Artikel ini berisi tentang :
- Dulu Pink Justru Warna Kaum Pria
- Warna Pink Tidak Berdampak Pada Psikologis Si Kecil
- Konsep Color Your Life Hanya Untuk Emosi Bukan Untuk Karakter
- Bagaimana Solusinya Jika Si Kecil Suka Warna Pink?
Tidak hanya di Indonesia, teori yang mengatakan warna pink untuk anak perempuan dan biru untuk anak laki-laki, ternyata berlaku juga di seluruh dunia. Nggak heran kalau akhirnya banyak orangtua yang langsung panik saat anak laki-lakinya lebih suka warna pink ketimbang warna lainnya.
Dulu Pink Justru Warna Kaum Pria
Dads, kalau Anda melihat sejarah tentang penggunaan warna pink, sebenarnya panik gara-gara Si Kecil suka warna pink itu nggak perlu lho! Faktanya, Jo B. Paoletti, ahli sejarah dari University of Maryland, menyebutkan jika war
na pink sebenarnya untuk anak laki-laki, bukan untuk wanita.
Bukan tanpa alasan, dalam jurnal yang diterbitkan tahun 1918, diketahui jika warna pink merupakan warna yang lebih kuat dan cocok dengan karakter anak laki-laki. Sementara itu, warna biru lembut justru dinilai lebih cocok untuk anak perempuan dengan ciri khas rambut pirang dan bermata biru.
Di tahun 1927, majalah Time sempat mencetak grafik yang menunjukkan warna yang sesuai untuk anak perempuan dan anak laki-laki berdasarkan data dari toko pakaian anak terbesar di Amerika. Dalam data tersebut, disebutkan jika mereka menganjurkan pakaian pink untuk laki-laki dan biru untuk perempuan.
Dengan kata lain, awalnya warna pink disiapkan untuk anak laki-laki, sementara biru lembut dipersiapkan untuk anak perempuan. Tapi sekarang hal tersebut sudah terbalik, dimana pink justru dianggap sebagai warna feminin dan biru sebagai warna maskulin.
Jadi dengan kata lain, sebenarnya Anda nggak perlu khawatir ketika Si Kecil suka warna pink. Toh itu hanya sekedar warna. Bahkan sebelumnya, pink merupakan warna yang dipersiapkan untuk anak pria.
Warna Pink Tidak Berdampak Pada Psikologis Si Kecil
Jangan berlebihan Dads. Nggak mungkin rasanya hanya karena Si Kecil suka warna pink, dia akhirnya berubah jadi pria kemayu. Bagaimanapun juga, anggapan pria nggak boleh menggunakan warna pink hanya upaya pemisahan gender yang ditanggapi secara berlebihan.
Tapi walaupun begitu, Anda nggak bisa membiarkan Si Kecil terus-terusan menyukai warna pink. Bagaimanapun juga, upaya pemisahan gender harus terus dilakukan. Tujuannya bukan karena takut Si Kecil jadi kemayu atau pria feminin, tapi untuk mencegah bullying dari lingkungannya.
Konsep Color Your Life Hanya Untuk Emosi Bukan Untuk Karakter
Yup, dalam penelitian yang dilakukan Departemen Pengembangan Anak di California State University Fullerton, sempat menerbitkan hasil penelitian tentang warna dan asosiasinya terhadap emosi Si Kecil, dimana dalam penelitian ini disebutkan jika 69 persen anak-anak memilih warna cerah untuk mengungkapkan kebahagiaan. Sementara saat Si Kecil merasa sedih, marah atau emosi negatif lainnya, kebanyakan dari mereka lebih memilih warna yang lebih gelap, termasuk warna abu-abu, coklat, dan hitam.
Dengan kata lain, konsep color your life bukan mengaitkan antara warna dengan karakter Si Kecil, tapi lebih cenderung mengaitkan warna dengan suasana hati Si Kecil!
Dari hasil penelitian ini, kita bisa menyimpulkan jika anak yang suka warna pink bukan berarti dia akan kemayu atau berpotensi menjadi kemayu, tapi warna pink (masuk dalam kategori warna cerah) hanya sebagai ungkapan suasana hati si kecil yang sedang bahagia.
Bagaimana Solusinya Jika Si Kecil Suka Warna Pink?
Menurut dr Markus Danusantoso, SpA, dokter spesialis perkembangan anak, sebenarnya pemisahan gender pada anak-anak nggak perlu dilebih-lebihkan. Anda bisa membiarkannya terlebih dahulu, dan baru dimulai dipisahkan saat Si Kecil sudah menginjak usia 3 tahun.
Lebih lanjut lagi, dr Markus menyarankan Anda untuk memperkenalkan konsep gender pada Si Kecil sejak dini. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah bullying yang mungkin saja terjadi dalam pergaulan karena kebanyakan orang Indonesia masih tergolong sensitif dalam urusan ini.
Tapi ingat Dads, lakukan pemisahan gender ini secara bertahap. Misalnya, Anda bisa memberikan pakaian dengan kombinasi warna lainnya, dimana warna pink dalam pakaian tersebut tidak terlalu dominan. Teknik ini bisa dipraktekan untuk mainan dan benda lainnya yang Si Kecil sukai.
Lama kelamaan, Anda pun bisa menawarkan warna lainnya, misalnya merah, dengan gambar karakter kartun yang disukai Si Kecil. Dengan kata lain, Si Kecil sedikit demi sedikit akan move on dari warna pink, tanpa merasa terpaksa atau merasa kebebasannya terampas.