Artikel ini berisi tentang :
- Apa itu stres infertilitas?
- Bagaimana cara mengatasi stres karena infertilitas?
- Tetap Mencoba dan Jalankan Gaya Hidup Sehat
- Bagaimana dengan program bayi tabung?
Saat usia sudah matang dan Moms masih belum menikah, biasanya banyak orang yang akan bertanya, kapan nikah? Setelah menikah, maka pertanyaan yang akan muncul adalah, kapan punya anak? Kenapa tidak lakukan program kehamilan, dan pertanyaan sejenis yang pada intinya menekankan kepada Moms untuk segera dapat momongan. Hati-hati Moms, kondisi ini bisa menyebabkan stres infertilitas.
Apa itu stres infertilitas?
Menurut WHO, infertilitas merupakan sebuah kondisi saat pasangan gagal menghasilkan keturunan dalam satu atau dua tahun usia pernikahan, meskipun mereka sudah melakukan banyak cara untuk mendapatkannya, termasuk berhubungan seksual secara teratur dan terapi kesuburan.
Dilansir dalam american pregnancy, infertilitas bisa terjadi pada satu dari setiap enam pasangan yang ada di dunia ini. Dalam hal ini, 50 persen faktor infertilitas ini disebabkan akibat dari ketidaksuburan perempuan, sedangkan sisanya berasal dari faktor pasangan, dan faktor lainnya.
Masalah infertilitas ini cukup menakutkan, terutama bagi wanita, karena ketidakmampuan untuk menghasilkan keturunan bisa menyebabkan keharmonisan hubungan rumah tangga terganggu.
Selain itu, banyak wanita yang takut jika kemandulan ini akan membuat pasangannya tidak sayang lagi, merasa minder karena tidak mampu menjadi wanita seutuhnya, khawatir cibiran dari tetangga, teman keluarga pasangan, dan berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
Bagaimana cara mengatasi stres karena infertilitas?
Ada banyak cara yang bisa Moms tempuh untuk mengatasi stres karena infertilitas, salah satu yang harus pertama dilakukan adalah, berdamai dengan diri sendiri. Ini penting Moms, dengan memaafkan diri sendiri, Moms akan lebih sabar dan tenang dalam menghadapinya.
Selain itu, memaafkan diri sendiri pun akan membuat Moms sadar jika masalah infertilitas bukan hanya disebabkan karena Moms saja, tapi ada campur tangan Tuhan yang sedang menyiapkan rencana terbaik untuk Moms dan keluarga.
Setelah berhasil menguasai diri dan berdamai dengan diri sendiri, Moms sebaiknya meminta dukungan dari pasangan, orangtua, dan orang-orang terdekat. Katakan jika masalah infertilitas ini sudah membuat Moms sangat tertekan, dan minta mereka untuk memahaminya.
Dukungan orang terdekat merupakan hal yang sangat penting untuk membangkitkan mental, sekaligus membuat Moms tidak ragu untuk terus mencoba. ( oleh dr Beeleonie, BMedSc, SpOG (K)., dokter ahli kandungan dan kebidanan dari Rumah Sakit Hermina Kemayoran)
Tetap Mencoba dan Jalankan Gaya Hidup Sehat
Apapun yang terjadi, Moms jangan pernah menyerah. Cobalah untuk menggunakan segala cara agar hamil, dari mulai terus melakukan terapi kesuburan, rutin periksakan diri ke dokter, dan pastikan Moms menjalankan gaya hidup sehat.
Perlu diingat, penelitian membuktikan jika 85 persen pasangan mengalami kehamilan di satu tahun usia pernikahan, dan kemungkinan ini akan meningkat menjadi 92 persen di tahun kedua. (oleh dr Yassin Yanuar, SpOG, MSc, dokter ahli kandungan dan kebidanan dari RS Pondok Indah)
Dengan kata lain, jika masalah belum punya keturunan ini masih di angka 1-2 tahun usia pernikahan, atau setelah 3 tahun menikah, Moms tidak perlu khawatir. Terus jalankan gaya hidup sehat, konsumsi makanan tinggi protein, cukup istirahat dan olahraga yang cukup.
Justru sebaliknya, stres karena infertilitas justru bisa meningkatkan patologi pelvik dan tuba, yang merupakan gangguan pada saluran telur dan gangguan indung telur lainnya, baik gangguan berupa sel telur yang tidak matang ataupun gangguan lainnya yang menyebabkan kemandulan.
Bagaimana dengan program bayi tabung?
Jika Moms masih dalam usia produktif (di bawah 35 tahun) dan usia pernikahan masih di bawah 5 tahun, program bayi tabung tidak disarankan. Kenapa tidak disarankan? Karena Moms masih berada di usia subur dan kalau tidak ditemukan kelainan apapun pada organ reproduksi, maka Moms bisa terlebih dahulu mencoba terapi lainnya yang lebih memungkinkan Moms untuk memiliki momongan secara normal, seperti terapi terapi kesuburan dengan menggunakan obat-obatan (biasanya menggunakan clomifene yang berfungsi mendorong pelepasan sel telur terjadi secara teratur) dan terapi kesuburan melalui operasi (operasi biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah di saluran tuba falopi). Moms juga harus tahu bahwa untuk menjalani program bayi tabung dibutuhkan biaya yang cukup besar.
Jangan lupa, jangan hanya Moms yang berjuang. Pasangan pun harus melakukan hal yang sama. Dorong pasangan untuk melakukan terapi kesuburan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas spermanya, dan berhenti dari kebiasaan buruk, terutama merokok, jauhi minuman keras dan junk food.
Selain itu, berolahraga setiap hari merupakan hal yang wajib dilakukan. Moms dan pasangan pun harus saling mendukung, dan selalu ambil sisi positifnya, yakni tanpa kehadiran anak, Moms bisa lebih lama menikmati bulan madu bersama pasangan.