Artikel ini berisi tentang :
- Infeksi dan Keputihan Sebabkan Bayi Lahir Prematur
- Bagaimana Keputihan Terjadi?
- Kapan Harus Waspada?
- Cara Mencegah Keputihan
Kehamilan yang sehat merupakan impian terbesar kaum wanita. Selain konsumsi makanan yang bergizi dan rutin berolahraga, kehamilan yang sehat pun bisa didapatkan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh, terutama organ reproduksi untuk mencegah infeksi.
Infeksi dan Keputihan Sebabkan Bayi Lahir Prematur
Ibu hamil wajib menjauhi segala hal yang berhubungan dengan infeksi untuk menurunkan risiko bayi terlahir prematur, termasuk infeksi bakteri penyebab sakit tipus, malaria dan infeksi pada gigi (Prof Dr dr Ali Sungkar SpOG(K), dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).
Lebih lanjut lagi, dr. Ali menjelaskan jika dari semua infeksi yang paling diwaspadai, Moms wajib menghindari infeksi pada vagina atau saluran kencing, seperti keputihan.
Lebih dari 50 persen kelahiran prematur, disebabkan karena infeksi vagina yang dipicu oleh bakteri (oleh Dr Ari Sungkar, SpOG, pakar kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)).
Mengenai cara kerjanya, dr. Ali menyebut jika cara kerja bakteri dalam memicu lahirnya bayi prematur, sebenarnya masih belum diketahui secara pasti. Namun berbagai penelitian menunjukkan hasil yang konsisten jika semua jenis infeksi, terutama infeksi vagina bisa memicu kelahiran bayi prematur.
Bagaimana Keputihan Terjadi?
Keputihan merupakan gejala infeksi vagina atau vaginosis bakteri, yang terjadi karena ketidakseimbangan flora normal di vagina. Penyebabnya sendiri beragam, dari mulai penggunaan douche atau pembersih vagina secara berlebihan, jarang membersihkan vagina, hingga gaya hidup yang tidak sehat.
Menurut dr. Ari, pembersihan vagina yang berlebihan bisa menyebabkan bakteri Lactobacillus yang seharusnya ada dalam vagina, malah mati sehingga memicu peningkatan jumlah bakteri anaerob, penyebab keputihan dan membuat vagina rentan mengalami peradangan.
Kondisi ini umumnya ditandai dengan kenaikan pH atau tingkat keasaman di vagina, dari awalnya 4,5 ke bawah (pH normal bagina), meningkat hingga mendekati angka 7.
Kapan Harus Waspada?
Keputihan sendiri terbagi dalam 2 jenis, ada yang normal dan ada yang harus benar-benar diwaspadai (oleh dr Noviyanti, SpOG, Obstetrics & Gynecologist dari Mayapada Hospital, Tangerang).
Umumnya, keputihan yang normal akan menghasilkan cairan bening atau putih, tidak menyebabkan gatal, dan tidak berbau. Sementara keputihan yang harus diwaspadai, ditandai dengan warnanya yang terlihat kuning atau bahkan abu, terasa gatal dan panas di vagina, serta menyebabkan aroma tidak sedap.
Keputihan sendiri umumnya tidak berbahaya dan biasa terjadi selama kehamilan. Tapi jika keputihan tersebut keluarnya sudah cukup banyak, menyebabkan gatal dan menimbulkan aroma tidak sedap, sebaiknya Moms segera berkonsultasi dengan dokter.
Jika bisa dideteksi sejak dini, keputihan dan infeksi vagina lainnya tergolong mudah diatasi dengan pemberian antibiotik. Pemeriksaan ini penting dilakukan sejak trimester ke-2 masa kehamilan.
Cara Mencegah Keputihan
Menurut dr Uqudiah Kafanila Prisatianti,dari Derma Prescriptive Klinik, Jakarta, cara terbaik untuk melawan keputihan yang tidak normal adalah dengan melakukan upaya pencegahan sejak dini, dengan cara:
- Basuh vagina dari arah depan ke belakang dengan air bersih. Cara ini dilakukan untuk menghindari terbawanya bakteri dari anus menuju vagina.
- Jangan membasuh vagina dengan sabun mandi. Menurut dr Uqudiah, kandungan anti-bakteri dalam sabun mandi tidak cocok untuk membersihkan bakteri dalam vagina.
- Pastikan vagina selalu dalam kondisi kering dengan cara mengeringkannya menggunakan tissue dan handuk bersih dan lembut.
- Cuci vagina dengan sabun antiseptik khusus untuk area kewanitaan. Untuk penggunaan air rebusan daun sirih, perawatan ini bisa dilakukan seminggu sekali.
Jika keputihan masih tidak kunjung reda, sebaiknya segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut. Ingat Momss, jangan dibiarkan. Keputihan harus dilawan, apalagi selama masa kehamilan!