Biasanya sebagai New Moms akan banyak mendengar banyak mitos dalam mengurus Si Kecil, baik dari keluarga hingga teman sesama Moms, tidak terkecuali mengenai pilihan Moms untuk memilihkan popok sekali pakai. Biasanya mitos terus diberikan secara turun menurun sebagai bentuk kekhawatiran dalam merawat anak. Meskipun niatnya baik, Moms harus bisa dapat mengenali mitos sehingga tidak serta merta mengikuti saran-saran tersebut.
Mau tahu apa saja mitos yang beredar mengenai popok sekali pakai? Yuk Moms simak daftar berikut ini!
1. Popok sekali pakai sebabkan kaki O
Salah satu mitos yang paling populer tentang popok sekali pakai adalah bisa menyebabkan kelainan kaki, yaitu kaki bayi bengkok menyerupai huruf O. Padahal, kelainan kaki yang disebut juga dengan bow leg itu termasuk normal hingga usia kurang lebih 18 bulan. Bow leg adalah suatu bentuk fisik dengan gambaran tulang paha melengkung seperti bentuk O, atau mirip seperti kaki katak.
Namun, jangan khawatir karena bow leg atau kaki seperti katak bisa dikatakan normal karena Si Kecil yang menyesuaikan diri dengan area rahim yang sempit ketika masih di kandungan. Namun, setelah bayi mulai berjalan atau sekitar dua tahun, kakinya akan secara otomatis lurus dan mulai hilang sama sekali pada usia empat hingga enam tahun. Belum ada penelitian ilmiah yang menyebutkan, penggunaan popok sekali pakai menyebabkan kelainan pada kaki bayi.
Meski begitu, orang tua mesti waspada jika kaki bayi bengkok pada satu sisi, bengkoknya makin jelas dan progresif, terasa sakit pada kaki, ada perbedaan dengan tungkai bawah lain, atau adanya riwayat keluarga yang bowleg agar segera konsultasi pada dokter.
2. Popok sekali pakai sebabkan ruam
Mitos lain yang berkembang adalah memakai popok sekali pakai dapat membuat ruam popok pada kulit bayi. Padahal, ruam popok adalah sejumlah kondisi peradangan pada kulit yang terjadi di sekitar popok. Banyak faktor yang menyebabkan ruam popok, yang paling sering adalah seringnya kontak dengan kotoran lunak dan pipis dalam jangka waktu lama. Bayi yang baru berusia dua minggu sampai satu bulan, biasanya sering buang air besar walau dalam jumlahnya tidak banyak. Terutama bayi yang meminum air susu ibu (ASI). Bentuk kotoran lunak biasanya bertekstur padat dan kecil-kecil seperti biji cabai yang dalam satu hari bisa dikeluarkan sebanyak 10 kali.
Proses kontak antara kulit yang lembap dan kotoran lunak dan pipis inilah yang membuat risiko ruam kulit meningkat. Oleh karena itu, disarankan untuk mengganti popok setiap 3-4 jam sekali dan memilih popok sekali pakai dengan daya serapnya tinggi.
Untuk memudahkan Moms dan Dads, gunakan popok Merries tipe perekat saat Si Kecil masih dalam usia new born atau tipe celana untuk menopang aktivitas Si Kecil. Popok Merries memiliki alarm penanda pipis. Jadi ketika popoknya sudah terisi cairan, akan terlihat perubahan warna pada strip yang ada di popok, garis yang semula berwarna kuning akan berubah menjadi biru saat cairan penuh. Dengan begitu, Moms bisa lebih mudah dan menghemat waktu ketika mengecek popok Si Kecil. Moms juga tidak perlu selalu meraba popok untuk memastikan apakah popok sudah penuh apa belum, karena hal itu juga berpotensi memindahkan bakteri yang ada di tangan Moms ke popok Si Kecil. Fitur ini juga membantu ketika Moms sedang memeriksa popok saat Si Kecil tertidur, sehingga risiko membangunkan Si Kecil juga semakin terhindar.
Selain kontak kulit dengan kotoran lunak dan pipis, ruam popok juga dapat terjadi karena makanan tambahan yang dikonsumsi Moms, pemakaian popok yang terlalu ketat, atau pemakaian zat tertentu seperti tisu basah sebelum menggunakan popok. Adapun yang paling krusial tentu saja mengurangi kelembapan kulit daerah inguinal yang pada akhirnya menghilangkan risiko iritasi kulit.
Bila Si Kecil nyaman dengan popoknya, berbagai aktivitas Si Kecil pun bisa semakin nyaman dilalui, dari saat ia terjaga/bermain hingga tidur. Di awal kehidupannya, bayi baru lahir memiliki waktu tidur yang panjang. Tidur pada bayi berdampak pada perkembangan perilaku dan mentalnya di kemudian hari.
Agar tidurnya maksimal, Moms tentu harus memilihkan popok terbaik dan tidak mudah bocor. Popok Merries dilengkapi dengan 3 lapisan penyerap cairan. Lapisan pertama atau permukaan popok yang menyentuh kulit Si Kecil. Lapisan ini memiliki permukaan yang bergelombang, sehingga udara bebas mengalir di celah-celahnya untuk membantu popok kering lebih cepat. Lapisan kedua atau tengah, juga dapat dilalui udara sehingga sirkulasi udara di dalam popok baik, mencegah Si Kecil merasa pengap dan membantu daya serap popok. Terakhir adalah lapisan terluar popok yang dapat mengeluarkan uap lembap dari dalam popok. Tidak perlu khawatir karena lapisan ini bisa menyaring uap dan cairan, sehingga cairan dari luar tidak akan masuk ke dalam popok.
Teknologi yang digunakan mampu membuat penyerapannya berjalan sangat cepat dan langsung menguncinya di lapisan popok paling bawah. Sehingga kulit Si kecil akan tetap terjaga kelembapannya. Karena bagian dalam Popok Merries akan selalu kering.
Tidak cuma itu, Popok Merries memiliki terowongan udara di bagian dalam popok untuk menjaga popok tetap kering. Terowongan udara mampu menjaga sirkulasi udara tetap lancar, sehingga potensi Si Kecil mengalami iritasi ataupun ruam popok karena kulitnya lembap, bisa terhindar.
3. Popok dibakar sebabkan pantat bayi melepuh
Masalah lain dari popok sekali pakai adalah masalah lingkungan, karena terutama di Indonesia tidak banyak dropping box untuk limbah popok. Tidak heran, banyak pula orang tua yang memilih membakar popok yang dipakai Si Kecil.
Pembakaran popok sekali pakai ini pun memiliki mitos yang mengikutinya, yaitu akan menyebabkan pantat bayi melepuh. Padahal dua hal tersebut sangat tidak terkait. Pasalnya, pembakaran limbah popok harus dengan suhu tinggi. Kondisi ruangan juga mesti tertutup sehingga tidak menimbulkan dioksin (zat berbahaya) yang berdampak pada manusia. Pembakaran dengan tekanan suhu tinggi tersebut juga bisa diterapkan pada bahan bakar industri.
Di Indonesia, daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah menggiatkan agar masyarakat tidak membakar sendiri sampah popok atau malah membuang ke sungai dan mencoba mengakomodasi dengan relawan dan pengelolaan sampah di kawasan masing-masing.
Demi menjaga lingkungan, Moms juga bisa memilih popok Merries yang didesain untuk dapat dibuang dengan mudah, baik untuk tipe perekat dan celana dari popok Merries memiliki roll tape. Roll tape ini bisa Moms gunakan untuk menggulung popok bekas pakai menjadi lebih kecil. Pertama-tama, buanglah kotoran dari popok ke toilet, kemudian buanglah popok bekas dengan menggulung sekecil mungkin menggunakan tape plastik di belakang popok untuk mengikatnya.
Kalau Moms percaya mitos tidak? Pada setiap tahap perkembangan Si Kecil, saat ragu langsung tanyakan pada dokter dibandingkan dihantui mitos yang asal-usulnya tidak perlu loh!