Artikel ini berisi tentang:
- Kenapa Bisa Kebobolan?
- Bagaimana Dengan Kontrasepsi Alami?
- Hati-Hati Dengan Mitos Agar Tidak Hamil!
- Apa Yang Harus Dilakukan?
Jarak kehamilan yang terlalu dekat (terkadang hanya terpaut beberapa Minggu setelah melahirkan) atau kehamilan tidak direncanakan, tidak hanya menimbulkan lelah fisik dan risiko kesehatan, tapi istilah yang dikenal dengan sebutan kebobolan ini pun bisa membuat Mom lelah secara psikis.
Kenapa Bisa Kebobolan?
Kebobolan merupakan hal yang biasa terjadi. Di Indonesia sendiri, tingkat kebobolan ini cukup tinggi. Penyebab utamanya berkaitan dengan kesadaran masyarakat dalam menggunakan KB yang masih rendah atau kegagalan saat menggunakan KB.
Faktanya, memang tidak ada KB yang 100 persen bisa mencegah kebobolan. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), tingkat kegagalan KB ditentukan oleh jenis KB itu sendiri. Misalnya, pada penggunaan KB suntik, tingkat kegagalannya mencapai 6/100.
Artinya, ada 6 kasus kehamilan dari 100 wanita yang menggunakan KB suntik, sementara tingkat kegagalan IUD mencapai 0,8 per 100. Yang mengejutkan, tubektomi dan vasektomi pun bisa gagal lho, meskipun tingkat kegagalannya masih tergolong sangat kecil!
Selain itu, kebobolan pun bisa terjadi karena kelalaian Mom dalam pengguna kontrasepsi. Misalnya, lupa mengonsumsi Pil KB, terlalu cepat melepaskan kondom, kontrol spiral yang terlambat dan lainnya. (oleh dr. Boy Abidin, Sp.OG, dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta)
Bagaimana Dengan Kontrasepsi Alami?
Ada beberapa kontrasepsi alami yang biasa digunakan untuk mengontrol kehamilan, seperti penggunaan sistem kalender, senggama terputus atau coitus interuptus, atau pembilasan vagina. Meskipun cukup efektif, tapi lagi-lagi kontrasepsi alami ini pun masih berisiko gagal.
Misalnya untuk senggama terputus. Cara ini memang efektif mencegah sperma masuk ke dalam rahim. Tapi dari sekian banyak sel sperma tersebut, bisa jadi ada beberapa yang menyelinap hingga terjadi pembuahan. (oleh dr Tri Yuniarti, SpOG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RS Yadika)
Begitu pun dengan sistem kalender yang bisa bermasalah jika Mom memiliki siklus haid yang tidak teratur, atau pembilasan vagina yang tergolong sangat berisiko karena menggunakan bahan tertentu yang belum tentu aman bagi organ reproduksi Mom.
Selain itu, teknik pembilasan vagina pun dinilai tidak efektif mematikan sel sperma, apalagi yang sudah terlanjut masuk ke dalam rahim. Lagian, gerakkan sperma itu sangat gesit sehingga sulit atau bahkan tidak mungkin terkejar dengan teknik ini.
Hati-Hati Dengan Mitos Agar Tidak Hamil!
Selain dengan menggunakan kontrasepsi, ada banyak mitos yang menyebut kehamilan bisa dicegah dengan cara melompat-lompat setelah berhubungan intim, dan teknik lainnya.
Faktanya, semua itu hanya hanya mitos belaka. Seperti disebutkan diatas, sel sperma yang sudah terlanjut masuk ke dalam rahim sangat sulit untuk keluar kembali, apalagi jika sperma tersebut tergolong sehat. (oleh dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS, dari RSIA Hermina, Jatinegara, Jakarta)
Selanjutnya, ada juga yang percaya jika berhubungan intim dengan posisi tertentu, seperti woman on top, atau sambil berdiri, akan mencegah pertemuan antara sperma dan sel telur, atau berhubungan seksual dalam air, dimana bakteri dalam air bisa membuat sel sperma mati.
Faktanya, tidak ada trik atau kontrasepsi yang benar-benar aman mencegah kehamilan, termasuk posisi saat berhubungan intim. Sementara untuk berhubungan seksual di dalam air, jelas ini mitos keliru karena sperma yang dikeluarkan dalam vagina akan terlindung dari klorin hingga pembuahan pun bisa terjadi.
Apa Yang Harus Dilakukan?
Dalam kondisi ini, Mom hanya bisa melakukan pencegahan semaksimal mungkin dengan menggunakan kontrasepsi, baik yang bersifat hormonal atau alami. Selain itu, Mom bisa bisa mencoba kontrasepsi alami dengan cara memberikan ASI. (oleh Dr Vanessa Cullins, dari Planned Parenthood Federation of America)
Pasalnya, pemberian ASI sudah terbukti ampuh menunda kehamilan. Trik lainnya, Mom bisa menggunakan kondom, jangan lupa jadwal konsumsi Pil KB, dan jenis KB lainnya.
Jika Mom masih kebobolan, sebaiknya jangan stres. Justru sebaliknya, Mom harus tetap tenang dan rencanakan langkah selanjutnya bersama pasangan. Jangan lupa, Mom pun wajib meminta dukungan keluarga dan tetap berpikiran positif. (oleh Lara Honos-Webb, Ph.D., psikolog dari California)
Selain itu, Mom pun wajib untuk segera memeriksakan diri ke dokter dan segera rancang program kehamilan sehat, terlebih jika usia Mom masih berada dibawah 20 tahun, diatas 35 tahun atau masuk dalam kategori kelompok kehamilan berisiko. (oleh dr. Rino Andriya, SpOG, CHT, MNLP)
Dengan persiapan yang matang, baik dari segi fisik dan psikis, dijamin peristiwa kebobolan ini tidak akan jadi masalah buat Mom.