Artikel ini berisi tentang :
- Apa Sih Penyebab Ngidam?
- Mom Sedang Butuh Nutrisi Tertentu
- Pasangan dan Keluarga Pun Bisa Ikut Ngidam Lho!
- Apakah Ngidam Harus Dituruti?
Ngidam merupakan salah satu fenomena yang dialami Ibu hamil. Tidak hanya di Indonesia saja, fenomena ngidam pun terjadi di negara-negara lain, dan berhasil mengundang perhatian para peneliti untuk mempelajari fenomena unik ini.
Apa Sih Penyebab Ngidam?
Ada banyak hal yang menyebabkan Moms ngidam saat hamil, diantaranya adalah perubahan hormon yang mengatur perubahan suasana hati, rasa dan bau. (oleh Janet Pope, PhD, profesor Bidang Nutrisi dan Pola Makan di Lousiana Tech University, Amerika).
Lebih lanjut lagi, Janet menjelaskan jika peningkatan kadar hormon progesteron berpengaruh pada fungsi dan metabolisme tubuh, termasuk organ pencernaan dan produksi air liur.
Selain itu, di trimester kedua dan ketiga usia kehamilan, Moms akan cenderung menyukai rasa asam, sementara saat di trimester awal, Moms akan cenderung lebih sensitif terhadap rasa pahit. Hal ini diduga sebagai cara pertahanan diri untuk mencegah konsumsi racun selama fase kritis perkembangan janin.
Uniknya, perasaan ini akan cenderung menurun saat mencapai semester ketiga, dimana dalam fase ini tumbuh kembang janin sudah berakhir dan siap dilahirkan. (oleh Valerie Duffy, PhD, profesor di School of Allied Health di University of Connecticut)
Mom Sedang Butuh Nutrisi Tertentu
Ada mitos yang menyebut Moms akan cenderung menyukai makanan yang dulu dibenci, dan membenci makanan yang dulu disukai. Pola makan terbalik ini bukan hanya sekedar mitos lho, melainkan sinyal tubuh membutuhkan nutrisi tertentu untuk memaksimalkan pertumbuhan janin.
Misal, jika Moms ngidam lobster dan sepiring kerang laut, bisa jadi ini merupakan sinyal tubuh sedang butuh asupan kalsium, protein dan kalium. (oleh Andrei Rebarber, MD, wakil direktur divisi kesehatan Ibu dan Anak di New York University Medical Center, New York).
Selain ngidam berupa makanan, terkadang Moms pun akan ngidam berupa hal yang aneh-aneh. Hal ini umumnya disebabkan karena efek psikologis. ( oleh Deborah Bowen, PhD, profesor ilmu kesehatan masyarakat di Fred Hutchinson Cancer Research Center).
Misal, mungkin tanpa sadar Moms melihat kereta api uap saat menonton film, sehingga tanpa sadar Moms menginginkan untuk menaiki kereta api tersebut. Jelas ini keinginan yang aneh dan sulit diwujudkan, tapi tetap saja ingin dituruti dengan dalih bawaan orok.
Pasangan dan Keluarga Pun Bisa Ikut Ngidam Lho!
Ada mitos yang menyebut, pukul lutut suami, dan ngidam Moms pun akan beralih kepadanya. Mengenai mitos ini, jelas salah kaprah Moms, walaupun dalam faktanya, pasangan, atau bahkan keluarga dan orang terdekat pun bisa mengalami ngidam, sementara Moms baik-baik saja.
Fenomena ngidam diwakilkan ini dikenal dengan istilah kehamilan simpatik atau sindrom couvade, yang timbul karena perasaan cemas berlebih, rasa senang, dan rasa takut terhadap kondisi Moms. ( oleh Dr. Arthur Brennan dari Kingston University, London, Inggris)
Menariknya, Brennan menyebut jika sindrom couvade, tidak hanya dirasakan oleh pasangan, tapi juga bisa menimpa sahabat, orangtua, mertua, atau orang terdekat Moms.
Apakah Ngidam Harus Dituruti?
Selama ngidamnya hal-hal yang bisa dituruti, Moms bisa meminta pasangan untuk menuruti keinginan ngidam tersebut, tapi jika hal tersebut mustahil dituruti, sebaiknya redam keinginan tersebut. (oleh Eva Kemps dari School of Psychology, University of Flinders, Adelaide, Australia)
Misal, jika ngidam burger, Moms bisa mengonsumsinya, tapi dalam jumlah yang sangat sedikit dan hanya sekali itu saja. Tapi jika ngidamnya hal-hal yang sulit dipenuhi, sebaiknya kendalikan diri dan alihkan dengan keinginan yang lainnya.
Jika ngidamnya berupa makanan, Moms bisa menggantinya dengan makanan sejenis. Misal, jika Moms ingin daging ikan salmon dan kebetulan salmon sulit didapat, Moms bisa menggantinya dengan ikan tuna, makarel dan ikan lainnya. Bahkan kalau mungkin, Moms bisa menggantinya dengan minyak ikan.
Pasalnya, keinginan tersebut mungkin saja timbul karena tubuh kekurangan protein, asam lemak Omega-3 dan nutrisi lainnya yang terkandung dalam ikan.