Artikel ini berisi tentang:
- Kenapa Si Kecil Selalu Ingin Populer di Sekolahnya?
- Berprestasi Beda Dengan Populer!
- Jadi Populer Belum Tentu Disukai
- Apa Yang Harus Dilakukan Orangtua?
Keinginan untuk jadi populer di sekolah dialami banyak anak. Beberapa orang menganggap ini merupakan hal yang wajar. Pasalnya, keinginan populer merupakan salah satu sifat dasar manusia yang selalu ingin dipuji, disukai, dihormati dan dikenal banyak orang.
Kenapa Si Kecil Selalu Ingin Populer di Sekolahnya?
Di usianya yang masih sangat kecil, Si Kecil hanya tahu jika popularitas memiliki kekuatan sosial yang tinggi dan berkelas. Dengan populer, mereka akan merasa ditakuti, disegani dan memiliki banyak teman. (oleh Tracy Vaillancourt, Ph.D., profesor psikologi dari University of Ottawa).
Selain itu, berikut beberapa alasan kenapa Si Kecil ingin jadi populer di sekolah.
- Ingin populer merupakan sifat dasar manusia, dan dimiliki semua orang. Perbedaannya, sifat ini ada yang muncul, ada juga yang berhasil diredam.
- Ingin populer merupakan perwujudan persaingan yang ketat antara Si Kecil dengan anak lainnya. Kondisi ini hampir mirip dengan persaingan yang dialami Si Kecil dengan saudaranya di rumah.
- Si Kecil akan terasa jadi pemenang dan jauh lebih baik ketimbang anak lainnya. Hal ini berkaitan dengan persaingan dengan anak lainnya.
- Jadi populer bisa membuat Si Kecil lebih mudah dalam mendapatkan fasilitas di kelas, dikenal lebih banyak anak dan selalu jadi bahan pembicaraan (pujian).
- Si Kecil beranggapan popularitas menentukan prestasi, meskipun terkadang cara mendapatkannya kurang baik (menyontek dan lainnya).
Intinya, dengan jadi populer, Si Kecil menganggap bisa mendapatkan apapun dengan mudah, apalagi jika mereka cukup populer dikalangan guru dengan imej yang baik.
Berprestasi Beda Dengan Populer!
Ada banyak alasan kenapa seorang anak bisa populer di sekolahnya, bisa karena dia pintar, cantik, pengaruh orangtua (pejabat, anak artis, anak orang kaya dan lainnya), atau bisa juga karena dia dikenal sebagai anak super nakal, pengganggu dan si pembuat onar. (oleh Psikolog Nessi Purnomo, M.Psi)
Walaupun begitu, Nessi menjelaskan jika populer tidak sama dengan berprestasi. Menurutnya, keduanya merupakan hal yang sangat berbeda, dimana anak berprestasi sudah tentu akan populer, sementara anak populer belum tentu dia berprestasi.
Hal yang sama pun berlaku bagi masa depan Si Kecil. Dalam keterangannya, Nessi menyebut jika mereka yang populer karena menggunakan perhiasan mahal, cantik, dan lainnya, belum tentu bisa meraih kesuksesan di masa depannya.
Tapi jika Si Kecil berprestasi (baik akademik atau non-akademik), setidaknya prestasi inilah yang akan membantu masa depan depannya jauh lebih baik.
Jadi Populer Belum Tentu Disukai
Dalam bukunya yang berjudul The Geeks Shall Inherit the Earth, Jurnalis Alexandra Robbins, yang cukup lama meneliti anak-anak populer di sekolah, menyebut jika anak populer belum tentu disukai, baik saat sekolah atau ketika mereka hidup di masyarakat.
Terkadang, anak populer justru tidak disukai karena kesombongan dan sikap sewenang-wenangnya. Bahkan sikap mengejar popularitas secara berlebih terkadang menimbulkan konflik berkepanjangan di sekolah, meningkatkan risiko bullying (biasanya jadi pelaku), hingga kekerasan.
Lebih lanjut lagi, Alex pun menyebut jika saat ini banyak perusahaan besar, termasuk Yahoo!, yang justru lebih memprioritaskan individu out ofthe box untuk mendapatkan ide-ide yang tidak biasa, ketimbang lulusan dengan riwayat populer di sekolahnya.
Apa Yang Harus Dilakukan Orangtua?
Dalam kondisi ini, Moms harus menjelma jadi filter terbaik yang mampu menuntun Si Kecil agar bisa mendapatkan popularitas dengan cara yang baik. Misalnya, mendorong Si Kecil berprestasi, baik dalam bidang akademik atau bidang lainnya.
Selain itu, Moms pun harus mampu menekan peer pressure yang mungkin akan dialami Si Kecil. Pasalnya, anak yang populer cenderung memiliki tekanan yang lebih besar ketimbang anak yang biasa-biasa saja. (oleh Robert Faris, Ph.D, Profesor sosiologi dari University of California-Davis).
Jangan lupa untuk menumbuhkan rasa empati Si Kecil. Di sini, Moms harus bisa membuat dia mampu menempatkan dirinya sebagai anak yang tidak populer (lebih membumi), dan dorong dia untuk tidak pilih-pilih dalam menjalin pertemanan.