Artikel ini berisi tentang :
- Bukan Kasus Paedofilia
- Apa Penyebab Mereka Lakukan Kejahatan Seksual?
- Pola Asuh Yang Salah Bisa Jadi Pemicu
- Apa Yang Harus Dilakukan?
Berita tentang banyak kasus kejahatan seksual memang sangat mengkhawatirkan, apalagi belakangan ini para predator seksual lebih banyak mengincar anak dibawah umur hingga balita. Yang paling mengerikan, pelakunya pun sama-sama masih dibawah umur.
Melihat hal ini, wajar jika Mom merasa khawatir. Tidak hanya takut Si Kecil jadi korban, kita pun khawatir Si Kecil jadi pelaku kejahatan seksual tersebut.
Bukan Kasus Paedofilia
Kejahatan seksual yang dilakukan Si Kecil terhadap anak lainnya, bukan termasuk kasus paedofilia, melainkan pelecehan seksual biasa (oleh Dinastuti, S.Psi., M.Si., Kepala Bagian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta).
Sementara menurut catatan KPAI, jumlah kasus kejahatan seksual terhadap anak-anak terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2010, jumlah kasus kekerasan anak hanya mencapai 38,4 persen dari total kasus kekerasan pada anak.
Di tahun 2013, jumlah kasus kekerasan seksual meningkat hingga 53,6 persen, dan diperkirakan datanya akan kembali melambung di tahun ini. Ingat Mom, ini jumlah kasus yang terungkap. Untuk kasus yang tidak terungkap, kemungkinan besar jumlahnya jauh lebih besar.
Apa Penyebab Mereka Lakukan Kejahatan Seksual?
Ada banyak hal yang jadi pemicu kenapa Si Kecil menjadi pelaku kejahatan seksual. Menurut Annelia Sari Sani, psikolog klinis anak di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, salah satunya karena faktor eksternal, seperti pengalaman mereka mendapatkan pelecehan seksual.
Tidak hanya itu, Annelia pun menyebut jika paparan pornografi dan pornoaksi dari lingkungan sekitar, turut andil dalam meningkatkan kasus kejahatan seksual yang dilakukan anak-anak.
Kondisi ini makin diperparah dengan kemampuan kognitif Si Kecil yang biasanya berkembang lebih lambat ketimbang kemampuan seksualnya. Selain itu, di usianya yang terlalu dini, mereka pun cenderung belum paham tentang seksualitas, norma dan batasannya.
Tidak heran jika mereka jadi korban, Si Kecil hanya akan merasa direndahkan dan dihina. Sementara saat mereka jadi pelaku kejahatan seksual, mereka akan merasa biasa saja (merasa tidak bersalah) karena pernah diperlakukan sama oleh orang lain.
Pola Asuh Yang Salah Bisa Jadi Pemicu
Selain faktor eksternal yang datang dari lingkungan, pola asuh yang kurang tepat bisa jadi faktor pemicu Si Kecil melakukan kejahatan seksual (oleh dra Fitriani M Syahrul, Psi. M.Si, Psikolog dan Staf Pengajar di Universitas Al-Azhar).
Lebih lanjut lagi, Fitriani menyebut beberapa jenis pola asuh yang berpotensi menyebabkan Si Kecil menjadi pelaku kejahatan seksual, diantaranya :
- Kurang Perhatian
Saat Mom dan Dad terlalu sibuk dengan karier tanpa memperhatikan kehidupan Si Kecil, ada kemungkinan pendidikan moral, budi pekerti dan norma agama yang seharusnya mereka dapatkan dari orangtuanya, diambil alih oleh lingkungan pergaulannya.
Alhasil, pembiaran seperti ini tidak hanya berpotensi melahirkan anak yang dekat dengan tindak kejahatan, seperti obat-obatan terlarang, kekerasan hingga menjadi pelaku kejahatan seksual.
- Kurang Pengawasan
Kebanyakan kasus kejahatan seksual berawal dari kurangnya pengawasan Mom terhadap Si Kecil, sehingga mereka pun berpotensi menjadi korban, atau bahkan jadi pelaku kejahatan seksual.
Tanpa adanya pengawasan yang tepat, perilaku mereka akan sulit terkontrol. Bahkan bukan tidak mungkin mereka sudah terpapar konten pornografi seja usia dini. Pada gilirannya, rasa penasaran mereka terhadap konten dewasa ini bisa memicu mereka untuk melakukan kejahatan seksual.
- Pola Asuh Otoriter dan Permisif
Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang memaksa Si Kecil untuk melakukan segala kehendak Mom dengan dalih demi kebaikan dirinya, tanpa mempertimbangkan apa yang diinginkan Si Kecil. Sementara pola asuh permisif, akan cenderung membiarkan Si Kecil melakukan apapun yang dia sukai.
Kedua pola asuh ini benar-benar bahaya karena bisa membuat mereka jadi anak yang munafik (tampak baik di depan orangtua, tapi jadi badboy saat diluar), dan bisa membuat mereka jadi pelaku kejahatan seksual.
Apa Yang Harus Dilakukan?
Terkait hal ini, tingginya kasus kekerasan seksual, merupakan bukti norma-norma dan aturan terhadap seksualitas sudah tidak bekerja lagi (oleh Dr. Budiharjo, Bsc, M.Si, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)).
Untuk menanggulangi masalah ini, menanamkan pendidikan berperilaku dan norma agama sejak dini merupakan hal utama yang harus dilakukan. Selain itu, Mom pun harus meluangkan waktu untuk memberi perhatian kepada mereka, dan mengajarkan batasan-batasan tentang seksualitas.
Selain itu, pendidikan seks perlu diberikan sejak dini. Alasannya, dengan pendidikan seks yang mencukupi, diharapkan Si Kecil akan mampu mengetahui apa itu seks dan bagaimana dampaknya bagi kehidupan (oleh Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FACCS).
Untuk tahap awal, Mom bisa mengajarkan batasan-batasan daerah mana saja yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh orang lain, atau daerah mana saja yang tidak boleh mereka sentuh atau lihat.