Artikel ini berisi tentang :
- Kipas Angin Menyebabkan Flek di Paru-paru?
- Kipas Angin Bisa Menyebabkan Bell’s Palsy?
- Kipas Angin Meningkatkan Risiko Hipotermia?
- Kesimpulan Efek Buruk Tidur Dengan Kipas Angin
Banyak orang tua yang membekali kamar Si Kecil dengan kipas angin, baik itu kipas angin baling-baling, kipas angin duduk, atau kipas angin portable. Tujuannya, agar udara di kamar lebih adem, dan tidur Si Kecil pun lebih nyenyak.
Tapi konon katanya, tidur dengan kipas angin menyala bisa memberi dampak buruk bagi kesehatan. Benarkah itu? Kita simak yuk penjelasannya berikut ini.
Kipas Angin Menyebabkan Flek di Paru-paru?
Pendapat tentang tidur dengan kondisi kipas angin menyala bisa menyebabkan flek di paru-paru ini tidak perlu Moms percayai lagi karena sampai saat ini belum ada penelitian medis yang membuktikan bahwa penggunaan kipas angin benar-benar bisa menyebabkan flek di paru-paru dan mitos ini pun sudah dibantah oleh seorang ahli kesehatan anak bernama dr Meta Hanindita, SpA.
Ada mitos yang menyebut, tidur dengan kondisi kipas angin menyala bisa menyebabkan flek di paru-paru, dan berbahaya bagi kesehatan. Beruntung, ternyata semua ini hanya mitos. Kipas angin atau AC tidak mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan anak secara langsung (oleh dr Meta Hanindita, SpA, dokter spesialis anak dari RSUD Dr Soetomo Surabaya)
dr Meta menjelaskan, kipas angin sebenarnya tidak memberi dampak buruk secara langsung. Yang selama ini menimbulkan dampak buruk justru faktor eksternal, misalnya buruknya kondisi udara di lingkungan, kipas angin yang jarang dibersihkan dan lainnya.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini menambahkan, walaupun tidak memiliki pengaruh buruk secara langsung, kipas angin memang bisa menjadi sumber masalah kesehatan pada Si Kecil, terutama Si Kecil yang memiliki alergi, terlebih jika gejala alergi muncul pada sistem pernapasan, seperti rinitis alergi atau asma.
Contohnya, jika Si Kecil memiliki alergi debu, bukan tidak mungkin alergi tersebut akan kambuh karena angin yang ditiupkan kipas angin, akan membawa serta debu yang memicu alergi.
Selain itu, kipas angin yang jarang, atau tidak pernah dibersihkan, juga bisa meningkatkan risiko pneumonia, atau radang paru-paru, dan berbagai penyakit lainnya. Jadi dr Meta mengingatkan, yang berbahaya di sini bukan kipas anginnya, tapi buruknya kondisi udara di dalam ruangan dan kebersihan kipas angin yang tidak dijaga.
Kipas Angin Bisa Menyebabkan Bell’s Palsy?
Moms tahu kan penyakit yang disebut dengan bells palsy? Bell’s palsy merupakan penyakit yang mirip dengan stroke di wajah, yakni menyerang otot wajah dan menyebabkan kekakuan atau kelumpuhan di wajah.
Berbeda dengan stroke yang disebabkan sumbatan pembuluh darah, bell palsy merupakan penyakit yang terjadi akibat serangan virus, seperti herpes simpleks (HSV), varicella-zoster, cytomegalovirus, epstein barr, dan lainnya.
Apa hubungannya dengan kipas angin? Dilansir dalam alodokter.com, bell palsy lebih banyak menyerang orang yang tidur menggunakan kipas angin atau AC. Hal ini disebabkan karena angin yang dihembuskan bisa saja membawa virus yang jadi penyebab penyakit ini.
Dengan kata lain, masalah bells palsy yang umumnya menyerang para pengguna AC dan kipas angin, disebabkan karena faktor kebersihan dari kipas angin atau AC yang digunakan. (oleh Maria Kristina, pakar kesehatan dari Canadian Specialist Hospital)
Kipas Angin Meningkatkan Risiko Hipotermia?
Kabar yang sering beredar adalah, tidur dengan menggunakan kipas angin bisa meningkatkan risiko kematian akibat hipotermia. Banyak kasus orang meninggal dunia dalam keadaan tidur sambil menggunakan kipas angin, dan kebanyakan diduga akibat hipotermia.
Hipotermia sendiri merupakan kondisi gawat darurat ketika tubuh kehilangan suhu idealnya secara drastis, yakni kurang dari 35°C. Kondisi ini menyebabkan terganggunya sistem saraf, jantung dan organ lainnya. Jika tidak ditangani dengan baik, hipotermia bisa menyebabkan kematian.
Meskipun begitu, tidak ada penelitian ilmiah yang mendukung hal ini, dan anggapan tersebut hanya mitos belaka. (oleh Gordon Grant Giesbrecht, profesor termofisiologi dari Laboratory for Exercise and Environmental Medicine di the University of Manitoba, Canada, Amerika)
Menurut Gordon, hipotermia hanya dapat terjadi ketika suhu tubuh Si Kecil turun drastis hingga 10°C dalam semalam. Kondisi ini hanya dapat terjadi akibat akumulasi dari penurunan suhu udara yang ekstrim, penggunaan kipas angin dalam jumlah banyak dan langsung ditujukan pada tubuh.
Kesimpulan Efek Buruk Tidur Dengan Kipas Angin
Dengan melihat pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan jika dampak buruk tidur dengan kipas angin hanya akan terjadi jika, kipas angin langsung ditujukan kepada Si Kecil, disetting dalam kecepatan tinggi, dan kebersihan kipas angin yang buruk.
Maka dari itu, untuk mengatasi hal tersebut sangat disarankan agar Moms rutin membersihkan kipas angin, terutama bagian penampang dan baling-baling kipas.
Selain itu, kipas angin sebaiknya tidak digunakan langsung tertuju kepada Si Kecil, tapi dipantulkan pada tembok, atau area lainnya. Jangan lupa, gunakan kipas angin hanya saat udara sedang sangat panas, dan setting dalam kecepatan putar yang tidak terlalu kencang.
Usahakan sebelum menggunakan kipas angin, ventilasi udara di dalam kamar berjalan lancar, pastikan udara di sekitar bebas dari polusi, dan segera matikan kipas angin saat suhu udara mulai normal (tidak panas). Dengan cara ini, Si Kecil bisa tidur dengan nyaman tanpa khawatir dengan udara panas.