Artikel ini berisi tentang :
- Intraventricular Hemorrhage (IVH)
- Periventricular Leukomalacia (PVL)
- Berisiko Alami Cerebral Palsy
- Berisiko Alami Hidrosefalus
Tidak dapat dipungkiri jika kelahiran prematur meninggalkan beberapa dampak buruk bagi kesehatan Si Kecil jika tidak ditangani dengan serius, termasuk menyebabkan gangguan otak. Berikut merupakan 4 gangguan otak yang wajib Moms waspadai saat Si kecil lahir prematur.
Intraventricular Hemorrhage (IVH)
Intraventricular Hemorrhage merupakan gangguan otak ketika pembuluh darah vena Si Kecil pecah, sehingga menimbulkan genangan darah di otak. Jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat, kondisi ini berisiko merusak sel-sel saraf Si Kecil.
Kondisi ini umumnya akan diikuti dengan munculnya gangguan pernapasan, dengan gejala utama berupa suara tangisan Si Kecil bernada tinggi, lemah saat mengisap susu, kejang, denyut jantung rendah, dan mengalami anemia.
Menurut Lucile Packard Children’s Hospital, di Stanford University, Intraventricular Hemorrhage sering menimpa Si Kecil yang lahir prematur dengan berat badan kurang dari 2,2 kg.
Untuk memastikan adanya Intraventricular Hemorrhage, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan ultrasound kepala untuk membantu menentukan berapa banyak pendarahan yang ada dalam kepala Si Kecil. Makin tinggi nilainya, semakin besar juga risiko kerusakan pada otak Si Kecil.
Untuk mengatasinya, biasanya dokter akan memasukkan selang ke dalam otak untuk mengalirkan cairan dan mengurangi risiko kerusakan otak. Untuk kasus ringan, Intraventricular Hemorrhage dapat diatasi dengan pemberian obat tertentu untuk mengurangi penumpukan cairan.
Periventricular Leukomalacia (PVL)
Periventricular Leukomalacia merupakan komplikasi paling umum yang melibatkan sistem saraf pada otak Si Kecil. Kondisi ini terjadi ketika saraf pada otak Si Kecil, yang berfungsi untuk mengatur pergerakan, menjadi tidak berfungsi dengan baik.
Biasanya, Periventricular Leukomalacia dapat diketahui lewat gejala seperti, otot Si Kecil menjadi sangat lemah, mengalami kejang, dan terkadang akan diikuti dengan Intraventricular Hemorrhage.
Hingga saat ini belum bisa ditentukan apa penyebab utama dari Periventricular Leukomalacia. Hanya saja, jika tidak diatasi dengan cara yang tepat dan cepat, kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya cerebral palsy, serta gangguan perkembangan lainnya.
Si Kecil yang lahir sebelum usia kehamilan 30 Minggu, Moms yang mengalami ketuban pecah dini, dan Moms yang didiagnosis dengan infeksi dalam rahim, merupakan beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko Periventricular Leukomalacia.
Lalu, metode apa yang dapat dilakukan jika Si Kecil terkena PVL? Terapi okupasi atau fisioterapi biasanya diberikan dokter kepada penderita Periventricular Leukomalacia untuk melatih dan meningkatkan kemampuan bergerak penderita.
Berisiko Alami Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan malformasi atau cidera otak yang terjadi saat masa perkembangan otak yang terjadi selama masa kehamilan, atau beberapa saat setelah Si Kecil lahir. Bayi yang lahir prematur sangat rentan dengan masalah ini.
Cedera atau malformasi otak tersebut bisa terjadi karena terganggunya proses pembentukan saraf otak. sehingga penderita cerebral palsy akan cenderung membuat gerakan-gerakan yang berbeda dari kebanyakan anak lainnya.
Beruntung, saat ini penderita cerebral palsy punya kesempatan sembuh dengan metode terapi sel punca yang dikembangkan oleh Dr. Jensen dan Profesor Hamelmann, dari Department of Paediatrics, Catholic Hospital Bochum, Ruhr University Bochum, Jerman
Meskipun belum diketahui apa yang menyebabkan terapi sel punca ini mampu mengatasi masalah cerebral palsy, tapi para pakar sepakat jika terapi dengan menggunakan darah tali pusar pasien yang ditransplantasikan secara alogenik ini merupakan metode revolusioner yang harus dikembangkan.
Terapi sel punca saat ini juga sudah bisa dilakukan di Indonesia, sehingga untuk membantu penyembuhan cerebral palsy, penderita tidak perlu lagi ke luar negeri. Rumah sakit yang menyediakan layanan terapi sel punca di Indonesia adalah:
- Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
- RSUD DR.Soetomo Surabaya
- RSUP Dr. M. Djamil, Padang
- RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
- RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
- RSUP Dr. Kariadi, Semarang
- RSUP Sanglah, Denpasar
- RS Harapan Kita, Jakarta
- RS Persahabatan, Jakarta
- RS Dharmais, Jakarta
- RS Fatmawati, Jakarta.
Berisiko Alami Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan kondisi yang disebabkan karena terjadinya akumulasi cairan dalam otak yang menyebabkan bagian ventrikel otak membesar, sehingga tekanan yang diterima jaringan otak pun akan ikut meningkat.
Hidrosefalus tergolong masalah yang cukup mudah dikenali, salah satunya dari bentuk kepala Si Kecil yang terlihat membesar, bahkan ukurannya jauh lebih besar ketimbang badan Si Kecil.
Menurut Hydrocephalus Association, Si Kecil yang lahir prematur lebih berisiko mengalami hidrosefalus akibat dari komplikasi Intraventricular Hemorrhage. Tapi ada juga beberapa pasien yang langsung mengalami hidrosefalus, tanpa terkena Intraventricular Hemorrhage terlebih dulu.
Perawatan hidrosefalus yang cukup banyak digunakan adalah, dengan metode operasi untuk membuang kelebihan cairan di otak Si Kecil dengan memasang alat lembut yang bernama shunt.
Meskipun begitu, metode ini berisiko menimbulkan efek samping, seperti shunt yang tersumbat, atau infeksi yang umumnya akan terjadi beberapa bulan setelah melakukan operasi. Kontrol rutin merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah efek samping tersebut terjadi.