Artikel ini berisi tentang :
- Warna Urine Yang Normal
- Apa itu hematuria?
- Cara Mengenali dan Mengatasi Hematuria
- Perawatan Hematuria di Rumah
Biasanya Si Kecil akan buang air kecil setiap 1-3 jam sekali, dan dalam sehari frekuensinya bisa mencapai 4-6 kali. Selain frekuensinya, Moms harus memperhatikan bagaimana warna urine Si Kecil, dan bagaimana reaksi Si Kecil saat buang air kecil, apakah kesakitan atau normal saja.
Warna Urine Yang Normal
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), normalnya warna urine Si Kecil adalah kuning muda atau kuning agak gelap. Tingkat kecerahan atau kegelapan dari urine tersebut tergantung kepada kondisi banyak hal, dari mulai kondisi kesehatan Si Kecil, dan konsumsi makanan tertentu.
Selain itu, jumlah konsumsi air putih pun cukup menentukan terhadap warna urine. Si Kecil yang jarang minum air putih, akan membuat warna urine yang dikeluarkan jadi lebih keruh. Sebaliknya, jika banyak minum air putih, warnanya jadi cerah, bahkan hampir bening.
Jangan khawatir Moms, semua itu normal. Justru warna urine tersebut bisa dijadikan indikasi apakah Si Kecil sudah cukup air putih atau tidak. Jika tidak, segera konsumsi air putih dalam jumlah cukup.
Yang berbahaya, saat urine berwarna merah seperti darah, apalagi jika gejala ini diiringi dengan gejala lainnya, seperti alat vital yang terasa perih atau sakit saat buang air kecil, dan terasa panas. Bisa jadi ini merupakan gejala dari hematuria.
Apa itu hematuria?
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hematuria merupakan kondisi saat urine Si Kecil tidak berwarna normal, melainkan berwarna merah muda atau bahkan merah pekat. Selain itu, terlihat ada semburat darah di urine Si Kecil.
Hematuria sendiri merupakan hal yang umum terjadi, dan biasanya menyerang anak-anak dan kaum wanita, meskipun begitu penyakit ini pun bisa menyerang orang dewasa.
Hematuria sendiri terdiri dari 2 jenis, ada gross hematuria, yang merupakan kondisi urine yang terlihat bercampur dengan darah dengan mata telanjang, ada pula hematuria mikroskopik, yang merupakan kondisi urine berdarah, tapi darah tersebut hanya bisa dilihat lewat mikroskop.
Untuk hematuria mikroskopik Moms tidak perlu khawatir karena tidak terlalu berbahaya. Penanganannya cukup dilakukan dengan konsumsi air dalam jumlah yang cukup, konsumsi buah-buahan, batasi konsumsi garam, dan istirahat yang cukup.
Sedangkan untuk gross hematuria, sebaiknya Moms segera membawa Si Kecil ke dokter. Penanganan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan.
Cara Mengenali dan Mengatasi Hematuria
Untuk menentukan hematuria, biasanya dokter akan menanyakan sejarah medis dan riwayat kesehatan keluarga. Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, dari mulai tes urine untuk memeriksa kemungkinan adanya infeksi saluran kemih atau mineral yang menyebabkan batu ginjal
Dalam tahapan lainnya, dokter akan melakukan phase–contrast microscopy untuk membantu mencari sumber perdarahan, dan melakukan pemeriksaan pencitraan dengan berbagai tes seperti CT Scan, X-ray, MRI dan stetoskop untuk memeriksa adanya tanda-tanda penyakit pada kandung kemih dan uretra
Setelah hasil pemeriksaan muncul dan dokter sudah menemukan penyebabnya, perawatan selanjutnya akan dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi saluran kemih.
Jika ditemukan ada batu kandung kemih atau batu ginjal, biasanya dokter akan merekomendasi pengobatan dengan menjalani terapi gelombang shock. Trik pengobatan ini merupakan cara yang paling umum dan cukup efektif untuk mengangkat batu ginjal.
Perawatan Hematuria di Rumah
Setelah menjalani serangkaian terapi, dan hematuria Si Kecil sudah dinyatakan sembuh, selanjutnya Moms akan diberi arahan untuk melakukan perawatan di rumah dengan cara, konsumsi air mineral dalam jumlah yang cukup. Pengobatan ini berlaku untuk vonis hematuria ringan.
Selain itu, ada beberapa hal lainnya yang disarankan untuk memaksimalkan perawatan pasca dilakukan pengobatan hematuria, diantaranya:
- Membatasi asupan garam, protein, dan makanan yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti teh hitam, minuman bersoda dan lainnya.
- Rutin membersihkan area kewanitaan Si Kecil. Jika Moms masih memberikan bedak tabur di area kewanitaan Si Kecil, sebaiknya dihentikan saja.
- Hindari paparan zat kimia, baik dari makanan atau benda lainnya. Misalnya makanan dengan pengawet buatan, makanan yang terpapar pestisida dan lainnya.
Menjalankan gaya hidup sehat, dan rutin lakukan pemeriksaan Si Kecil ke dokter. Kontrol lanjutan biasanya ditentukan dokter, sesuai dengan kebutuhan.