Artikel ini berisi tentang :
- Orangtua Harus Khawatir dengan Pertemanan Beda Gender
- Kapan Mulai Mengajarkan Privasi
- Bahaya Anak Tidak Dikenalkan Privasi Sejak Dini
- Bagaimana Cara Mengajarkan Si Kecil Privasi
Di era modern seperti sekarang ini, sulit memisahkan Si Kecil dari pergaulan yang cenderung mengarah ke arah yang bebas. Bahkan saat ini, pertemanan super dekat antara anak laki-laki dan perempuan seolah menjadi hal yang wajar terjadi.
Orangtua Harus Khawatir dengan Pertemanan Beda Gender
Tentu saja tidak Dads. Bagaimanapun juga, membangun pertemanan dengan siapa saja diperbolehkan, dengan catatan pertemanan tersebut bisa membawa Si Kecil ke arah yang lebih positif. Tugas Dads adalah, mengajarkan batasan pertemanan, baik sesama jenis kelamin atau beda jenis kelamin.
Contohnya buat anak perempuan, mereka boleh main bersama di dalam kamar. Tapi untuk teman laki-laki, sebaiknya berikan batasan hingga ruang tamu saja. Selebihnya, jangan! Walaupun si teman pria sudah sangat dekat dengan Si Kecil.
Selain itu, Dads pun wajib memperkenalkan batasan area mana saja yang tidak boleh dilihat dan tidak boleh disentuh orang lain. Bahkan khusus untuk area terlarang, Si Kecil tidak boleh terlalu mengeksplorasinya.
Kapan Mulai Mengajarkan Privasi
Mengajarkan privasi sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Dalam budaya lokal, ada istilah pamali (tabu) bagi seorang ayah memandikan dan membasuh bekas pup atau pipis Si Kecil yang berjenis kelamin wanita.
Nah, istilah pamali dalam teknik parenting lokal ini bisa Dads adopsi sebagai cara membangun privasi Si Kecil sejak dini. Dengan cara ini, diharapkan Si Kecil akan terbiasa untuk meminta bantuan Ibunya untuk membersihkan bekas pipis atau pup-nya, bukan kepada ayahnya!
Saat usianya sudah menginjak 3 tahun, Si Kecil umumnya sudah mengerti dan tahu apa yang dilakukannya. Disinilah Dads bisa memberikan penjelasan kenapa untuk urusan sensitif ini, Dads cenderung pasif dan lebih menyerahkan semuanya kepada Ibunya.
Dalam menunjukan kasih sayang, Dads pun bisa memeluk Si Kecil, atau mencium pipi dan keningnya. Tapi tolong diperhatikan, dilarang keras mencium bibir Si Kecil. Cara ini dilakukan untuk memberikan pengertian jika bibir merupakan area yang harus dihormati, dan masuk dalam kategori area pribadi.
Saat usianya sudah mulai masuk usia preschool, batasan-batasan ini harus benar-benar dipahami dan mampu dipraktekan Si Kecil dengan baik. Untuk memperkuat batasan ini, sangat disarankan untuk memperkaya ilmu Si Kecil dengan pendidikan agama yang cukup.
Bahaya Anak Tidak Dikenalkan Privasi Sejak Dini
Menurut penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Columbia University, menyebut jika kebanyakan para ahli dan orangtua sepakat jika Si Kecil membutuhkan tingkat privasi tertentu, sesuai dengan usia dan perkembangannya.
Jika tidak diberi privasi sejak dini, hal ini sangat berbahaya. Pasalnya, Si Kecil berpotensi menembus batasan-batasan privasi, baik privasi untuk dirinya sendiri hingga batasan privasi untuk orang lain.
Bahaya lainnya, bisa saja Si Kecil kurang menjaga hal-hal pribadi yang seharusnya jadi sesuatu yang mutlak miliknya. Kondisi inilah yang membuat Si Kecil berisiko terlibat dalam kehidupan seks bebas saat dewasa nanti, atau lebih parahnya lagi, jadi santapan predator anak.
Tidak hanya itu, privasi merupakan bagian dari tatakrama dan cara bagaimana mereka menghargai diri sendiri. Contohnya, anak yang sudah diajarkan privasi sejak dini, akan cenderung enggan untuk nyelonong masuk ke kamar orang lain tanpa mengetuk pintu atau izin terlebih dahulu.
Selain itu, anak yang sudah diajarkan privasi tidak mungkin mau membuka pakaiannya di depan orang banyak, meskipun ada iming-iming hadiah untuk itu.
Bagaimana Cara Mengajarkan Si Kecil Privasi
Menurut Vera Itabiliana, Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, privasi bisa diajarkan sejak dini lewat aktivitas sehari-hari. Contohnya dengan membiasakan Si Kecil menutup pintu saat buang air, mandi atau ketika berganti pakaian.
Dads pun dituntut untuk mengajarkan Si Kecil tentang bagian tubuh pribadi yang tidak boleh dilihat atau dipegang oleh sembarangan orang, dan berikan Si Kecil ruangan pribadi, misalnya kamar pribadi dan benda-benda pribadi yang hanya bisa dia gunakan sendiri.
Selain itu, berikan juga larangan kepada Si Kecil dengan tidak asal masuk kamar orang lain, atau minimalnya harus mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke ruangan. Kalau Si Kecil sudah mengerti dan bisa mengoperasikan handphone, ajarkan Si Kecil agar tidak asal menggunakan hanphone orang lain.
Dengan cara mengajarkan privasi sejak dini, dan fokus kepada pelajaran tatakrama, dijamin Si Kecil akan jauh dari hal-hal yang merugikan, termasuk serangan predator anak. Selamat mencoba!