Lingkar kepala bayi (Head Circumferesial/ HC) yang masih dalam kandungan ternyata tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai patokan untuk mengetahui usia kehamilan khususnya usia kehamilan di trimester kedua dan trimester ketiga. Lingkar kepala bayi juga bisa menjadi pendeteksi kelainan otak bawaan pada bayi. Moms yang saat ini sedang hamil dapat melakukan pemeriksaan ukuran lingkar kepala janin yang ada di dalam kandungan Anda mulai usia kandungan sudah memasuki minggu ke-12. Berikut adalah kriteria ukuran lingkar kepala janin yang ideal berdasarkan usianya.
- Saat janin berusia 13 minggu, normalnya ukuran lingkar kepalanya sekitar 84 mm.
- Ketika janin berusia antara 20 hingga 22 minggu, lingkar kepala janin seharusnya sekitar di angka 175 hingga 198 mm.
- Saat usia kehamilan sudah memasuki masa trimester ketiga, ukuran lingkar kepala janin normalnya sekitar 280 hingga 296 mm.
Jika dokter menjumpai ukuran lingkar kepala janin tidak normal melalui pemeriksaan USG, bisa jadi janin mengalami kelainan otak bawaan. Terdapat dua jenis kriteria ukuran lingkar kepala janin dikatakan tidak normal, yaitu:
- Ukuran lingkar kepala janin terlalu besar mengindikasikan bahwa kemungkinan besar janin menderita hydroseflus alias kepala janin dipenuhi dengan cairan otak yang terlalu berlebihan.
- Ukuran lingkar kepala janin yang terlalu kecil kemungkinan besar janin menderita mikrosefalus di mana janin mengalami kegagalan pertumbuhan otak.
Pemeriksaan secara dini sangat membantu anda untuk mengurangi dampak yang jauh lebih buruk lagi pada bayi anda. Jika janin positif mengidap kelainan otak bawaan, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah eugenic abortion ( pengguguran janin). Namun jika kelainan otak bawaan pada bayi baru dideteksi ketika usia kandungan sudah memasuki masa trimester ketiga, terpaksa bayi harus dilahirkan. Bayi yang menderita mikrosefalus umumnya tidak akan bertahan hidup lama. Jikalaupun bayi hidup hingga usia anak-anak, penderita biasanya akan mengalami keterbelakangan mental, sering kejang, dan adanya gangguan kordinasi otot. Sementara itu, bayi yang menderita hydroseflus akan mengalami kelainan fisik, gangguan saraf, dan kelainan pada intelektualnya.