Artikel ini berisi tentang :
- Pentingnya Menerapkan Pola Asuh
- Apa itu pola asuh temporizer?
- Pola Asuh Temporizer Mengajarkan Konsekuensi
- Harus Dengan Izin dan Aturan Khusus
Ada banyak jenis pola asuh yang bisa Moms terapkan pada Si Kecil. Tentu saja setiap pola asuh punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, salah satunya pola asuh temporizer yang memberikan kebebasan kepada Si Kecil dengan izin dan aturan khusus.
Pentingnya Menerapkan Pola Asuh
Membesarkan anak itu harus dengan konsep yang jelas agar kehidupan masa depannya jelas, jangan asal bisa hidup saja! Pernah mendengar pepatah sederhana tersebut? Secara garis besar, pepatah tersebut menggambarkan bagaimana pentingnya pola asuh dalam membesarkan Si Kecil.
Bagaimanapun juga, mengasuh Si Kecil tidak sekadar merawat dan memberi kasih sayang saja, ada banyak hal yang harus diajarkan kepada Si Kecil, termasuk mengajarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat. (oleh Dr. Rose Mini, M.Psi, Psikolog Pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia)
Menurutnya, pada dasarnya perkembangan anak dipengaruhi dua faktor utama, yakni nature atau pemberian dari Tuhan, dan nurture yang merupakan faktor dari lingkungan, termasuk menerapkan pola asuh untuk memberikan kehangatan dan kontrol terhadap Si Kecil.
Dengan pola asuh yang jelas, Moms bisa dengan mudah mengenali bakat Si Kecil, mengembangkan dan memberi stimulasi pada multiple intelligence Si Kecil.
Apa itu pola asuh temporizer?
Secara garis besar, pola asuh temporizer merupakan jenis pola asuh yang tidak konsisten. Terkadang Moms akan memberikan larangan untuk hal yang sebelumnya diperbolehkan. Atau sebaliknya, membolehkan Si Kecil melakukan hal yang sebelumnya dilarang.
Karena ketidak-konsistenan yang diterapkan dalam pola asuh ini, banyak orangtua yang memandang jika pola asuh temporizer merupakan pola asuh yang kurang baik, tidak mengenalkan kedisiplinan, dan terkadang mirip seperti memberikan aturan yang malah membingungkan Si Kecil.
Contohnya, Moms dan Si Kecil sebelumnya telah sepakat wajib menggosok gigi sebelum tidur. Tapi saat Si Kecil tidak melakukannya, Moms malah membiarkannya. Contoh lainnya, satu waktu Moms melarang Si Kecil makan es krim, tapi dalam kesempatan lainnya, Moms malah memberikan es krim kepadanya.
Sepintas, pola asuh ini memang seolah mengajarkan Si Kecil untuk terbiasa melanggar aturan. Padahal, faktanya tidak. Pola asuh ini justru memberi cukup banyak kebebasan kepada Si Kecil. (oleh Dalton Miller-Jones, Ph.D., pakar psikologi perkembangan dari Tuft University Boston, Amerika)
Pola Asuh Temporizer Mengajarkan Konsekuensi
Jika dicermati, pola asuh temporizer memberikan kesempatan kepada Si Kecil untuk menuntaskan rasa penasarannya, dan membiarkan Si Kecil merasakan sendiri konsekuensi saat dia melanggar aturan. Pola asuh ini cocok diterapkan pada Si Kecil yang berusia 2-4 tahun, untuk mengenalkan resiko atas segala perbuatan yang dia pilih.
Misalnya, saat Si Kecil dilarang untuk jajan es krim di pinggir jalan. Dilansir dalam PsychologyToday, secara alamiah anak-anak justru akan merasa makin penasaran untuk melakukan hal-hal yang dilarang. Bukan karena tidak patuh, tapi memang insting mereka sedang berkembang dan ingin tahu banyak hal.
Dengan pola asuh temporizer, Moms bisa memberikan kesempatan kepadanya untuk menuntaskan rasa penasaran tersebut, sekaligus membiarkan Si Kecil menanggung sendiri akibat dari rasa penasarannya.
Contohnya, akibat makan es krim sembarangan dia akan sakit perut. Dari sini, Si Kecil akan sadar jika aturan larangan mengonsumsi es krim di pinggir jalan bukan untuk membelenggunya, tapi untuk melindunginya dari dampak buruk jajan sembarangan.
Harus Dengan Izin dan Aturan Khusus
Sama seperti pola asuh lainnya, sebenarnya pola asuh temporizer pun memiliki aturan main yang harus disepakati. Misalnya, hanya mencoba sekali untuk menuntaskan rasa penasarannya, setelah itu aturan lama kembali diterapkan.
Misalnya, saat Si Kecil ingin es krim. Moms bisa mengatakan, “Boleh makan es krim, tapi untuk sekali ini saja. Setelah itu, kamu tidak boleh makan es krim pinggir jalan lagi”
Dalam pola asuh temporizer, Si Kecil pun harus meminta izin dulu sebelum dia melanggar aturan yang sudah disepakati. Dengan demikian, pola asuh ini secara tidak langsung menanamkan kejujuran, dan kepatuhan secara penuh, bukan patuh karena takut hukuman atau patuh karena ada yang mengawasi.
Selain itu, dengan pola asuh temporizer, Si Kecil akan terhindari dari aksi kucing-kucingan (mereka patuh dan terlihat seperti anak baik saat didepan Moms, dan melakukan hal-hal yang dilarang saat bersama teman atau ketika Moms tidak mengawasinya).
Dengan kata lain, saat Moms menerapkan pola asuh temporizer, Moms seolah ingin berkata kepada Si Kecil, “Kamu boleh nakal, kamu boleh melanggar aturan, tapi semua itu harus dilakukan di waktu-waktu tertentu, didepan Moms dan harus seizin Moms. Jangan sampai kamu pura-pura baik di depan Moms!”
Untuk mencegah kebingungan yang mungkin akan rasakan Si Kecil, Moms bisa memberikan penjelasan tentang keputusan Moms. Misalnya, Nak, selamanya melanggar aturan itu tidak boleh. Tapi agar tahu jika seluruh aturan yang dibuat semuanya demi kebaikan kamu, sesekali kamu boleh melanggar aturan agar bisa merasakan sendiri akibat dari melanggar aturan tersebut.
Misalnya, jajan sembarangan bisa menyebabkan sakit perut, main hujan-hujanan berisiko menyebabkan sakit, tidak mau makan sayuran akan menyebabkan kamu sembelit karena kekurangan serat dan lainnya. Jelaskan dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti!