Artikel ini berisi tentang :
- Apa itu disgrafia?
- Apakah disgrafia berbahaya?
- Bagaimana gejala dari disgrafia?
- Bagaimana cara mengatasi gangguan ini?
Meskipun sudah diajari dengan baik dan tidak ada masalah dengan intelegensinya, tapi tetap saja saat Si Kecil diminta untuk menggambarkan ekspresi dan perasaannya dalam bentuk tulisan, dia seolah buntu dan tidak punya inspirasi apapun. Hati-hati Moms, mungkin Si Kecil mengidap disgrafia.
Apa itu disgrafia?
Disgrafia merupakan salah satu gangguan belajar yang mirip dengan disleksia. Bedanya, jika disleksia menyebabkan Si Kecil sulit membaca, maka dalam disgrafia Si Kecil akan kesulitan dalam menulis. (oleh dr. Amanda Soebadi, SpA(K), dokter spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM)
Menurut dr. Amanda, Si Kecil yang mengalami disgrafia akan sangat kesulitan dalam membuat tulisan tangan. Selain itu, mereka pun akan sulit mengeja, dan mengorganisasikan pikiran.
Dalam kondisi yang sangat parah, disgrafia akan menyebabkan Si Kecil sangat kesulitan dalam memegang alat tulis seperti pensil dan buku. Walaupun dipaksakan menulis, hasilnya akan sangat berantakan (meskipun saat diminta untuk menuliskan beberapa huruf).
Apakah disgrafia berbahaya?
Perlu Moms ketahui, disgrafia merupakan bagian dari gangguan belajar yang berasal dari otak, bukan karena si Kecil malas belajar. Bahkan menurut dr. Amanda, beberapa anak dengan disgrafia justru memiliki kemampuan intelegensi yang sangat baik, yang dapat dilihat dari skor tes IQ-nya yang cukup tinggi.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sekitar 5-10 % anak di dunia mengalami gangguan belajar, dan salah satunya disgrafia.
Apakah berbahaya? Tentu saja gangguan ini sangat berbahaya Moms, karena terkait langsung dengan kemampuan menulisnya. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan terhadap mengeja, komunikasi, hingga menyebabkan prestasi belajarnya di sekolah menurun.
Bagaimana gejala dari disgrafia?
Salah satu ciri yang paling mudah dikenali dari penderita disgrafia adalah, Si Kecil sangat sulit memegang pensil dengan baik, dan sangat kesulitan saat menuliskan huruf, meskipun sudah dibantu dengan contoh dan huruf dengan garis terputus.
Dalam beberapa kesempatan, Si Kecil terlihat enggan untuk menulis dan menggambar. Bahkan Si Kecil menyatakan langsung jika dia sangat benci menulis dan menggambar.
Selain tanda tersebut, dilansir dalam Understood.org, ada beberapa gejala umum yang menjadi ciri khas dari penderita disgrafia, diantaranya.
- Gangguan motorik, yang meliputi kesulitan memegang pensil dengan benar, sulit memotong kertas dengan gunting, sulit mengikat tali sepatu.
- Si Kecil tidak bisa mewarnai di dalam garis dengan rapi, dan terlihat sering memegang pergelangan tangannya saat menulis.
- Si Kecil menempatkan kertas dengan posisi yang cukup aneh, seperti miring, posisi kertas terbalik, atau gagap saat berhadapan dengan kertas.
- Sulit mengenali tulisan, seperti membedakan huruf besar dan kecil, sulit membedakan tanda baca dan huruf, serta Si Kecil sangat kesulitan saat menjiplak atau menulis ulang huruf.
Bagaimana cara mengatasi gangguan ini?
Untuk mengatasi masalah disgrafia, hal pertama yang harus Moms lakukan adalah, tingkatkan kepercayaan dirinya dan yakinkan dia mampu menangani kesulitannya. Selanjutnya, ada beberapa hal yang bisa Moms lakukan, diantaranya :
- Cobalah untuk mengenalkan tulisan lewat media komputer. Setelah itu, ajak Si Kecil untuk belajar mengeja dan menuliskan ejaannya di layar komputer.
- Setelah berhasil mengenali huruf dengan baik, Moms bisa mengajarkan Si Kecil menulis dengan cara, meminta Si Kecil untuk menyambungkan huruf yang dicetak dengan garis terputus.
- Selanjutnya, Moms bisa mulai mengajarkan Si Kecil menulis lewat buku bergaris. Mulailah dengan menuliskan garis vertikal menyerupai huruf “l” (huruf L kecil) atau “I” (i kapital).
- Setelah berhasil membuat garis vertikal, Moms bisa melanjutkan proses belajar dengan meminta Si Kecil untuk menuliskan huruf “O” (bulat sempurna).
- Setelah berhasil dengan huruf “I” dan “O”, Moms bisa mulai meminta Si Kecil untuk menuliskan huruf lainnya, dimulai dari A-Z.
Perlu dicatat, sebelum menginjak kepada point 2 (menuliskan huruf dari garis terputus), Moms harus meminta Si Kecil untuk belajar memegang pensil dengan baik. Pastikan posisi kertasnya pun tegak lurus, tidak miring atau terbalik.
Solusi di atas bisa mulai diterapkan untuk anak 3-5 tahun. Yang paling penting, pastikan Moms benar-benar sabar saat mengajarkan Si Kecil. Beri apresiasi ketika dia berhasil menyelesaikan satu tugas, agar Si Kecil makin termotivasi untuk menyelesaikan tugas lainnya.