Artikel ini berisi tentang :
- Si Kecil Tumbuh Jadi Anak Nakal
- Bukti Keluarga Kurang Harmonis
- Apakah Peran Ayah yang Sibuk Bisa Digantikan oleh Ibu?
- Solusi Agar Bisa Membagi Waktu Dengan Keluarga
Untuk mendapatkan penghasilan lebih, atau demi mengejar target perusahaan, banyak orang yang rela kerja hingga melebihi batas jam kerja standar, atau yang dikenal dengan istilah kerja lembur. Tapi hati-hati Dads, ternyata terlalu sering kerja lembur bisa berdampak pada Si Kecil lho!
Si Kecil Tumbuh Jadi Anak Nakal
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family, menyebut jika Dads yang bekerja lebih dari 55 jam per minggu, cenderung memiliki anak laki-laki yang bandel, tidak mau menuruti perintah orang tua, dan cenderung bersikap usil pada teman-temannya.
Kenapa bisa seperti itu? Ternyata peran seorang ayah dalam membentuk karakter anak sangat dibutuhkan di sini. Sosok ayah yang terkenal tegas dan jarang memberikan kompromi untuk setiap pelanggaran, akan membuat Si Kecil tumbuh jadi anak yang disiplin.
Selain karena faktor gaya pola asuh, ternyata tingkah nakal yang ditunjukan Si Kecil berkaitan langsung dengan upaya mereka dalam menuntut perhatian. (oleh Dr Sarah Johnson, peneliti senior dari Telethon Institute for Child Health Research di Perth)
Sarah menjelaskan, saat Si Kecil bertingkah nakal, umumnya orang tua akan langsung bereaksi. Nah reaksi cepat inilah yang kemudian digunakan Si Kecil untuk bisa langsung berinteraksi dengan Dads, meskipun interaksi ini cenderung memojokkannya.
Lalu bagaimana efek ayah yang lembur pada anak perempuannya? Dalam penelitian tersebut tidak didapati kaitan antara ayah yang bekerja dengan jam kerja yang panjang dengan perilaku anak perempuan mereka, tapi Dr Sarah Johnson tidak mengatakan hal itu tidak mungkin. Dampak pada anak perempuan mungkin saja terjadi di kemudian hari, atau dengan cara yang berbeda.
Bukti Keluarga Kurang Harmonis
Selain membuat Si Kecil jadi anak nakal, ternyata terlalu sering kerja lembur pun akan membuat hubungan Dads dan Si Kecil tidak berjalan harmonis. (oleh Dr Jennifer St George, peneliti dan pakar perkembangan anak dari University of Newcastle)
Dalam keterangannya, Jennifer menyebut ada rumus sederhana yang akan dialami Si Kecil saat dia tidak mendapatkan kasih sayang yang seharusnya dia dapatkan, yakni semakin renggang hubungan Si Kecil dengan Dads, maka semakin bandel sikap Si Kecil dalam kehidupannya.
Maka dari itu, penting untuk Dads mampu membagi waktu kapan harus bekerja dan kapan harus menyisihkan waktu untuk bermain dengan Si Kecil. Tidak perlu lama kok Dads, hanya cukup luangkan waktu selama 10-20 menit per hari.
Selain itu, Dads pun harus mampu bekerja dengan efektif agar terhindar dari terlalu sering bekerja lembur. Lagian, kebanyakan perusahaan justru kurang suka dengan karyawan yang sering kerja lembur karena ini merupakan bukti jika Dads kurang cakap dalam bekerja.
Apakah Peran Ayah yang Sibuk Bisa Digantikan oleh Ibu?
Peran ayah sesungguhnya tidak beda dengan peran seorang Ibu, yaitu membentuk karakter anaknya. Namun, perbedaan jenis kelamin tentunya yang membedakan sisi-sisi yang dapat diisi dalam pendidikan antara seorang ayah dan seorang ibu.
Ayah yang ikut melibatkan diri secara aktif dalam mendidik anak akan membawa keuntungan positif yang tidak dapat dilakukan orang lain. (oleh Dr. David Popenoe, sosiolog Amerika yang mengkhususkan diri mengkaji peran ayah dalam pendidikan anak (fatherhood))
Menurut sebuah studi yang dilansir dari laman situs kompasiana.com, minimnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan membuat anak mengalami beberapa masalah psikologis. Di antaranya, anak yang rendah harga dirinya, anak laki-laki yang cenderung feminin dan anak perempuan yang cenderung tomboy, anak yang lambat dalam mengambil keputusan, serta anak yang cenderung reaktif dan meningkatnya secara tajam anak-anak yang memiliki karakter yang tidak sesuai dengan gendernya.
Ibarat sebuah pesawat, setiap jiwa anak sesungguhnya memerlukan keberadaan dan peran seorang ayah dan seorang Ibu sekaligus secara berimbang. Sebab secara psikologis dan watak, laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang berbeda. Laki-laki cenderung lebih berani dan menyukai tantangan. Sedang karakteristik wanita akan cenderung lebih berhati-hati dan mencari keamanan. Karenanya dalam pendidikan anak diperlukan kedua keberadaannya demi perkembangan jiwa yang berimbang.
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa peran Dads tidak bisa begitu saja digantikan oleh Moms. Sesibuk apapun, Dads harus berusaha untuk tetap terlibat dalam pengasuhan Si Kecil.
Solusi Agar Bisa Membagi Waktu Dengan Keluarga
Solusi paling sederhana yang bisa Dads lakukan adalah, berusaha untuk tidak menunda pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai deadline agar Dads terhindar dari kewajiban bekerja lembur. (oleh Sadie Conway, PhD., peneliti dari University of Texas Health Center di Houston)
Selain itu, hilangkan pemikiran tentang karyawan teladan adalah, karyawan meluangkan lebih banyak waktunya di kantor. Menurut Sadie, ini jelas menyesatkan karena pada dasarnya, justru sering kerja lembur yang membuktikan jika Dads tidak mampu memanfaatkan waktu dengan efektif.
Di sisi lain, penelitian lainnya yang dilakukan Kansas State University, menyebut jika meluangkan beberapa menit untuk bermain dengan Si Kecil selepas bekerja, mengamati momen-momen penting dalam tahap tumbuh kembang anak, efektif untuk menurunkan resiko stres karena pekerjaan.
Dalam hal ini, ada kebutuhan yang saling berkaitan antara Dads dan Si Kecil, yakni Si Kecil butuh Dads agar tumbuh kembangnya berjalan lebih maksimal, sedangkan Dads butuh Si Kecil untuk melepas penat setelah bekerja seharian.