetkan Si Kecil bisa minum sendiri dari gelas ketika usianya sudah menginjak 18 bulan. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari American Academy of Pediatrics. Jangan khawatir jika Si Kecil terlambat menguasai kemampuan ini, pasalnya batas usia maksimal agar bisa minum sendiri adalah 24 bulan.
Selain itu, penggunaan empeng pun sebaiknya dihindari untuk mengurangi risiko gangguan fonologis. Semoga bermanfaat Moms!