Artikel ini berisi tentang :
- Sepintas Tentang Hidrosefalus
- Penyebab Si Kecil Mengalami Hidrosefalus
- Cara Mengobati Hidrosefalus
- Trik Mencegah Hidrosefalus
Melahirkan anak selamat dan sehat, merupakan impian semua orang tua. Tapi sayang, ada beberapa kondisi yang membuat mereka harus melahirkan anak dengan kelainan tertentu, misalnya hidrosefalus yang ditandai dengan bentuk kepala yang lebih besar ketimbang anak lainnya.
Sepintas Tentang Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal yang terdapat pada rongga otak atau ventrikel, hingga menyebabkan otak membengkak. Dalam kondisi normal, cairan serebrospinal ini seharusnya mengalir melewati otak dan sumsum tulang belakang, kemudian diserap pembuluh darah.
Cairan serebrospinal dalam otak ini bisa meningkat dan menyebabkan bentuk kepala semakin membesar. Kondisi ini umumnya disebabkan karena:
- Pembuluh darah tidak mampu menyerap cairan serebrospinal.
- Terjadi sumbatan di otak atau sumsum tulang belakang.
- Otak memproduksi terlalu banyak cairan serebrospinal, sehingga cairan tersebut tidak dapat diserap pembuluh darah secara sempurna.
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus hidrosefalus di Indonesia terbilang tinggi, jumlahnya mencapai 18 ribu anak di tahun 2013. Hampir semua penderita hidrosefalus masuk dalam kategori hidrosefalus kongenital, atau hidrosefalus bawaan.
Penyebab Si Kecil Mengalami Hidrosefalus
Hidrosefalus bisa menimpa siapa saja, dan kebanyakan memang menyerang anak-anak. Dalam kebanyakan kasus, hidrosefalus bisa merupakan cacat bawaan (hidrosefalus kongenital) yang disebabkan karena banyak faktor, diantaranya:
- Faktor pertumbuhan genetik yang abnormal
- Cacat lahir karena tulang belakang yang tidak tertutup
- Infeksi yang terjadi selama masa kehamilan, misalnya serangan rubella, infeksi toksoplasmosis dan lainnya.
- Si Kecil terserang meningitis atau radang selaput otak. Hal itu disebabkan karena selaput otak yang bermasalah bisa menyebabkan penumpukan cairan berlebihan di sekitar kepala.
- Penyempitan pembuluh darah di otak.
Selain cacat bawaan, Si Kecil pun bisa terserang hidrosefalus akibat dari benturan keras yang terjadi pada kepala, misalnya karena terjatuh atau tertimpa benda tumpul, yang mengganggu sistem saraf dan menyebabkan gangguan di pembuluh darah otak.
Beberapa pakar meyakini jika aborsi yang gagal, terutama aborsi yang dilakukan dengan cara diurut, bisa meningkatkan resiko hidrosefalus.
Cara Mengobati Hidrosefalus
Dilansir dalam kompas.com, anak yang terkena hidrosefalus bisa diobati, dan berpeluang untuk tumbuh normal. Mengingat metode pengobatan yang digunakan lewat jalur operasi, pengobatan hidrosefalus sebaiknya dilakukan setelah Si Kecil berusia 4 bulan.
Cara pengobatannya, dokter akan menempatkan shunt atau tabung fleksibel ke dalam sistem ventrikel otak untuk mengalihkan aliran cairan serebrospinal (CSF) ke daerah tubuh lainnya. Biasanya, dokter akan mengalirkannya ke bagian rongga perut, atau area lainnya.
Selain pemasangan shunt, metode pengobatan hidrosefalus pun bisa dilakukan dengan operasi ETV atau endoscopic third ventriculostomy. Caranya, dokter akan membuat lubang kecil di bagian dalam otak, yang memungkinkan cairan di otak bisa mengalir bebas.
Dalam beberapa kasus darurat, dokter pun biasanya akan memberikan obat-obatan khusus, dan terkadang akan menjalankan prosedur pengeringan cairan otak sebelum shunt bisa dipasang.
Jika Si Kecil mengalami gangguan perkembangan yang disebabkan oleh kerusakan pada otak (akibat hidrosefalus yang sudah parah), terapi untuk mengatasi kelambatan tumbuh kembang bisa dilakukan, misalnya dengan terapi wicara atau terapi fisik untuk mengatasi gangguan kemampuan motorik.
Pasca operasi, Moms wajib memantau kondisi Si Kecil dengan melakukan kontrol secara berkala untuk mencegah penumpukan kembali cairan serebrospinal di otak.
Trik Mencegah Hidrosefalus
Untuk mencegah terjadinya hidrosefalus, Moms wajib melakukan pemeriksaan rutin sebelum dan selama kehamilan. Salah satu pemeriksaan yang disarankan adalah Tes TORCH atau Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes simplex.
Selain itu, penuhi kebutuhan nutrisi selama masa kehamilan. Setelah Si Kecil lahir, lindungi kepala Si Kecil dari berbagai resiko benturan yang mungkin terjadi. Misalnya, Moms bisa menidurkan Si Kecil dalam ranjang khusus bayi yang memiliki pembatas samping.
Selain itu, perhatikan tempat bermain Si Kecil, jangan sampai tempat tersebut licin dan berisiko menyebabkan Si Kecil terjatuh. Langkah sederhana dengan menurunkan risiko terjadinya benturan, sangat efektif untuk menurunkan risiko hidrosefalus.
Jika ada gejala hidrosefalus, seperti bentuk kepala yang terlihat lebih besar, terdapat benjolan lunak atau fontanel di kepala, mata melengkung ke bawah, terlalu banyak tidur dan gangguan lainnya, segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.