Artikel ini berisi tentang :
- Sindrom Hiperstimulasi Ovarium (OHSS)
- Kelahiran Kembar Berisiko
- Hamil di Luar Kandungan atau Kehamilan Ektopik
- Cara Menurunkan Resiko dalam Program Bayi Tabung
Beberapa pasangan harus menerima kenyataan pahit sulit mendapat keturunan. Dalam kondisi seperti ini, terkadang prosedur bayi tabung dijadikan pilihan utama untuk segera mendapat keturunan, meskipun untuk mendapatkannya Moms harus mengeluarkan uang yang cukup banyak.
Selain itu, ternyata bayi tabung pun tidak 100% aman. Berikut merupakan beberapa risiko yang wajib Moms ketahui saat memutuskan untuk memilih prosedur bayi tabung.
Sindrom Hiperstimulasi Ovarium (OHSS)
Sindrom hiperstimulasi ovarium merupakan kondisi ketika sel ovarium menghasilkan sel telur lebih banyak dari kadar normalnya. Menurut penelitian, sekitar 2% wanita yang menjalani prosedur bayi tabung, mengalami kondisi ini.
Bahaya utama yang disebabkan oleh Sindrom hiperstimulasi ovarium adalah terjadinya ketidakseimbangan elektrolit akibat kebocoran dan kelebihan cairan, kerusakan serius serta jangka panjang pada ginjal. Karena itulah, kondisi ini tidak boleh diabaikan sebab meningkatkan risiko disfungsi dan kerusakan multi-organ.
Sindrom hiperstimulasi ovarium bisa terjadi karena banyak hal, salah satunya efek samping dari obat penyubur yang diberikan saat menjalani proses bayi tabung. Sindrom ini pun bisa dialami oleh mereka yang terlalu kurus dan mengalami obesitas.
Selain itu, sindrom hiperstimulasi ovarium pun bisa pada wanita yang sejak awal memang memiliki jumlah sel telur yang sangat banyak, sehingga menjadi berlebih saat diberi obat penyubur kandungan.
Ada beberapa gejala yang menunjukkan Moms mengalami kondisi ini, diantaranya perut kembung, sakit perut ringan, mual dan muntah berlebih, hingga diare. Dalam beberapa kasus, sindrom ini pun bisa menyebabkan sesak napas dan peningkatan berat badan yang tidak terkendali.
Untuk memastikannya, sebaiknya Moms segera memeriksakan diri ke dokter saat mengalami beberapa gejala di atas.
Kelahiran Kembar Berisiko
Banyak pasangan yang memutuskan untuk melakukan program bayi tabung sebagai solusi untuk mendapatkan bayi kembar. Padahal, cara pandang seperti ini sebaiknya dihindari karena bisa berisiko bagi Moms dan janin dalam kandungan.
Sekitar 17% kasus kehamilan kembar memang berasal dari program bayi tabung. Tapi perlu dicatat, kondisi ini pun meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berbagai komplikasi lainnya. (oleh dr. Ivan Sini, GDRM, MMIS, FRANZCOG, SpOG, Dokter spesialis kandungan dan kebidanan, sekaligus Sekretaris Jenderal Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia)
- Ivan menjelaskan jika goal utama program bayi bukan untuk mendapatkan anak kembar, tapi untuk menciptakan kehamilan yang sehat, bayi terlahir normal dan ibu selamat.
Selain resiko bayi prematur, kehamilan kembar dari program bayi tabung bisa memicu beberapa masalah lainnya, seperti preeklampsia, keguguran, diabetes gestasional yang bisa berlanjut menjadi diabetes tipe 2, anemia, resiko operasi caesar yang lebih tinggi dan pendarahan pasca persalinan.
Maka dari itu, dr. Ivan menyarankan jika Moms dan pasangan tidak mengalami masalah kesuburan, sebaiknya tidak melakukan program bayi tabung. Jika pada prakteknya ternyata Moms hamil anak kembar, anggap saja itu sebagai bonus, dengan resiko perawatan kehamilan yang harus maksimal.
Hamil di Luar Kandungan atau Kehamilan Ektopik
Kehamilan di luar kandungan atau kehamilan ektopik merupakan salah satu resiko bayi tabung yang harus Moms waspadai. Kondisi ini biasanya terjadi terjadi saat sel telur yang sudah dibuahi menempel di tempat lain selain rahim.
Dalam kebanyakan kasus, kehamilan ektopik terjadi saat sel telur menempel di tuba falopi, rongga perut hingga di leher rahim.
Seberapa umum kehamilan ektopik terjadi? Dilansir dari situs hellosehat, kehamilan ektopik cukup umum terjadi. Rata-rata, dari setiap 100 kehamilan setidaknya ada 2 ibu yang yang mengalami kehamilan ektopik.
Gejala umum kehamilan ektopik adalah sakit perut hebat di salah satu sisi, bercak darah ringan, hingga keputihan yang warnanya cenderung keruh atau gelap. Jika Moms mengalami kondisi ini, segera hubungi dokter solusi lebih lanjut.
Biasanya, Moms yang beresiko mengalami ektopik akan diberi resep khusus obat kesuburan yang tepat. (oleh Prof. dr. Budi Wiweko, SpOG (K), MPH, dokter spesialis kandungan dan kebidanan, sekaligus Presiden PERFITRI-Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia).
Cara Menurunkan Resiko dalam Program Bayi Tabung
Untuk menurunkan risiko yang tidak diinginkan, dokter biasanya akan memantau ketat pemberian obat penyubur kandungan. Inilah salah satu alasan kenapa program bayi tabung cenderung lama dan butuh prosedur yang panjang karena kebutuhan obat kesuburan tiap individu berbeda.
Moms pun disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat (sebelum, selama dan sesudah menjalani program bayi tabung). Menurut Prof. Wiweko, mayoritas pasien yang mengalami masalah kesuburan cenderung mengalami defisiensi vitamin D, protein, antioksidan, dan nutrisi lainnya.
Selain itu, Moms pun disarankan untuk rutin berolahraga, dan selalu memantau kondisi kesehatan janin dalam kandungan. Setidaknya, dalam sebulan sekali Moms harus memeriksakan diri ke dokter, dan jumlah kunjungan ini akan meningkat di trimester akhir masalah kehamilan.
Jika ada kondisi khusus yang mengharuskan Moms melakukan pemeriksaan lebih intens, sebaiknya patuhi anjuran tersebut, dan jangan sampai terlambat. Semoga bermanfaat!