Artikel ini berisi tentang :
- Susun Aturan Untuk Melindungi
- Aturan Harus Logis dan Mudah Dipahami
- Bersikap Fleksible itu Harus
- Apakah tamu boleh melanggar?
Patuh merupakan salah satu kata yang sulit untuk dimiliki anak-anak. Terkadang, Si Kecil justru sengaja melanggar aturan demi mendapat perhatian, atau seolah ingin melihat hukuman apa yang akan diberikan Dads saat dia melanggar aturan tersebut.
Susun Aturan Untuk Melindungi
Kebanyakan orangtua menerapkan aturan karena orangtua mereka dulu menerapkan aturan tersebut. Dengan kata lain, aturan dalam keluarga hanya berupa serapan dari aturan lama, tanpa mempertimbangkan faktor kebutuhan. (oleh Marvin Berkowitz, Ph.D., penulis Parenting for Good)
Menurut Marvin, peraturan yang dipaksakan dan cenderung hanya mengadopsi pola lama akan sulit ditegakkan. Hal ini karena Dads sendiri tidak memahami maksud dari aturan tersebut. Selain itu, terkadang aturan tersebut sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman.
Untuk itu, sangat disarankan sebelum membuat sebuah aturan, Dads mempertimbangkan dulu beberapa faktor, seperti kondisi rumah, kebutuhan Si Kecil dan lainnya. Setelah itu, buatlah aturan yang terfokus untuk melindungi, bukan hanya untuk mendisiplinkan.
Misalnya aturan menonton TV. Jika fitur filter atau paket family dalam produk televisi berbayar sudah menyajikan konten positif untuk Si Kecil, Dads hanya perlu menyesuaikan kapan Si Kecil boleh menonton TV, kapan harus belajar, kapan harus tidur dan aturan sederhana lainnya.
Sementara jika Dads masih menggunakan TV reguler yang hanya menyertakan fitur Bimbingan Orangtua, maka aturan yang dibuat harus lebih lengkap lagi, termasuk acara dan chanel televisi yang boleh ditonton.
Aturan Harus Logis dan Mudah Dipahami
Tidak mungkin Dads membuat aturan yang sama antara si Sulung dan si Bungsu. Aturan yang dibuat harus logis dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. (oleh Karen Gouze, Ph.D., psikolog anak dan keluarga di Children’s Memorial Hospital di Chicago, Amerika)
Misal, Dads tidak mungkin memberlakukan jam malam pada Si Kecil yang masih Balita, tapi aturan ini harus dijalankan pada si Sulung yang sudah beranjak remaja.
Hal yang sama berlaku untuk kewajiban atau tugas rumah. Si Sulung bisa diberi aturan untuk mencuci piringnya sendiri setelah makan, tapi si Bungsu belum siap dengan aturan ini. Beri penjelasan kenapa mereka tentang perbedaan aturan tersebut.
Dengan cara ini, Si Kecil akan lebih memahami mana kewajiban dan mana hak mereka, dan dengan mudah menjalankannya, tanpa ada perasaan iri atau merasa dianak-tirikan.
Bersikap Fleksible itu Harus
Aturan yang dibuat bisa Dads ubah di saat-saat tertentu. Misalnya, Dads bisa memperpanjang jam belajar si Sulung saat sedang masa-masa ujian dan melonggarkannya saat liburan, atau Si Kecil boleh bermain lebih lama saat teman-temannya berkunjung sebagai penghargaan pada tamu.
Selain itu, Dads pun bisa membebaskan anak-anak untuk melobi aturan yang sudah ditetapkan di waktu-waktu tertentu. Tentu saja mereka harus mampu menunjukkan alasan yang logis. (oleh Virginia Shiller, Ph.D., penulis Rewards for Kids! Ready-to-Use Charts & Activities for Positive Parenting)
Misal, saat ada aturan larangan makan di lantai, si Sulung boleh mengajukan pembatalan sementara aturan tersebut karena teman-temannya sedang berkunjung untuk makan bersama, dan jumlah mereka banyak sehingga tidak memungkinkan untuk makan bersama di meja makan.
Tentu saja di sini si Sulung pun harus memberikan solusi, bukan hanya sekedar melabrak aturan. Misal, mereka berjanji akan mengalasi lantai dengan karpet, atau bekerjasama untuk membereskan kembali bekas makannnya, dan berjanji akan makan secara tertib.
Apakah tamu boleh melanggar?
Tentu setiap keluarga punya aturan sendiri. Saat berada di rumah, aturan keluarga Dads harus dihormati dan dijalankan dengan baik, dan ini berlaku bagi tamu. (oleh Amy Morin, LCSW, psikoterapis dan penulis buku 13 Things Mentally Strong Parents Don't Do)
Misalnya, saat Dads menerapkan aturan tidak boleh berlarian di dalam rumah, maka katakan kepada teman Si Kecil untuk tidak berlarian di rumah karena di sini ada aturan yang melarang hal tersebut. Sebagai solusi, ajak Si Kecil dan teman-temannya untuk bermain di luar rumah.
Sebaliknya, saat Si Kecil akan bertamu ke rumah temannya. Ingatkan dia untuk meminta informasi aturan apa saja yang harus dilakukan di rumah temannya tersebut, kemudian patuhi. Jelaskan jika dimanapun berada, aturan harus ditegakkan sesuai dengan si pembuat aturan.
Dengan cara ini, Si Kecil tidak hanya belajar disiplin, tapi juga sebagai cara untuk melatih mereka patuh dan mengormati aturan yang berlaku. Selamat mencoba Dads!