Artikel ini bersisi tentang :
- Apakah Rasa Takut pada Si Kecil Itu Wajar?
- Hal yang Biasanya Jadi Sumber Ketakutan Si Kecil
- Bagaimana Cara Mengatasi Rasa Takut Si Kecil?
- Bahaya Membiarkan Ketakutan Si Kecil
Bukan rahasia jika sosok hantu, monster atau hal-hal lainnya akan membuat Si Kecil menjerit histeris karena ketakutan. Bahkan untuk anak usia 2-4 tahun, terkadang mereka takut dengan sesuatu yang sepele, misalnya takut dengan pria gondrong, badut atau kamar gelap.
Tapi ingat Dads, bagi orang dewasa mungkin ketakutan ini merupakan hal yang sepele dan tidak perlu dikhawatirkan, tapi bagi anak-anak, bisa saja sosok menakutkan tersebut merupakan mimpi buruk yang paling tidak ingin dia lihat, apalagi didekati.
Apakah Rasa Takut pada Si Kecil Itu Wajar?
Jangan khawatir Dads, menurut Psikolog Anak D'Arcy Lyness, ketakutan merupakan hal yang wajar dan bisa menimpa siapa saja. Bahkan rasa takut ini merupakan salah satu bentuk pertahanan diri alami Si Kecil terhadap hal-hal asing dan dianggap membahayakan.
Tapi ingat, walaupun ini merupakan hal yang normal, ketakutan yang tidak mendasar ini bukan hal yang harus dibiarkan. Sebagai seorang ayah, tugas Dads adalah memupuk keberanian Si Kecil dan buktikan jika apa yang mereka takutkan, bukan hal yang nyata atau membahayakan.
Hal yang Biasanya Jadi Sumber Ketakutan Si Kecil
Banyak hal yang biasanya jadi sumber ketakutan Si Kecil, dari mulai hal-hal yang nyata, hingga sosok yang tidak nyata, seperti monster, takut gelap dan lainnya. Menurut penelitian, berikut 8 hal yang umumnya jadi sumber rasa takut Si Kecil, seperti dilansir dalam babycenter.com.
- Takut orang asing, termasuk pria gondrong, berkumis, brewok, dan lainnya.
- Takut akan kegelapan, termasuk takut dengan sosok monster, hantu dan lainnya.
- Takut akan petir dan kilat yang menyambar.
- Takut karena mimpi buruk. Biasanya masalah ini akan membuat Si Kecil enggan tidur kembali.
- Takut akan kesendirian atau takut ditinggal sendiri.
- Takut akan perkelahian
- Takut binatang-binatang tertentu
- Takut kembang api, petasan atau hal-hal lainnya yang berbunyi mengagetkan
Intinya, secara umum ketakutan Si Kecil terbagi dari dua jenis, yakni takut dengan hal-hal yang nyata dan hal yang tidak nyata. Tentu saja solusi untuk masalah ini, harus disesuaikan dengan jenis ketakutan yang Si Kecil alami.
Bagaimana Cara Mengatasi Rasa Takut Si Kecil?
Untuk mengatasi rasa takut ini, seperti dilansir dalam kidshealth.com. Lyness menyarankan agar Dads mencari tahu apakah ketakutan tersebut nyata atau tidak. Contohnya saja, saat Si Kecil takut dengan gelap karena adanya monster, beri pengertian kalau monster tersebut tidak ada.
Sementara jika Si Kecil takut dengan sosok yang nyata, contohnya saja sosok pria gondrong, Dads bisa memperkenalkan sosok pria gondrong tersebut sebagai orang yang bersahabat. Tentu saja Dads tidak bisa melakukannya secara langsung.
Pertama, ajaklah Si Kecil untuk bertemu dengan sosok yang membuatnya takut. Secara perlahan, ajak Si Kecil untuk mendekatinya. Kalau Si Kecil menolak, Dads bisa memberikan contoh dulu dengan dekati sosok yang membuatnya takut, dan bicaralah dengannya.
Kalau dibutuhkan, setting situasi dimana sosok tersebut seolah-olah akan memberikan hadiah yang diinginkan Si Kecil. Tekniknya, Dads bisa membeli dulu hadiah tersebut, kemudian mintalah sosok yang ditakuti Si Kecil tersebut untuk memberikan hadiah tersebut sebagai tanda persahabatan.
Biasanya, setelah ini Si Kecil akan mulai luluh hatinya dan secara perlahan akan menghilangkan rasa takutnya. Setelah itu, tugas Dads adalah memelihara keberanian tersebut dengan sering-sering mengajak Si Kecil untuk berdekatan dengan sosok yang ditakutinya.
Bahaya Membiarkan Ketakutan Si Kecil
Penting untuk dicatat, jangan pernah mendukung ketakutan Si Kecil dengan cara menjadikan apa yang ditakutinya sebagai senjata untuk membuatnya patuh. Bagaimanapun juga, ketakutan bukan hal yang harus dipelihara, tapi justru harus segera disingkirkan sedini mungkin.
Menurut banyak pakar perkembangan anak, ketakutan bisa menyebabkan Si Kecil mengalami respon negatif fisiologis, termasuk sesak napas, tubuh gemetar, gelisah dan lainnya. Selain itu, ketakutan pun bisa berpengaruh terhadap kognitif Si Kecil, termasuk susah fokus, berpikir obsesif dan lainnya.
Menurut Amir Zuhdi, Dokter ahli ilmu otak dari Neuroscience Indonesia, otak bekerja bukan hanya secara struktural, tapi juga memiliki muatan listrik dan hormonalnya.
Maka dari itu, ketika muncul rasa takut, otak Si Kecil akan memproduksi hormon kortisol dalam jumlah banyak, hingga akhirnya stres pun menyerang. Hal inilah yang membuat proses berpikir Si Kecil menjadi terganggu, hingga akhirnya dia sulit mengambil keputusan dan sulit menerima informasi dengan baik.
So, mulai sekarang jangan pernah memelihara ketakutan Si Kecil. Alih-alih dipelihara, sebaiknya jadikan Si Kecil sebagai sosok pemberani dan punya kepercayaan diri yang tinggi.