Artikel ini berisi tentang:
- Apa saja faktor penyebab kehamilan ektopik?
- Gejala-gejala yang akan ditimbulkan kehamilan ektopik
- Diagnosis terhadap kehamilan ektopik
- Penanganan yang dilakukan pada kehamilan ektopik
Kehadiran si Kecil di tengah keluarga kecil Moms dan Dads yang baru menikah menjadi anugerah yang tak mungkin dilupakan. Maka, kebahagiaan akan segera menyertai saat Moms dinyatakan hamil. Proses kehamilan diawali dengan pembuahan sel telur yang dilakukan sel sperma.
Sel telur pun akan menetap di tuba falopi selama tiga hari, lalu dilepaskan ke rahim dan berkembang sampai persalinan tiba. Namun, ada kalanya sel telur menempel di organ selain rahim. Dalam kejadian ini, Moms mengalami kehamilan ektopik.
Pada kasus ini, alih-alih menempel di tuba falopi, sel telur malah berkembang di organ lain seperti ovaroium, rongga perut, atau serviks (leher rahim).
Apa saja faktor penyebab kehamilan ektopik?
Kerusakan tuba falopi akibat peradangan merupakan salah satu pemicu kehamilan ektopik. Gangguan ini yang lantas menghalangi sel telur masuk ke rahim dan menempel di tuba falopi atau organ di sekitarnya. Adapun faktor-faktor risiko kehamilan ektopik seperti:
- Alat kontrasepsi yang dipakai. Jenis alat kontrasepsi seperti spiral (intrauterine device atau IUD) digunakan untuk mencegah kehamilan. Namun, kalau Moms tetap hamil mesti memakai IUD, ada kemungkinan kehamilan yang Moms alami bersifat ektopik;
- Kehamilan sebelumnya bersifat ektopik. Peluang kehamilan ektopik kian besar kalau Moms pernah mengalami kasus serupa;
- Menderita inflamasi (peradangan) atau infeksi. Moms yang pernah menderita inflamasi atau peradangan tuba falopi maupun radang panggul yang disebabkan penyakit menular seksual bisa berisiko mengalami kehamilan ektopik;
- Gangguan kesuburan dan pengobatan. Hormon yang kurang stabil hingga pengobatan yang kurang tepat dapat memicu gangguan kehamilan;
- Sterilisasi dan sebaliknya. Pengikatan maupun pembukaan ikatan tuba yang kurang sempurna berisiko mengakibatkan kehamilan ektopik pada Moms.
Gejala-gejala yang akan ditimbulkan kehamilan ektopik
Awalnya, kehamilan ektopik tak memperlihatkan gejala tertentu. Yang Moms rasakan malah seperti tanda kehamilan pada umumnya. Supaya kehamilan ektopik dapat dicegah sejak dini, Moms harus tahu gejala-gejalanya, seperti:
- Nyeri di perut bagian bawah (biasanya hanya di satu sisi);
- Sakit pada tulang panggul;
- Pendarahan ringan pada vagina;
- Lemas dan/atau pusing;
- Sensasi nyeri maupun tekanan pada rektum saat BAB;
- Pendarahan hebat hingga hilangnya kesadaran akibat sobeknya tuba falopi.
Diagnosis terhadap kehamilan ektopik
Sebagai ibu hamil, Moms sudah sepatutnya memeriksakan kondisi kandungan sejak dini untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, termasuk kehamilan ektopik. Dokter biasanya akan mengecek kondisi rongga panggul untuk mengetahui perkembangan janin.
Namun, untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, dokter membutuhkan tes darah maupun USG. USG transvaginal merupakan jenis USG paling akurat bila Moms ingin mengetahui diagnosis kehamilan ektopi. Melalui metode ini, lokasi kehamilan ektopik hingga detak jantung si Kecil akan langsung terdeteksi.
Di awal kehamilan—khususnya 5-6 minggu setelah konsepsi—Moms belum bisa mendeteksi gangguan pada gangguan lewat USG.
Dokter lalu akan melakukan metode alternatif seperti tes darah untuk menilai kemungkinan kehamilan ektopik. Tes ini dilakukan untuk memeriksa keberadaan hCG (human chrionic gonadoptropin), yakni hormon yang diproduksi plasenta di awal kehamilan. Jika kehamilan ektopik terjadi, maka kadar hCG akan lebih rendah daripada kehamilan normal.
Penanganan yang dilakukan pada kehamilan ektopik
Sel telur yang sudah dibuahi kesulitan berkembang secara normal kalau tidak berada dalam rahim. Maka dari itu, jaringan ektopik harus segera diangkat demi mencegah komplikasi fatal. Moms perlu mendatangi rumah sakit begitu didiagnosis kehamilan ektopik untuk mendapatkan penanganan medis.
Jika gangguan ini terdeteksi sejak dini dengan janin yang tumbuh abnormal, tim medis akan memberikan obat bernama metotrexate lewat suntikan. Obat tersebut bakal menghentikan sekaligus menghancurkan sel-sel ektopik yang telah terbentuk.
Kemudian, dokter akan mengawasi kadar hCG Moms setelah penyuntikan selesai. Bila kadar hCG tetap tinggi, hal tersebut berarti Moms membutuhkan suntikan methotrexate lagi. Obat ini juga mempunyai efek samping seperti mual, muntah, hingga sakit perut yang muncul pada 3-7 hari seusai penyuntikan.
Dalam kasus yang lebih parah, operasi lubang kunci atau laparoskopi diambil dokter untuk mengangkat jaringan ektopik yang sudah melingkupi tuba falopi kalau memang memungkinkan.